Penggunaan teknologi augmented reality atau AR semakin hari semakin umum dijumpai pada masyarakat. Hal ini tentu menjadi pertanda baik karena fenomena tersebut dapat mendorong perkembangan teknologi tersebut menjadi jauh lebih cepat dan menjadi lebih maju. Terlebih, saat ini dapat dikatakan batasan dari potensi AR sendiri adalah kreatifitas manusia itu sendiri!
Teknologi AR sendiri menjadi lebih sering diimplementasikan karena fungsinya yang tidak dapat dipungkiri dapat bermanfaat dalam berbagai aspek kehidupan manusia sehari-harinya. Terbaru, khususnya dalam bidang hiburan, teknologi AR juga dimanfaatkan dalam pertunjukkan musik opera, lho!
Deutsche Oper am Rhein atau German Opera on the Rhein mengumumkan akan menggunakan teknologi AR untuk mengimplementasi pertunjukkan pentas opera yang mereka adakan. Lebih spesifik, teknologi AR yang dimaksud yaitu sebuah perangkat headset AR berbentuk kacamata opera!
Penasaran dengan kacamata opera berteknologi AR tersebut? Yuk, simak artikel ini sampai habis!
Kacamata Opera AR digunakan untuk Meningkatkan Pengalaman Penonton!
Kasus penggunaan dari teknologi AR dan VR di masyarakat saat ini dapat dikatakan beragam. Berbagai ide-ide imajinatif nan kreatif dalam penggunaan teknologi tersebut khususnya dalam bidang kreatif seperti seni budaya terus berkembang hingga saat ini. Seperti salah satunya penggunaan teknologi AR oleh Deutsche Oper am Rhein yang berkolaborasi dengan Vodafone.
Deutsche Oper am Rhein melalui kerjasamanya dengan Vodafone saat ini sedang melakukan uji coba proyek terbarunya yang memanfaatkan teknologi augmented reality. Projek tersebut yaitu menampilkan sebuah pertunjukkan opera yang menawarkan pengalaman lebih jauh lagi dengan menggunakan headset AR berbentuk kacamata.
Pada uji coba proyek terbaru Deutsche Oper am Rhein tersebut, pertunjukkan yang digunakan yaitu bertajuk “Die tote Stadt” atau Kota Mati dalam bahasa Indonesia. Die tote Stadt merupakan pentas opera yang dibuat oleh komposer Austria-Amerika terkenal yaitu Erich Wolfgang Korngold. Uji coba tersebut dilakukan terhadap penonton yang berjumlah 30 orang.
Headset AR yang bertugas sebagai bantuan penglihatan bagi para penonton tersebut dinamakan oleh manajemen teater sebagai “Digital Opera Glasses”. Digital Opera Glasses mampu untuk menampilkan informasi digital tambahan selama pertunjukkan berlangsung.
Informasi yang ditampilkan kacamata opera berteknologi AR tersebut meliputi informasi latar belakang, subtitle dua bahasa dan sudut pandangan kamera dari berbagai sisi. Seluruh informasi yang ditampilkan kacamata pintar tersebut disalurkan melalui jaringan 5G yang menampilkan seluruh konten secara real-time.
Kacamata Opera AR Memiliki Misi untuk Menjangkau Penonton Baru!
Professor Christoph Meyer, direktur jenderal dari Deutsche Oper am Rhein menjelaskan bahwa proyek tersebut memiliki ide atau fokus utama berupa komunikasi. Ia mengatakan Digital Opera Glass dapat menggabungkan pengalaman menyaksikan pertunjukkan secara langsung dengan teknologi yang imersif.
Cristoph menjelaskan bahwa proyek tersebut merupakan strategi mereka dalam memfasilitasi akses menonton pentas opera dan juga tarian ballet agar lebih mudah melalui teknologi digital. Kacamata AR tersebut juga memiliki tujuan untuk memberikan dorongan kepada masyarakat khususnya untuk menjangkau penonton baru pada masa digital seperti saat ini.
Pertunjukkan opera dengan menggunakan proyek Digital Opera Glasses tersebut akan dapat disaksikan perdana pada tanggal 16 April mendatang. Penjualan tiket untuk kursi tersebut juga telah dibuka sejak 10 Maret yang lalu. Tidak ada biaya tambahan untuk para penonton yang menggunakan Digital Opera Glasses ini nantinya.
Saat ini, kacamata Digital Opera Glasses proyek Deutsche Oper am Rhein tersebut belum dapat disesuaikan untuk berbagai ketajaman penglihatan yang berbeda. Sehingga, Deutsche Oper am Rhein menganjurkan para penonton untuk menggunakan lensa kontak saat menggunakan kacamata opera tersebut.
Teknologi AR dibidang Seni Teater Masih Tergolong Baru
Pertunjukkan teater dengan menggunakan teknologi virtual reality sebenarnya sudah banyak dijumpai dalam beberapa tahun terakhir ini. Terlebih, pandemi akibat COVID-19 mendorong berbagai pentas seni untuk beralih ke VR. Salah satu contohnya, Staatstheater Augsburg telah mengimplementasikan program full VR yang berisi beberapa karya musik terbaik.
Disisi lain, implementasi augmented reality dibidang seni teater saat ini masih cukup jarang terlebih apabila dibandingkan dengan teknologi VR. Namun, penggunaan AR untuk seni teater telah dilaksanakan oleh Magic Leap dan Royal Shakespeare Company. Mereka menciptakan tabletop theater yang bertajuk “The Seven Ages of Man”.
Dapat dikatakan, saat ini Deutsche Oper am Rhein membuka jalan untuk penggunaan teknologi AR terutama untuk seni teater dengan proyek AR yang mereka lakukan tersebut. Tentu akan jadi hal yang menarik apabila terdapat lebih banyak teater opera ataupun teater lainnya yang juga menerapkan teknologi AR dalam pertunjukkan mereka di masa mendatang.
Demikianlah artikel mengenai kacamata pintar dengan teknologi AR untuk teater opera ini. Jangan lupa kunjungi blog metaNesia untuk membaca artikel menarik lainnya!