Bagaimana Tren Bisnis Metaverse di Asia Tenggara?

Bagaimana Tren Bisnis Metaverse di Asia Tenggara?

Popularitas teknologi metaverse yang semakin mengemuka menarik perhatian banyak kalangan. Bukan hanya orang awam dan penggemar teknologi saja yang menyukai teknologi ini, layanan di dunia maya tersebut pun menarik perhatian para pemilik bisnis.

Pemilik bisnis mulai melirik potensi dunia metaverse untuk pengembangan usaha mereka di dunia nyata. Hal ini berlaku di berbagai penjuru dunia, terutama negara-negara maju di barat seperti di Amerika Serikat. Lantas, bagaimana dengan tren bisnis metaverse di kawasan Asia Tenggara?

Kawasan Asia Tenggara antusias menyambut inovasi digital

Kawasan Asia Tenggara antusias menyambut inovasi digital
Sumber foto: CNBC

Menurut riset dari VMWare yang bertajuk VMware Digital Frontiers 4.0, responden dari negara-negara di wilayah Asia Tenggara sangat antusias menyambut transformasi digital. Baik itu peluang dan inovasi teknologi baru, maupun keuntungan dari hadirnya aplikasi berteknologi tinggi, seperti metaverse.

Namun, antusiasme ini tentu saja dibarengi oleh kekhawatiran yang dapat dimengerti, yaitu terkait kerahasiaan dan keamanan data pribadi. Secara tidak langsung, hal ini pun menggambarkan kesenjangan pemahaman teknologi di antara mereka yang sudah paham dan mereka yang rentan terhadap kejahatan digital akibat kurangnya informasi.

Karena itu, dibutuhkan peran berbagai pihak, dari pemerintahan, organisasi, serta konsumen untuk merealisasikan pertumbuhan teknologi yang tetap aman sambil mengoptimalkan potensi teknologi baru tersebut.

Inovasi digital harus dibarengi layanan digital yang aman

Inovasi digital harus dibarengi layanan digital yang aman
Sumber foto: XR Today

Paul Simos, Vice President and Managing Director, Southeast Asia and Korea VMware menjelaskan bahwa transformasi digital bukan sekadar menjadi kriteria dalam sebuah bisnis masa kini. Bagi bisnis, maknanya lebih ke filosofis.

Agar bisa terus berkembang, perusahaan harus bisa mendukung inovasi digital, sambil tetap memberikan otonomi bagi para pengembang. Dengan begitu, perusahaan tetap memiliki kontrol terhadap bisnis dan bisa menjaga produktivitas karyawan.

“Memasuki dekade baru di mana bermunculan inovasi-inovasi baru yang disruptif di sektor industri maupun bangsa-bangsa di dunia, perusahaan perlu lebih ketat dalam menghadirkan penawaran-penawaran digital yang aman dan lancar bagi pengguna akhir mereka,” tuturnya.

Layanan digital dan pertumbuhan bisnis metaverse di Asia Tenggara

Munculnya pandemi COVID-19 tidak bisa dipungkiri membawa dampak di dunia nyata. Salah satunya ada pada aspek teknologi. Seiring pandemi yang terus berjalan, cara kita berinteraksi di dunia nyata pun berubah.

Adanya teknologi metaverse di masa-masa pandemi dianggap sebagai pembawa perubahan dibanding sebuah kendala pada penggunaannya di dunia nyata. Apalagi, teknologi metaverse juga memiliki pertumbuhan yang cepat.

Disebutkan oleh VMWare, lebih dari tiga perempat (76,2%) responden di Asia Tenggara yakin bahwa teknologi membawa lebih banyak manfaat dibanding kendala, terutama selama pandemi COVID-19. Angka ini 4% lebih tinggi dari angka rata-rata global.

Angka persentase dari responden di Asia Tenggara juga yang tertinggi di kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ). Sebanyak 77% responden melihat kemajuan dari proses digitalisasi. Terutama halam hal munculnya kesempatan kerja dan aspek di kehidupan mereka sehari-hari dibanding tahun sebelumnya

Sementara itu, 66,5% responden dari Korea dan 48% responden dari Jepang pun menyetujui hal yang sama. Korea Selatan dianggap sebagai yang paling antusias dan siap (64%), kemudian disusul kawasan Asia Tenggara (62%). Kedua negara tersebut merasakan adanya pengalaman digital yang makin baik dalam kehidupan mereka.

Angka ini menempatkan konsumen dari kawasan APJ menjadi kawasan dengan persentase tertinggi dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain di dunia, seperti Amerika Serikat (35%), Britania Raya (37%), Jerman (46%), Perancis (37%), Italia (50%) dan Spanyol (47%).

Pertumbuhan teknologi diiringi kekhawatiran akan keamanan data

Petumbuhan teknologi memang semakin pesat. Namun, bisakah keamanan digital mengimbangi pertumbuhan teknologi yang cepat itu?

Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengkhawatirkan masalah privasi dan keamanan data. Negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara pun memiliki kekhawatiran serupa. Tak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, masalah keamanan data dan privasi masih memuncaki daftar prioritas pengguna teknologi di lingkup Asia Tenggara.

Sebagai contoh, sebanyak 72% responden dari Singapura merasa selama ini tak tahu bagaimana data mereka digunakan dan siapa saja yang bisa mengaksesnya. Sementara responden dari Malaysia (32%) paling takut tak punya lagi privasi terhadap data pribadi dan mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya peretasan.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil survei dari negara tetangga. Pesatnya pertumbuhan teknologi menimbulkan kekhawatiran responden dari Thailand akan kemungkinan organisasi bisa melacak perangkat yang mereka gunakan (69%). 62% responden dari Singapura dan 60% responden dari Filipina pun berpikir demikian.

Sekitar 46% responden Asia Tenggara merasa pemerintah dan organisasi perlu lebih transparan soal penggunaan data mereka. Karena sudah menjadi bagian dalam tugas mereka untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat. Angka persentase untuk kawasan ini terbilang sedikit lebih rendah dibandingkan angka rata-rata global (51%), namun sedikit lebih tinggi dari Jepang (37%).


Itulah artikel mengenai tren bisnis metaverse di Asia Tenggara. Tertarik dengan berita teknologi seperti ini? Masih banyak berita perkembangan teknologi, augmented reality, virtual reality, artificial intelligence dan metaverse di blog metaNesia!

metaNesia juga menawarkan layanan metaverse untuk pemilik bisnis yang ingin mengembangkan usahanya ke dunia digital. Cek selengkapnya di metaNesia bisnis!

Bagikan ini: