Fertility Treatment dengan AI: Inovasi Terbaru dalam Reproduksi Manusia

Fertility Treatment dengan AI: Inovasi Terbaru dalam Reproduksi Manusia

Kesuburan adalah aspek penting dalam kehidupan manusia, dan bagi banyak pasangan, memiliki keturunan adalah salah satu tujuan utama dalam kehidupan mereka. Namun, perjuangan dalam mencapai kehamilan terkadang menjadi hambatan. Dengan kemajuan teknologi, kini hadir inovasi fertility treatment dengan AI.

Apa itu fertility treatment?

fertility treatmen dengan AI
Fertility treatment (The Blue Diamond Gallery)

Fertility treatment atau perawatan kesuburan adalah perawatan medis khusus untuk membantu kehamilan. Ketika seseorang tidak dapat hamil setelah satu tahun atau lebih, maka hal ini dikenal sebagai infertilitas.

Jika mengalami kesulitan atau membutuhkan bantuan untuk hamil, fertility treatment dapat menjadi pilihan. Teknologi telah memungkinkan untuk membantu orang-orang dengan berbagai masalah kesuburan.

Obat-obatan yang berhubungan dengan hormon dan ovulasi sering kali digunakan bersamaan dengan prosedur bedah minor sebagai perawatan kesuburan. Istilah Assisted Reproductive Technology (ART) mengacu pada berbagai metode yang dapat membantu memiliki bayi. ART meliputi prosedur yang memudahkan sperma membuahi sel telur, dan membantu sel telur berimplantasi dalam lapisan rahim.

Dua jenis perawatan kesuburan teratas adalah Intrauterine Insemination (IUI) dan In Vitro Fertilization (IVF). IUI adalah selama masa ovulasi, sperma yang sehat diekstraksi dan ditempatkan langsung ke dalam rahim. Lalu, apa itu IVF?

IVF

bagaimana fertility treatment dengan AI?
How AI Can Improve Medical PrognosticsHow AI Can Improve Medical Prognostics (Rajeev Ronanki/Forbes)

IVF merupakan sperma membuahi sel telur yang diambil dari indung telur untuk membuat embrio di laboratorium, kemudian dokter akan menanamkan embrio ke dalam rahim. Diperkirakan pasar IVF akan berkembang secara global dari tahun ke tahun. Sejumlah faktor telah berkontribusi pada peningkatan industri ini, termasuk usia di mana seorang wanita hamil untuk pertama kalinya dan menurunnya tingkat kesuburan.

Contoh lainnya adalah prevalensi infertilitas pria, obesitas, penggunaan alkohol, kesadaran masyarakat akan infertilitas, dan penemuan berbagai pilihan pengobatan baru. Tujuan dari sebagian besar penelitian pada manusia dan hewan adalah untuk meningkatkan tingkat keberhasilan ART. Namun, selama sepuluh tahun, tingkat keberhasilan tersebut hampir tidak berubah, yaitu sebesar 30%.

Artificial intelligence dalam dunia kedokteran dapat meniru kecerdasan manusia dalam berbagai tugas. Misalnya, mengelola rekam medis dan data lainnya, menawarkan perawatan virtual, memberikan pengobatan, serta memantau dan menganalisis kesehatan pasien.

Artificial intelligence memiliki kemampuan untuk membantu dokter dalam prognosis dan diagnosis penyakit dengan lebih cepat, tepat, dan efisien. Dengan hadirnya artificial intelligence, salah satu inovasi teknologi canggih, ini dapat meningkatkan tingkat keberhasilan IVF.

Pengobatan reproduksi menggabungkan bidang perawatan klinis dan laboratorium embriologi, sementara artificial intelligence berfungsi sebagai antarmuka antara manusia dan komputer. Melalui algoritma komputer, penggunaan AI memiliki potensi untuk mendekatkan dokter dan pasien. Repro-AI adalah teknologi interdisipliner yang memajukan penggunaan artificial intellifence dalam diagnosis dan pengobatan infertilitas dengan menyatukan bidang ilmu matematika dan pengobatan reproduksi.

Tantangan utama metode IVF

Saat ini ada dua tantangan utama IVF:

Sulit untuk mendapatkan perawatan

“Akses terhadap perawatan adalah masalah yang sangat besar, ketika hanya 2% dari populasi yang terkena dampak yang dapat memanfaatkan IVF,” Eshed menekankan. Gerard Letterie, seorang ahli endokrinologi reproduksi dan mitra di Seattle Reproductive Medicine, menyatakan bahwa IVF saat ini difokuskan pada pasien yang tidak subur. “Ini adalah segmen populasi yang relatif kecil.”

Di masa depan, Dr. Letterie berharap segmen pasien akan mencakup mereka yang tertarik dengan pelestarian kesuburan. Contohnya adalah pembekuan sel telur atau pembuatan embrio untuk digunakan di masa depan. Ia memproyeksikan bahwa hal ini akan secara signifikan meningkatkan jumlah pasien yang mencari perawatan dengan menggunakan ART.

Hasil yang tidak dapat diprediksi

Sekitar 30% wanita akan hamil setelah hanya satu siklus IVF. Akibatnya, sebagian besar pasien memerlukan beberapa siklus untuk mendapatkan persalinan yang sukses.

Bahkan wanita yang paling sehat dan paling muda pun mengalami sebagian besar kegagalan siklus IVF, meskipun faktanya usia berperan dalam efektivitas prosedur. Keputusan yang diambil selama proses klinis dan keterampilan embryologist memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil IVF.

Bagaimana fertility treatment dengan AI?

AI in Medicine
AI in Medicine (ITN)

Salah satu metode untuk membantu orang dengan masalah infertilitas adalah IVF. IVF memang memiliki potensi, tetapi hasilnya tidak selalu dapat diprediksi. Kurangnya akses ke perawatan kesuburan memperburuk situasi, bahkan di Amerika Serikat hanya 2% dari individu yang tidak subur yang telah menggunakan IVF.

“IVF telah ada selama lebih dari 40 tahun,” kata CEO Fairtlity, Eran Eshed. “Meskipun ada banyak kemajuan dalam bioteknologi, hampir tidak ada data atau teknik artificial intelligence yang digunakan untuk memengaruhi hasil.”

Meskipun masalah biologis tidak dapat diselesaikan dengan ilmu data, Eshed berpikir bahwa AI akan meningkatkan proses IVF di setiap tahap di mana keputusan dibuat. Saat ini, ilmu data sedang digunakan dalam kesuburan dengan hasil yang menarik. Yaitu dapat meningkatkan peluang kelahiran sebesar 4% dan meningkatkan siklus kapasitas embryologist sebesar 50%.

Revolusi fertility treatment dengan AI

AI Chatbots
AI Chatbots Can Diagnose Medical Conditions at Home (Scientific American)

Proses pertama dalam proses IVF adalah dokter menentukan penyebab ketidaksuburan. Dokter kemudian memutuskan strategi stimulasi ovarium yang paling efektif selama fase stimulasi, menurut Eshed.

Proses-proses selanjutnya dalam proses ini adalah, pengambilan dan pembuahan sel telur dengan sperma untuk menghasilkan embrio, kultur embrio berbasis klinik. Selanjutnya, pemindahan embrio ke ibu, dan persalinan hidup yang terjadi beberapa bulan kemudian.

Menurut Eshed, “tingkat keberhasilan menurun secara signifikan pada setiap tahap saat orang melalui proses ini.” Biasanya, efektivitas setiap langkah ditentukan oleh enam hingga tujuh poin keputusan strategis.

Keputusan-keputusan ini termasuk tanggal pengambilan sel telur atau rejimen obat stimulasi yang dipilih oleh dokter. Di laboratorium, para embryologist menggunakan gambar telur, sperma, dan blastosit yang sedang berkembang untuk membuat berbagai keputusan.

Potensi artificial intelligence

Teknologi artificial intelligence dipercaya dapat membantu menyederhanakan keputusan untuk meningkatkan pengambilan keputusan klinis. Sebagai contoh, analisis gambar yang canggih berdasarkan jaringan saraf tiruan dapat membantu para embryologist memahami data dan menghasilkan hasil yang lebih baik.

Pasar IVF global diperkirakan akan mencapai lebih dari $36 miliar pada tahun 2026. “Tidak akan ada cukup embryologist yang terampil untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat ini,” prediksi Dr. Letterie. Bidang reproduksi telah melihat sejumlah investasi teknologi baru-baru ini, termasuk pendanaan untuk berbagai perusahaan yang digerakkan oleh artificial intelligence.

Salah satu sistem yang sedang dikembangkan

Eshed mendirikan Fairtility untuk mengatasi tantangan akut analisis embrio dengan AI. Saat ini, para ahli embriologi mengklasifikasikan embrio dengan memeriksa gambar secara manual untuk mengetahui karakteristik yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

Fairtility menyempurnakan prosedur ini dan memperkirakan kemungkinan keberhasilan implantasi dengan menggunakan algoritma visi komputer. Lebih dari 200.000 rekaman embrio dan lebih dari 5 juta titik data klinis dari berbagai demografi pasien digunakan untuk melatih algoritma AI. Hal ini memungkinkan model AI untuk memeriksa detail-detail kecil yang sering kali terlewatkan oleh embryologist.

Sistem CHLOE berbasis cloud dari Fairtility berfungsi sebagai instrumen pendukung keputusan untuk pemilihan embrio bertenaga AI. Instrumen ini memberikan prakiraan berkelanjutan dari pembuahan hingga tahap blastosis dengan mengintegrasikannya dengan perangkat time-lapse imaging (TLI). Sistem time-lapse imaging secara otomatis mengidentifikasi, menyegmentasikan, dan menganalisis gambar embrio pada berbagai tahap perkembangan pada tingkat piksel.


Itu dia pemaparan mengenai fertility treatment dengan AI. Temukan jawaban atas pertanyaanmu mengenai virtual reality, augmented reality dan teknologi lainnya di blog MetaNesia!

MetaNesia adalah platform dunia virtual yang menciptakan interaksi virtual di mana pengguna dapat berinteraksi, berkolaborasi, dan berkreasi dengan lingkungan digital yang mendukung. Apabila kamu tertarik untuk menjual produk digital atau menjalin kerja sama dengan MetaNesia, kamu dapat bergabung dengan menghubungi Customer Service kami melalui WhatsApp untuk bertanya. Kamu juga dapat berkonsultasi dengan pihak MetaNesia secara gratis.

Kamu juga bisa merasakan pengalaman di dunia virtual dengan mengunduh aplikasi MetaNesia melalui website kami. Ayo rasakan pengalaman yang belum pernah kamu coba sebelumnya melalui MetaNesia!

Bagikan ini: