Pada akhir Januari lalu, United Nations Environment Programme (UNEP) atau dikenal juga dengan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa meluncurkan simulasi permainan menggunakan perangkat lunak terbaru. Simulasi ini juga dilengkapi dengan avatar.
Gabungan avatar digital dan teknologi terbaru ini menandai usaha Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memasuki dunia metaverse. Game simulasi berbasis metaverse ini dinamai Apollo’s Edition.
Game yang dilakukan di platform dunia virtual ini menargetkan anak-anak hingga remaja, yaitu usia 13-18 tahun. Material pembelajaran yang bisa didapat secara gratis ini dimaksudkan untuk memberikan material sumber daya bagi pengajar untuk mengajarkan pentingnya melindungi lingkungan.
Menggunakan avatar digital

Karakter avatar digital dikembangkan menggunakan teknologi motion capture suite dengan 17 sensor bersamaan dengan program kreator 3 dimensi untuk menciptakan hasil yang fotorealistik. Hasilnya adalah prototipe gestur dan ekspresi avatar digital yang fotorealistik dan menyerupai manusia nyata.
Murid dibebaskan membuat keputusan

The Reset Earth Impact Simulator game milik Perserikatan Bangsa-Bangsa ini menempatkan murid dalam posisi pengambil keputusan. Sebagai pemimpin dalam game dunia metaverse ini, murid dapat memilih salah satu dari 4 peraturan UNEP untuk melindungi lingkungan.
Masing-masing dari peraturan tersebut memiliki hasil berbeda yang divisualisasikan dalam game. Skor setiap pemain didasarkan pada pemahaman mereka terhadap lapisan ozon, juga fungsi dan manfaatnya.
Hasil dari pilihan pemain akan berdampak pada lingkungan, masyarakat, ekonomi, dan hegemoni politik akan terekam dan dinilai. Ada banyak faktor yang mempengaruhi penilaian mereka.
“Dengan memberikan alat pembelajaran inovatif kepada kaum muda, kami berharap dapat menginspirasi mereka untuk menjadi ilmuwan masa depan dan pembuat kebijakan yang memperjuangkan perlindungan lingkungan,” ungkap Meg Seki, Sekretaris Eksekutuf dari Ozone Secretariat.
Materi pembelajaran bisa disesuaikan

Sebagai mata pembelajaran yang modern, pengajar dapat memodifikasi materi sesuai kebutuhan. Artinya, para guru bisa melakukan perpaduan materi pada silabus sesuai kelas yang diajarkan.
Materi yang bisa didapatkan antara lain video pendek, tugas individu atau aktivitas grup untuk mendorong debat secara sehat. Tiap silabus pembelajaran dibuat secara fleksibel, sebagai contohnya agar bisa memasukkan materi mengenai lapisan ozon dan perlindungan lingkungan ke dalam kurikulum yang sudah ada.
Mengapa menggunakan metaverse?

Meskipun masih tergolong sebagai teknologi baru, metaverse dapat dengan cepat diterima sebagai platform pembelajaran, kolaborasi, serta komunikasi. Sudah ada universitas ternama yang mengaplikasikan teknologi ini ke dalam kegiatan belajar mereka, sebut saja Draper University, Wharton Business School, dan organisasi non-profit asal Jepang, Katariba.
Penggunaan metaverse tidak lepas dari kelebihannya yang bersifat imersif dan menyenangkan. Pengguna bisa berinteraksi layaknya di dunia nyata, seperti bermain hingga menghadiri acara secara virtual.
Meskipun perusahaan seperti Microsoft sudah mulai mengeksplorasi kegunaan metaverse dan augmented reality untuk pendidikan melalu HoloLens, metaverse sendiri mulai naik daun setelah Facebook melakukan rebranding dan mengubah namanya menjadi Meta.
Sejak itu, pemain dari berbagai industri berlomba-lomba mengeksplorasi metaverse. Organisasi non-profit dan non-pemerintah pun mengikuti, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dibuat untuk meningkatkan kesadaran peduli lingkungan sejak dini
Game simulasi dunia virtual ini memang dibuat dengan tujuan untuk edukasi remaja. Apalagi di era perkembangan teknologi seperti sekarang, kegiatan belajar-mengajar tidak harus monoton dan membosankan.
Simulasi Apollo’s Edition sendiri adalah bagian dari platform pembelajaran Reset Earth milik Perserikatan Bangsa-Bangsa. Isu mengenai lapisan ozon sendiri memang gencar dikedepankan oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, karena meskipun kerusakan yang ada bisa dikurangi, usaha tersebut akan sia-sia jika tidak terus dilakukan di masa depan.
Salah satu usaha untuk melindungi lapisan ozon yang dilakukan sekarang adalah melarang bahan kimia yang dapat berkontribusi terhadap menipisnya lapisan ozon. Contoh bahan kimianya adalah chlorofluorocarbons (CFCs) atau dikenal juga dengan nama gas rumah kaca.
Adanya pelarangan ini diharapkan dapat mencegah naiknya suhu panas bumi sebesar 0,5-1 derajat Celcius. Hal ini dibahas dalam laporan dari UNEP.
Pentingnya edukasi kaum muda

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, generasi muda harus memahami pentingnya fungsi lapisan ozon, serta mengapa perlindungannya menjadi hal yang krusial bagi kelangsungan planet Bumi di tengah terus meningkatnya iklim global.
Bahkan, Amandemen Kigali yang sudah diratifikasi sepenuhnya melarang hydrofluorocarbons (HFCs). HFCs adalah gas yang berpotensi dapat meningkatkan suhu panas bumi. Dengan adanya larangan ini, Bumi dapat menghindari kenaikan suhu sebesar 0,3-0,5 derajat Celcius pada akhir abad ini.
Tentu saja, hal itu dapat terjadi jika perlindungan terhadap lingkungan dan lapisan ozon terus digencarkan. Itulah salah satu motivasi kuat di balik peluncuran Apollo’s Edition. Adanya material pembelajaran yang menarik diharapkan dapat memupuk bibit-bibit baru pemuda yang peduli akan lingkungan di masa depan.
Itulah berita mengenai game simulasi metaverse oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Tertarik dengan berita teknologi seperti ini? Masih banyak berita perkembangan teknologi, augmented reality, virtual reality, dan metaverse di blog metaNesia!
metaNesia juga menawarkan layanan metaverse untuk pemilik bisnis yang ingin melakukan digitalisasi pada operasional bisnisya. Cek selengkapnya di metaNesia bisnis!