Bagaimana Kaitan Teknologi Terbaru dan Geopolitik di Amerika Serikat?

Bagaimana Kaitan Teknologi Terbaru dan Geopolitik di Amerika Serikat?

Kemajuan teknologi membawa perubahan bagi hampir semua sektor yang ada di dunia. Untuk sektor manufaktur dan industri, memang tidak diragukan lagi. Namun, teknologi juga berperan besar bagi lingkungan geopolitik dan keamanan dunia.

Di Amerika Serikat khususnya, perkembangan alat teknologi yang makin pesat mendorong mereka untuk berpikir lebih dalam. Bagaimana memanfaatkan teknologi ini untuk keamanan negara? Bisakah teknologi memajukan pertahanan nasional?

Di artikel kali ini, kita akan membahan kaitan teknologi terbaru, geopolitik dan keamanan negara. Yuk simak artikelnya!

Tren teknologi membawa perubahan

kaitan teknologi terbaru dan geopolitik
Sumber foto: ASPI strategist

Di perhelatan ASPI’s Sydney Dialogue awal April lalu, Departemen Pertahanan AS memikirkan titik temu perubahan teknologi dalam persaingan geopolitik. Terutama apa artinya bagi lingkungan keamanan, khususnya dalam konteks Indo-Pasifik.

Wilayah ini merupakan titik vital bagi masa depan dunia. Saat ini, ada tiga tren yang membentuk persilangan antara perubahan teknologi, geopolitik, dan keamanan nasional.

Pertama, serangkaian teknologi—termasuk kecerdasan buatan, bioteknologi, dan dunia maya, sudah muncul dan tumbuh semakin canggih setiap hari. Kecanggihan yang ditawarkan oleh teknologi-teknologi ini telah membentuk kembali ekonomi, masyarakat, dan militer.

Misalnya, rilisan publik terbaru dari model bahasa besar seperti ChatGPT mengilustrasikan bagaimana kemajuan dalam AI dan machine learning merevolusi cara manusia mengumpulkan, mengakses, dan memproses informasi. Ditambah lagi, informasi ini bisa diakses di mana saja dari ruang kelas hingga militer.

Kemajuan ini mewakili teknologi yang dibuat untuk tujuan umum, seperti mesin pembakaran dan pesawat terbang di generasi sebelumnya. Teknologi tersebut memiliki konsekuensi strategis, dampaknya terhadap kehidupan manusia pun jauh lebih luas.

Kondisi politik mengubah cara pandang

Kondisi politik mengubah cara pandang
Sumber foto: Next Gov

Teknologi yang ada sekarang mencerminkan tren di mana begitu banyak teknologi mutakhir saat ini telah mengalami ledakan, terutama karena investasi sektor swasta dan komersial. Kedua, perubahan teknologi ini mempercepat perubahan dalam lingkungan keamanan.

Sebagai contoh, strategi dari US Department of Defense 2022 dengan jelas menggambarkan lingkungan strategis yang makin berkembang. Arah perkembangan ini mirip dengan cara Republik Rakyat Tiongkok berusaha memanfaatkan keunggulan teknologi demi menciptakan tantangan sistemik.

Ditambah lagi jika membahas invasi mengerikan Rusia ke Ukraina. Konflik ini memicu perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, sekaligus menjadikan Rusia ancaman akut. Terutama saat melihat konflik politik di Uni Eropa saat ini.

Dalam dunia politik global, sebuah negara tidak bisa bergerak sendiri. Seperti yang dikatakan Colin Kahl, US Under Secretary of Defense tahun lalu, “Ini bukan kompetisi negara, ini adalah kompetisi koalisi.” Hal ini disampaikannya pada IISS Manama Dialogue, November tahun lalu.

Oleh karena itu, tidak heran jika koalisi negara-negara besar mulai terbentuk secara global. Contohnya saja Uni Eropa, organisasi yang beranggotakan negara-negara yang berada di wilayah Eropa. Organisasi yang beranggotakan 27 negara ini menjalin hubungan kerja sama di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, ilmiah, hingga politik.

Kaitan teknologi terbaru dan geopolitik membuat aliansi antar negara sangat penting

Kolaborasi antar negara terjadi di seluruh belahan dunia. Tidak hanya di Eropa, tapi juga di Asia. Negara-negara yang sedang berkonflik, seperti Rusia-Ukraina, maupun negara blok netral seperti Indonesia tidak terkecuali.

Kolaborasi dengan sekutu dan mitra bukan hanya dasar bagi kepentingan keamanan nasional Amerika. Penting untuk memperkuat dan mempertahankan pencegahan mengingat teknologi yang berkembang pesat.

Aliansi yang tidak dapat dipatahkan antara Amerika dengan Australia, misalnya, merupakan manifestasi dari kerja dan komitmen untuk mengurangi hambatan institusional. Aliansi ini pun termasuk mengatasi hambatan terkait penelitian dan pengembangan kolektif, perencanaan, interoperabilitas, berbagi informasi dan berbagi teknologi.

Kemitraan AUKUS antara Australia, Inggris dan Amerika merupakan gambaran dari komitmen tersebut. United States Secretary of Defense Llyod Austin mengatakan, AUKUS adalah peluang yang dapat memperkuat kemampuan kemiliteran gabungan Amerika.

Austin juga menambahkan jika kemitraan ini bisa meningkatkan kapasitas industri sistem ketahanan Amerika, meningkatkan kemampuan Amerika untuk mencegah agresi, dan mempromosikan tujuan bersama untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Kaitan teknologi terbaru dan geopolitik | AUKUS adalah investasi jangka panjang

AUKUS adalah investasi jangka panjang
Sumber foto: Kompas

AUKUS adalah investasi jangka panjang bersama yang memungkinkan negara partisipannya membangun keunggulan sistem defensi negara yang bertahan selama beberapa dekade mendatang. Berkompetisi adalah tentang menciptakan stabilitas dan memperkecil kemungkinan terjadinya konflik.

Menghindari konflik politik seperti yang terjadi pada Rusia-Ukraina, membantu memastikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka tempat semua negara dapat makmur tanpa paksaan. Namun, ini bukan hanya tentang kompetisi; ini juga tentang kerja sama.

Kita semua membutuhkan pemahaman bersama tentang bagaimana pengembangan dan penggunaan alat kemiliteran. Tentu saja, harus sejalan dengan nilai-nilai yang kita pegang. Pesan ini pun bisa dipetik oleh Indonesia.

Bagaimana penerapannya?

Sebagai contoh, Amerika baru-baru ini memperkenalkan deklarasi politik tentang penggunaan kemiliteran yang bertanggung jawab atas kecerdasan buatan dan otonomi. Perjanjian internasional yang tidak mengikat ini menetapkan norma yang kuat tentang perilaku yang bertanggung jawab untuk tindakan kemiliteran seputar AI dan otonomi. Perjanjian ini didasarkan pada pelajaran yang dipetik dari kebijakan The United States Department of Defense selama lebih dari satu dekade.

Segala teknologi, terutama sumber daya teknologi dengan kecanggihan luar biasa, harus dipergunakan dengan tanggung jawab. Pemanfaatan AI untuk keamanan kemiliteran negara harus dilakukan dengan cara uang meminimalkan bias dan kecelakaan yang tidak disengaja. Dampak teknologi secara mendunia memang tidak diragukan, tetapi memakainya dengan penuh tanggung jawab adalah keharusan.

Bagaimana geopolitik di Indonesia?

Banyak hal yang terjadi pasca munculnya Covid 19. Kemunculan Covid 19 merubah bukan hanya cara kita berinteraksi, namun juga tatanan geopolitik di berbagai belahan dunia.

Sejalan dengan itu, teknologi baru pun bermunculan. Mayoritas di antaranya berkembang dengan pesat, hingga dapat mengubah perspektif suatu negara terhadap ketahanan negara mereka hingga sudut pandang geopolitiknya.

Lalu, bagaimana keadaan di tanah air? Gejolak ekonomi dunia pun mau tak mau membuat pemerintah membuat langkah antisipasi. Salah satu langkah antisipasi yang kontroversial dan menjadi banyak pembicaraan orang adalah pembuatan Perpu Cipta Kerja.

Perpu ini diterbitkan sebagai langkah antisipasi perekonomian dunia. Namun, tidak sedikit pihak yang menganggap Perpu Cipta Kerja bertentangan dengan UUD 1945.

Kemudian, sudah ada pula pihak-pihak yang membahas tentang geopolitik energi terbarukan di tanah air. Salah satunya adalah Institute for Essential Services Reform (IESR).

Dilansir dari laman resminya, menurut Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), Gubernur Lemhannas RI menyampaikan evolusi konseptual geopolitik dan saat ini sudah sampai di era Geopolitik V.

“Sekarang, di era Geopolitik V, intinya adalah global supply chain lewat konektivitas, sehingga memetametakan konektivitas harus kita lakukan,” ujar Gubernur Lemhannas RI.

Kemudian Gubernur Lemhannas RI mengatakan bahwa Lemhannas RI sedang dalam proses penyusunan metodologi penghitungan kapasitas geopolitik. Penyusunan tersebut dilakukan dengan membuat indeks kapasitas geopolitik. Dalam hal ini ada tiga indikator yang digunakan, yakni geografi fisik, geografi insani, dan instrumen geografi.

“Kami hitung indeks Geopolitik RI dan dibandingkan dengan negara-negara lain dunia. Kami hitung dan hasilnya RI itu sedang,” tutur Gubernur Lemhannas RI.

Pandangan RI dalam merespons kaitan teknologi terbaru dan geopolitik serta dinamika dunia

Dilansir dari halaman resmi MPR, perang proksi dan perebutan pengaruh di berbagai kawasan dunia akan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kebijakan kepolitikan luar negeri RI.

Meski negara-negara besar seperti Amerika, Tiongkok, Eropa memiliki kancahnya tersendiri, RI harus tetap tegas dengan sudut pandang bebas aktif dan tidak terpengaruh dinamika dari luar. Misalnya, sudut pandamg antara perang Rusia-Ukraina.

Selain rivalitas Amerika dan Tiongkok di Indo Pasifik, dinamika geopolitik dunia lainnya yang cukup mencolok dan patut dicermati adalah antara Rusia dan Ukraina. Sebagai penganut sudut pandang bebas aktif, RI tidak mengikatkan diri secara a priori pada satu kekuatan dunia serta secara aktif.

Oleh sebab itu, prinsip perpolitikan luar negeri bebas aktif yang menjadi pedoman RI di kancah perpolitikan dunia harus dipertajam menjadi strategi geopolitik yang bersifat taktis dan komprehensif bagi pemenuhan kepentingan nasional.


Itulah bahasan kaitan teknologi terbaru dan geopolitik. Tertarik dengan artikel seperti ini? Temukan lebih banyak bahasan mengenai metaverse, augmented reality, virtual reality dan tren teknologi terbaru di blog MetaNesia!

MetaNesia juga menawarkan layanan bagi pemilik bisnis yang ingin mendigitalisasi usahanya melalui MetaNesia Bisnis. Hubungi kami dengan men-klik link ini.

Bagikan ini: