Merangkul Diversitas Melalui Teknologi: Bagaimana Augmented Reality Mendukung Perkembangan Anak-anak dengan Autisme

Merangkul Diversitas Melalui Teknologi: Bagaimana Augmented Reality Mendukung Perkembangan Anak-anak dengan Autisme

augmented reality untuk autisme
Augmented Reality Flashcards (The Sunday Guardian)

Anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) seringkali menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar, membuat pengembangan terapi inovatif menjadi sangat penting. Salah satu terobosan teknologi yang menunjukkan potensi besar untuk membantu anak-anak adalah augmented reality untuk autisme.

Apa itu Autism Spectrum Disorder (ASD)?

bagaimana pemanfaatan augmented reality untuk autisme?
Autism (Flickr)

Istilah autisme atau ASD digunakan untuk menggambarkan berbagai macam gangguan yang ditandai dengan kesulitan dalam keterampilan sosial, perilaku berulang, bicara, dan komunikasi nonverbal. Sebagian besar ASD dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Karena autisme adalah gangguan spektrum, setiap individu autis memiliki kekuatan dan tantangan yang berbeda. Sebagian orang dengan autisme mungkin memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari-hari mereka, namun dalam beberapa kasus, mereka dapat hidup dengan mandiri.

Gejala autisme biasanya muncul pada usia 2 atau 3 tahun. Beberapa gangguan perkembangan terkait dapat muncul lebih cepat, dan sering kali dapat dideteksi sejak usia 18 bulan. Menurut penelitian, intervensi dini dapat memberikan hasil yang positif di kemudian hari bagi para penyandang autisme.

Bagaimana Augmented Reality dapat Membantu Perkembangan Anak dengan ASD?

augmented reality postcard
Augmented Reality Postcard (Wikimedia Commons)

Latihan interaksi sosial

Komponen penting dalam kehidupan sehari-hari adalah kemampuan untuk berinteraksi sosial, namun anak-anak dengan ASD sering kali mengalami kesulitan dalam hal ini. Komponen penting dalam kehidupan sehari-hari adalah kemampuan untuk berinteraksi sosial, namun anak-anak dengan ASD sering kali mengalami kesulitan dalam hal ini. Di sini, AR memainkan peran penting.

Anak-anak dapat berlatih berinteraksi dengan karakter virtual melalui simulasi interaktif dalam aplikasi AR. Dalam simulasi ini, mereka dapat memahami ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan isyarat komunikasi yang sulit diinterpretasikan. Dengan latihan yang konsisten, anak-anak dapat merasa lebih percaya diri saat berinteraksi dengan orang-orang di dunia nyata.

Pelatihan keterampilan komunikasi

microsoft hololens
Microsoft HoloLens (Wikimedia Commons)

Perkembangan sosial anak-anak sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi mereka. Namun, mungkin ada hambatan bagi anak-anak dengan ASD dalam hal ini. Aplikasi AR dapat menjadi alat yang menyenangkan dan bermanfaat.

Anak-anak dapat berlatih memulai percakapan, mengajukan pertanyaan, dan keterampilan respons yang lebih baik melalui visualisasi dan keterlibatan dalam dunia virtual. Hal ini memberikan kesempatan kepada anak dengan ASD untuk mengasah kemampuan komunikasi mereka dalam suasana yang bebas dari tekanan atau kekhawatiran.

Membiasakan diri dengan lingkungan baru

Anak-anak ASD sering kali mengalami ketidaknyamanan dengan lingkungan atau rutinitas baru. Penggunaan AR dapat membantu mereka mengatasi hambatan ini. Dengan AR, anak-anak dapat melihat dan terlibat dengan penggambaran interaktif mengenai perubahan yang akan datang.

Hal ini memungkinkan mereka untuk secara bertahap mempersiapkan diri dan beradaptasi dengan perubahan. Melalui pengalaman visual, rasa kecemasan yang mungkin muncul saat menghadapi perubahan dapat berkurang.

Projek Penerapan Augmented Reality untuk Autisme

Madison Imber and Eric Herzog (University of Calgary)
Madison Imber and Eric Herzog (University of Calgary)

Bagi penyandang autisme, komunikasi dengan orang lain dapat menjadi tantangan tersendiri, bahkan ada yang sama sekali tidak bisa berbicara. Sebuah projek visioner sedang dikembangkan oleh Schulich School of Engineering (SSE) Universitas Calgary, yang bertujuan untuk memberikan suara yang sebenarnya kepada penyandang autisme.

Studi ini meneliti penggunaan perangkat AR Microsoft, HoloLens 2, yang dipasangkan dengan sistem yang dikembangkan oleh tim Universitas Calgary, HoloBoard. Tujuan dari pengembangan projek ini adalah untuk melatih penyandang autisme yang tidak dapat berbicara, melalui peningkatan keterampilan motorik mereka.

Projek ini dipelopori oleh peneliti SSE, yang bekerja sama dengan komunitas autis yang tidak dapat berbicara, serta peneliti Universitas Virginia. HoloLens dapat berfungsi seperti virtual reality, namun perbedaannya adalah kacamata pada headset HoloLens dibuat transparan sehingga pengguna dapat melihat lingkungan nyata.

HoloBoard tidak hanya membantu pengguna dalam meningkatkan komunikasi, tetapi juga gerakan. Demikian menurut Madison Imber, seorang praktisi Rapid Prompting Method (RPM) dari Mentoring Minds yang telah bekerja dengan siswa autis selama 7 tahun.

Praktisi RPM seperti Imber mengadaptasi cara penyampaian pelajaran dengan menyesuaikan profil sensorik dan motorik masing-masing siswa. Hal ini juga yang menjadi dasar penelitian tim Universitas Calgary.

Menurut Imber, “banyak penyandang autisme yang juga mengalami apraksia, yaitu keterputusan hubungan antara otak dan gerakan motorik.” Tanpa dukungan yang tepat, apraksia menyulitkan banyak penyandang autisme yang tidak dapat bicara untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka.

Melalui interaksi holografik, sistem HoloBoard dapat memberikan dukungan itu. Keterampilan para peserta dalam menavigasi ruang 3D dan berinteraksi dengan berbagai objek virtual telah meningkat, tambah Imber.

Para peserta telah memberikan kontribusi untuk projek ini, dan hasilnya kemampuan motorik dan kepercayaan diri mereka meningkat. Dua pengguna uji coba ini, Eric Herzog dan Geoff Hendrich, yang berinteraksi melalui keyboard menyatakan bahwa penelitian ini telah mengubah hidup mereka.

Masa depan HoloBoard

Sistem HoloBoard mungkin telah membantu meningkatkan upaya sosial dan pendidikan. Namun ada banyak manfaat dan peluang yang akan diberikan teknologi ini di masa depan kepada para penyandang autisme yang tidak dapat bicara dan lainnya.

“Program ini sangat penting karena hasil sosio-ekonomi untuk subpopulasi ini cukup suram, jika status quo dalam sistem pendukung mereka berlanjut.” Menurut Krishnamurthy, yang berasal dari Departemen Teknik Elektro dan Rekayasa Perangkat Lunak. “Oleh karena itu, tidak hanya bermanfaat bagi individu penyandang autisme, tetapi teknologi ini juga membantu keluarga dan pengasuh mereka,” tambahnya.


Itu dia pemaparan mengenai augmented reality untuk autisme. Dalam rangka menciptakan pengalaman yang lebih inklusif dan bermanfaat bagi para penyandang autisme, AR menawarkan pendekatan yang berfokus pada kebutuhan mereka. Dengan memberikan pelatihan dan bantuan yang terstruktur, AR dapat berkontribusi secara positif dalam mengembangkan keterampilan sosial, sampai komunikasi penyandang autisme.

Suka dengan informasi mengenai virtual reality, augmented reality dan teknologi lainnya? Yuk kunjungi blog MetaNesia!

MetaNesia adalah platform dunia metaverse yang menciptakan interaksi virtual di mana pengguna dapat berinteraksi, berkolaborasi, dan berkreasi dengan lingkungan digital yang mendukung. Apabila kamu tertarik untuk menjual produk digital atau menjalin kerja sama dengan MetaNesia, kamu dapat bergabung dengan menghubungi Customer Service kami melalui WhatsApp untuk bertanya. Kamu juga dapat berkonsultasi dengan pihak MetaNesia secara gratis.

Kamu juga bisa merasakan pengalaman di dunia virtual dengan mengunduh aplikasi MetaNesia melalui website kami. Ayo rasakan pengalaman yang belum pernah kamu coba sebelumnya melalui MetaNesia!

Bagikan ini: