Berbagai headset VR generasi terbaru dari beberapa perusahaan terkemuka dibidang terkait sudah resmi diumumkan atau bahkan sudah dirilis ke pasar dan dapat dimiliki oleh konsumen. Headset virtual reality generasi terbaru atau next-gen VR headset ini memang memiliki berbagai keunggulan dan kemampuan berkat teknologi terbaru yang ditawarkan.
Namun, pada kenyataannya headset virtual reality generasi selanjutnya ini cenderung masih memiliki berbagai kekurangan yang belum mampu memenuhi ekspektasi konsumen. Bahkan, saat ini kekecewaan konsumen yang menyesal telah membeli headset terbaru tersebut mulai menjadi peristiwa yang umum dijumpai.
Lantas, apa saja kekurangan yang terdapat pada headset VR premium generasi selanjutnya ini? Yuk, simak informasi selengkapnya dengan membaca artikel ini sampai habis!
Awal Kemunculan Headset VR Generasi Selanjutnya
Perkembangan dari headset virtual reality premium menurut berbagai pihak dapat dijumpai pertama kali pada bulan Oktober tahun 2022 lalu. Saat itu, Meta dengan resmi meluncurkan headset Meta Quest Pro yang menetapkan standar baru yang lebih tinggi untuk headset VR kedepannya.
Saat perilisannya, Meta Quest Pro memiliki berbagai fitur yang sebelumnya asing dijumpai pada headset virtual reality yang dijual untuk konsumen. Fitur tersebut seperti lensa pancake dengan miniLED backlighting yang mampu meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan. Quest Pro juga memiliki kapabilitas mixed reality berwarna dengan face dan eye tracking.
Standar baru yang ditetapkan oleh Meta Quest Pro tersebut kemudian membuat perusahaan lain berlomba-lomba untuk mengungguli spesifikasi VR headset flagship buatan Meta tersebut. Terbukti, saat ini perusahaan besar seperti Sony dengan PlayStation VR2 atau HTC dengan Vive XR Elite baru-baru ini telah resmi dijual untuk konsumen.
Salah satu kendala yang dijumpai dalam membuat headset next-gen tentu saja memberikan spesifikasi terbaik untuk konsumen dengan tetap memiliki harga yang terjangkau. Hal tersebut juga dapat menjadi alasan mengapa saat ini berbagai VR headset premium tersebut masih memiliki berbagai kekurangan umum yang terdapat didalamnya.
Kekurangan Headset VR Next Generation Berupa Kenyamanan Pengguna
Penggunaan jangka panjang VR headset sejak awal dikembangkan dapat menimbulkan ketidaknyamanan untuk para penggunanya. Bahkan, mayoritas pengguna headset VR sepakat bahwa penggunaannya terbatas untuk satu sampai dua jam saja. Apabila digunakan lebih lama dari jangka waktu tersebut, pengguna umumnya akan merasakan motion sickness.
Selain motion sickness, pengguna headset virtual reality juga mengeluhkan mengenai tekanan pada wajah yang mereka rasakan ketika menggunakan headset dalam waktu yang lama.Sehingga, banyak konsumen yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap headset generasi terbaru untuk mengatasi permasalahan yang sudah ada sejak lama tersebut.
Masalah Kenyamanan pada Meta Quest Pro
Sayangnya, hingga saat ini meskipun dengan segala inovasi terutama dalam bidang desain dan bentuknya, Headset VR next-gen belum mampu menjadi solusi terhadap masalah tersebut. Meta Quest Pro contohnya memiliki desain unik yang menurut Meta dapat memberikan kenyamanan premium untuk penggunanya dimana secara teori terdengar mengesankan.
Pada kenyataannya, banyak peninjau yang memiliki keluhan berupa tekanan di bagian dahi yang mengakibatkan rasa sakit setelah menggunakan Quest Pro selama kurang lebih satu jam. Hal ini karena, desain Meta Quest Pro yang memiliki bantalan bagian depan yang kecil, keras dan melengkung sehingga sulit untuk menyesuaikan dengan bentuk dahi penggunanya.
Permasalahan Kenyamanan pada VR Headset Next-Gen Lainnya
Selain Meta Quest Pro, masalah kenyamanan seakan masih menjadi momok yang menghantui perusahaan produsen headset virtual reality lainnya seperti Pico dan Sony. Pada Pico 4, desain diatas kertas headset VR tersebut memilliki bobot yang lebih ringan untuk mengurangi tekanan pada wajah pengguna.
Namun, seperti VR headset premium lainnya, desain Pico 4 juga belum mampu memberikan kenyamanan maksimal untuk penggunanya. Pico 4 memiliki bantalan yang kaku dengan tali kepala yang tidak stabil sehingga tidak terlalu nyaman untuk digunakan bahkan dibandingkan dengan model sebelum-sebelumnya.
Headset VR terbaru Sony yaitu PlayStation VR2 menawarkan kualitas visual yang lebih baik daripada sebelumnya. Namun, terdapat kekurangan mendasar pada desain PlayStaiton VR2 yaitu tidak mempertimbangkan variasi ukuran dan bentuk kepala pengguna. Seperti halnya Quest Pro, bantalan dahi PlayStation VR2 dapat menimbulkan rasa sakit kepada penggunanya.
Secara kesimpulan atau garis besar, seluruh headset premium yang digadang-gadang menjadi VR headset next-gen dari perusahaan besar ini memiliki masalah kenyamanan yang sama. Alih-alih menyediakan solusi kenyamanan yang dapat diterima secara universal, seluruh headset VR ini hanya mampu memberikan kenyamanan maksimal untuk sebagian kecil konsumen saja.
Solusi Kenyamanan untuk Kekurangan Headset VR Next Generation
Berdasarkan beberapa contoh yang digunakan seperti Meta Quest Pro, Pico 4 ataupun PlayStation VR2 belum mampu untuk mengatasi permasalahan kenyamanan ini. Namun, headset flagship dari HTC yaitu Vive XR Elite seakan menjadi secercah harapan untuk konsumen dalam menjadi solusi kedepannya perihal permasalahan kenyamanan ini.
HTC Vive XR Elite berhasil membuat kagum para reviewer dengan desain yang nyaman dan unik yang dapat disesuaikan. Desain baterai pada bagian belakang dan dapat diganti dengan earpieces ini memberikan kesan VR headset yang sangat ringan dengan glasses-like form factor. Lebih dari itu, HTC juga memberikan opsi kenyamanan pada headset flagship mereka tersebut.
Modularitas Berpotensi Menjadi Solusi untuk Kenyamanan Headset VR
Meninjau perkembangan headset VR beberapa waktu belakangan ini, solusi sempurna untuk masalah kenyamanan pengguna terkesan tidak akan tercipta dalam waktu dekat ini. Namun, sebuah sistem yang modular tentu dapat memberikan kebebasan untuk konsumen dalam memaksimalkan kenyamanan mereka menggunakan berbagai pilihan aksesoris yang ada.
Pendekatan yang jauh berbeda namun menarik sebelumnya telah dilakukan oleh Bigscreen VR, pihak yang secara individual menyesuaikan headset Beyond untuk tiap penggunanya. Mereka mengatur IPD atau Inter Pupillary Distance sesuai dengan jarak mata dan wajah yang dibentuk khusus agar sesuai dengan kontur wajah tiap penggunanya.
Pengujian pra-rilis terkini dari Bigscreen VR menunjukkan penggunaan headset VR yang tidak menimbulkan nyeri bahkan dalam jangka waktu yang berkepanjangan. Hal ini dapat diwujudkan dengan headset Bigscreen Beyond yang sangat ringan dan terutama custom-fitted sesuai dengan penggunanya.
Pengujian tersebut membuktikan bahwa desain yang modular seperti dengan tali kepala yang dapat diganti dan bantalan empuk dapat mengurangi tekanan wajah pengguna headset VR. Pengujian ini juga lebih jauh memperkuat argumen mengenai satu ukuran yang cocok untuk semua tidaklah berfungsi khususnya untuk kenyamanan penggunanya.
Kekurangan Headset VR Next Generation berupa Fitur dan Potensi yang Belum Dimaksimalkan
Produsen headset VR saat ini cenderung memenuhi berbagai fitur canggih kedalam VR headset model terbaru mereka. Sayangnya, saat ini mayoritas fitur-fitur tersebut tidaklah diperlukan dan bahkan tidak terlalu berguna untuk kebanyakan aplikasi dan video game. Karena, hanya terdapat sebagian kecil pengguna saja yang dapat memanfaatkan fitur tersebut.
Fitur tersebut lebih banyak bermanfaat untuk para developer aplikasi dan game VR. Namun, banyak dari pihak developer yang enggan untuk menghabiskan waktu dan sumber daya untuk membuat konten yang memanfaatkan fitur tersebut. Oleh karena itu, perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mengajak konsumennya untuk menggunakan fitur-fitur tersebut.
Peristiwa tersebut dapat dijumpai kembali dalam headset flagship Meta yaitu Quest Pro. Meta Quest Pro memiliki berbagai teknologi canggih sekaligus mahal berupa eye tracking dan face tracking. Dimana, kedua teknologi tersebut hanya dapat berfungsi secara maksimal ekslusif untuk menganimasikan avatar virtual.
Dengan rendahnya minat pada aplikasi Horizon Worlds, Horizon Workrooms serta aplikasi serupa, tentu fitur-fitur tersebut menawarkan fungsi yang terbatas untuk pengguna. Pada eye tracking contohnya yang mampu memfasilitasi foveated rendering dan input pengguna, hanya sedikit pihak developer aplikasi dan game yang memanfaatkan teknologi tersebut saat ini.
Tidak Mengoptimalkan Kemampuan Mixed Reality secara Penuh
Salah satu kelebihan atau fitur unggulan yang dimiliki headset VR premium saat ini yaitu fitur mixed reality. Meta Quest Pro contohnya mendukung penggunaan MR dengan passthrough yang berwarna. Namun, untuk pengguna mayoritas headset Meta Quest lainnya mereka hanya melihat passthrough monokrom beresolusi rendah yang jarang digunakan.
Kapabilitas mixed reality canggih pada Meta Quest Pro tersebut juga dapat dijumpai pada Pico 4 dan HTC Vive XR Elite. Rumor mengenai peluncuruan Meta Quest 3 di musim gugur tahun ini menjadi opsi yang lebih murah untuk para konsumen. Sayangnya, hingga kini hanya terdapat segelintir aplikasi dan game yang mendukung fitur mixed reality.
Usaha Produsen untuk Mengatasi Kekurangan Headset VR Next Generation
Meskipun seakan tidak fokus dalam mengatasi masalah yang umum sejak lama ada di headset VR, saat ini berbagai perusahaan sudah berusaha untuk memberikan solusi terbaik. Sebagai contoh, berbagai usaha dan pendekatan dapat dijumpai melalui Sony dengan PSVR2 dan HTC dengan Vive XR Elite.
Sony PlayStation VR2 memiliki fitur eye tracking yang standar digunakan pada headset tersebut. Sony menggunakan eye tracking sebagai fitur umum yang dapat dinikmati oleh seluruh penggunanya, sehingga pihak developer menjadi lebih terdorong untuk menggunakan fitur tersebut.
Dari sisi kenyamanan desain, banyak perusahaan dapat menjadikan HTC Vive XR Elite sebagai contoh atau rujukan dengan modularitas yang dimiliki. HTC diumumkan akan menyediakan solusi berupa aksesoris eye tracking dan face tracking pada tahun 2023 ini. Berhubung kedua fitur tersebut bukan fitur standar, mayoritas software berpotensi tidak akan mendukungnya.
Seperti yang telah sedikit dijelaskan pada bagian sebelumnya, modularitas tersebut dapat menjadi solusi untuk produsen headset VR. Karena, modularitas dapat memberikan kebebasan untuk penggunanya sekaligus mengurangi biaya yang tidak perlu. Hal ini dapat memungkinkan perusahaan untuk menekan harga penjualan headset terbaru mereka.
Jangan lupa kunjungi blog metaNesia untuk membaca artikel menarik lainnya!