Teknologi Augmented Reality untuk Mendeteksi Kebohongan

Teknologi Augmented Reality untuk Mendeteksi Kebohongan

Kemajuan teknologi terus merambah aspek kehidupan manusia, termasuk dalam upaya mendeteksi kebohongan. Deteksi kebohongan dengan teknologi AR adalah salah satu perkembangan baru yang menarik. Artikel ini akan membahas penggunaan teknologi AR dalam mengembangkan metode untuk mendeteksi kebohongan.

Apa Itu Teknologi AR?

apa itu teknologi augmented reality?
Augmented Reality Postcard (Wikimedia Commons)

Augmented Reality (AR) merupakan teknologi yang dapat menggabungkan elemen-elemen digital yang dihasilkan komputer ke lingkungan nyata. AR menggabungkan dunia nyata dan dunia virtual dengan menampilkan item dan informasi digital.

Dengan menggunakan AR, pengguna dapat melihat dunia nyata dengan informasi yang ditambahkan secara digital. Informasi yang dimaksud dapat disajikan dalam bentuk teks, gambar, video, atau suara pada layar smartphone atau melalui penggunaan kacamata AR.

Alat Pendeteksi Kebohongan

poligraf, alat pendeteksi kebohongan
Polygraph (Flickr)

Dengan bantuan AR, dunia nyata dapat dikombinasikan dengan aspek digital untuk memberikan pengalaman yang lebih imersif dengan meningkatkan data visual, aural, dan data sensorik lainnya. Menurut seorang futuris, perangkat AR bertenaga AI akan memungkinkan pengguna memiliki “kekuatan super” untuk mendeteksi kebohongan dan “membaca” emosi lawan bicaranya.

Pendeteksi kebohongan tradisional, poligraf, mengukur indikator fisiologis seperti tekanan darah, pernapasan, dan lainnya untuk menentukan tingkat stres selama interogasi. Administrator poligraf pertama-tama menyelidiki reaksi dasar sebelum menyelidiki lebih lanjut untuk mencari indikator stres.

Penggunaan poligraf tidak bisa diandalkan dan masih diperdebatkan. Poligraf perlu dioperasikan oleh seorang profesional dengan peralatan yang mahal. Pengadilan di Inggris dan Amerika Serikat bahkan tidak menerima hasil dari pendeteksian kebohongan menggunakan poligraf.

Kebenaran pernyataan seseorang dapat disimpulkan dari berbagai “sinyal”, termasuk gerakan mata, wajah, tubuh, intonasi suara, dan lainnya, dengan menggunakan AI. Karena pendeteksi kebohongan berbasis AI sedang dikembangkan oleh perusahaan, universitas, dan pemerintah, tidak dapat dipungkiri bahwa ke depannya, ini akan tersedia secara luas.

Masa Depan Poligraf

tes kebohongan dengan poligraf
Polygraph Test (Wikimedia Commons)

Setelah popularitas poligraf menurun, teknik deteksi kebohongan ilmiah akan mulai dipertimbangkan dengan menggunakan teknologi functional magnetic resonance imaging. Teknologi functional magnetic resonance imaging dianggap akan menjadi “penyelamat deteksi kebohongan yang dapat diverifikasi secara ilmiah di ruang sidang”.

Teknik pencitraan medis yang disebut functional magnetic resonance imaging (fMRI) digunakan untuk mendeteksi kebohongan dengan melacak variasi aktivitas otak yang terjadi ketika seseorang berbicara atau bertindak tidak jujur. Dengan memantau variasi aliran darah dan pengiriman oksigen saat otak bekerja lebih keras, fMRI dapat menunjukkan bagian otak yang terlibat dalam proses kebohongan.

fMRI dapat menjelaskan lebih lanjut tentang dasar-dasar neurologis dari kebohongan dan membantu dalam menemukan pola otak yang mungkin terkait dengan kebohongan. Selain itu, fMRI juga dapat digunakan dalam penelitian tentang bagaimana orang mencoba menipu pendeteksi kebohongan.

Namun, teknologi fMRI dalam persidangan pidana untuk menilai kebenaran pernyataan belum cukup berkembang dan dipahami oleh hakim. Terlepas dari seberapa baik analisis fMRI atau kemungkinannya di masa depan, teknologi ini dinilai masih ada masalah. Bahkan jika masalah-masalah ini diperbaiki dan metode deteksi kebohongan fMRI yang tepat dibuat, penggunaannya dalam persidangan pidana belum pasti dapat berfungsi baik.

Lalu, Bagaimana Deteksi Kebohongan dengan Teknologi AR?

bagaimana deteksi kebohongan dengan teknologi ar?
AR Smart Glasses (CC Null)

Devin Liddell, Principal Futurist di Teague, dalam wawancara eksklusif dengan DailyMail.com, mengklaim bahwa visi komputer pada headset atau kacamata dapat mendeteksi emosi tak terlihat manusia. Ia mengatakan jika AR diintegrasikan dengan kecerdasan buatan akan memberikan manusia kekuatan sensorik yang akan mengubahk kehidupan sosial. Ia juga menyebutnya sebagai “backchannel”, kata yang biasanya digunakan untuk merujuk pada komunikasi rahasia.

‘Konvergensi teknologi visi komputer dengan kecerdasan buatan dan perangkat yang dapat dikenakan oleh konsumen’ adalah hal yang diprediksi oleh Liddell akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Menurut Liddell, para pemakai akan dapat melihat semua jenis data fisiologis dan psikologis tentang orang lain.

Ketika dikombinasikan dengan AI, hal ini akan memberikan pengguna timbal balik yang berkesinambungan pada orang yang sedang mereka ajak bicara. Sang futuris berpikir bahwa kacamata dapat memberikan informasi tanpa terlihat, memberikan orang keunggulan kompetitif dalam segala hal.

deteksi kebohongan dengan teknologi ar
Augmented Reality Demonstration (Flickr)

Dengan perusahaan seperti Zoom yang menawarkan “analisis sentimen” dalam produk eksperimental mereka, kecerdasan buatan telah menunjukkan potensinya untuk “membaca” emosi manusia. Dengan teknologi ini, mesin dapat menyimpulkan perasaan dan niat seseorang dari ekspresi wajah mereka.

Teknologi ini masih diperdebatkan, karena “kurangnya konsensus ilmiah” dan “masalah privasi”, Microsoft menghapus fungsi “pembacaan emosi” dari program Azure Face. Liddell yakin bahwa “kekuatan super” yang perseptif ini akan sepenuhnya dimanfaatkan dan digunakan untuk memungkinkan individu mengidentifikasi sesuatu mulai dari penyakit tersembunyi hingga masalah mental.

“Manusia sering berpartisipasi dalam kegiatan mencari peluang dan keuntungan, dan mereka akan menggunakan kekuatan super backchannel ini dalam berbagai konteks”, kata Liddel. Ia menambahkan bahwa kasus penggunaan awal akan melibatkan situasi di mana hanya satu pemain yang memiliki kekuatan super backchannel. Namun, pada akhirnya, semua orang akan memiliki pijakan yang sama.

Keunggulan Deteksi Kebohongan dengan Teknologi AR

Tingkat akurasi

Pertama, kecerdasan buatan saat ini untuk deteksi kebohongan tidak seakurat versi yang akan datang. Sebagai contoh, EyeDetect memiliki tingkat akurasi 86%. Itu jauh lebih unggul daripada manusia, bahkan dari seorang profesional manusia seperti penyelidik polisi.

Namun, dalam beberapa tahun, akurasi pendeteksian kebohongan akan melampaui 90% dan kemudian secara bertahap meningkat ke arah 90-an. Teknologi deteksi kebohongan dengan VR menghadirkan pendekatan inovatif untuk meningkatkan akurasi deteksi kebohongan.

Kemudahan mendapatkan produk

Produk pendeteksi kebohongan dengan AR mungkin hampir mustahil untuk dikembangkan. Namun, alat untuk deteksi kebohongan AR akan segera memasuki pasar, banyak di antaranya dimaksudkan untuk digunakan dalam bisnis untuk pencegahan penipuan, perekrutan, dan tujuan lainnya. Deteksi kebohongan AR akan semakin banyak disertakan sebagai fitur, bukan sebagai item terpisah dalam perangkat lunak komersial atau produk video.

Alat yang lebih sederhana

Teknologi pendeteksi kebohongan yang digunakan saat ini mahal dan membutuhkan banyak tenaga kerja. Dengan bantuan teknologi AR, alat pendeteksi kebohongan di masa depan hanya akan membutuhkan sebuah kacamata pintar.

Saat ini, pendeteksian kebohongan dilakukan pada situasi tertentu yang terbatas seperti wawancara kerja, investigasi pembunuhan, dan keamanan bandara. Subjek sadar bahwa mereka sedang diuji, dan pendeteksian hanya terjadi selama percakapan singkat yang ditentukan.

Di masa depan, kacamata AR pendeteksi kebohongan akan mudah diakses dan digunakan tanpa pelatihan atau pengalaman khusus, dan ini akan menjadi barang yang lumrah. Dengan kacamata kamu akan memberi tahu ketika seseorang berkata jujur atau berbohong, mungkin dengan menggunakan sesuatu yang mendasar seperti warna; lampu merah menunjukkan pembohong.

Dalam bidang yang disebut deteksi kebohongan pasif, di mana individu tidak terhubung ke mesin apa pun, AI akan unggul. Selain itu, karena bersifat pasif, hal ini mungkin tidak diketahui. Misalnya, deteksi kebohongan yang terintegrasi dengan kacamata pintar, dapat dilakukan secara diam-diam, dan hanya diketahui oleh pengguna.


Itu dia pemaparan mengenai deteksi kebohongan dengan teknologi AR. Dengan perkembangan lebih lanjut, alat ini dapat memainkan peran yang semakin penting dalam berbagai aspek masyarakat.

Tertarik dengan informasi mengenai virtual reality, augmented reality dan teknologi lainnya? Yuk kunjungi blog MetaNesia!

MetaNesia adalah platform dunia metaverse yang menciptakan interaksi virtual di mana pengguna dapat berinteraksi, berkolaborasi, dan berkreasi dengan lingkungan digital yang mendukung. Apabila kamu tertarik untuk menjual produk digital atau menjalin kerja sama dengan MetaNesia, kamu dapat bergabung dengan menghubungi Customer Service kami melalui WhatsApp untuk bertanya. Kamu juga dapat berkonsultasi dengan pihak MetaNesia secara gratis.

Kamu juga bisa merasakan pengalaman di dunia virtual dengan mengunduh aplikasi MetaNesia melalui website kami. Ayo rasakan pengalaman yang belum pernah kamu coba sebelumnya melalui MetaNesia!

Bagikan ini: