Meneropong Masa Depan dan Kembali Ke Masa Lalu Dengan Metaverse

Meneropong Masa Depan dan Kembali Ke Masa Lalu Dengan Metaverse

Pembicaraan mengenai metaverse memang tidak ada habisnya. Teknologi yang sedang naik daun ini terkenal berkat kemampuannya menawarkan pengalaman baru bagi penggunanya. Ditambah lagi, pengalaman yang ditawarkan imersif dan terasa nyata.

Berkat kemampuannya itu, banyak pengamat teknologi dan pelaku bisnis melihat potensi besar dari metaverse. Bahkan, korporasi IT raksasa dunia yakni Facebook sampai mengubah namanya menjadi Meta untuk memfokuskan tujuan perusahaan pada teknologi yang satu ini.

Salah satu kemampuan dunia virtual yang diprediksi akan meledak adalah potensinya merubah gaya hidup di masa depan dan kemampuannya kembali ke masa lalu dengan metaverse. Itu pula yang menjadi topik di World Congress (MWC) 2023 beberapa waktu lalu. Seperti apa maksudnya?

ZTE, metaverse, dan perjalanan ke masa lalu

ZTE, metaverse, dan perjalanan ke masa lalu
Sumber foto: ZTE

ZTE Corporation, salah satu pemain besar di industri solusi informasi dan teknologi juga menjadi salah satu korporasi yang mendukung potensi metaverse di masa depan. Hal ini disampaikan Vice President Song Shijie dan Juru Bicara Teknis Tu Jiashun saat membahas prospek ZTE terhadap inovasi-inovasi yang mungkin dilakukan di bidang turisme pada ajang Mobile World Congress (MWC) 2023 di Barcelona, Spanyol.

Pada 3 Maret lalu, Song Shijie membahas bagaimana melihat budaya dan kultur masa lalu kota Chang’an; ibu kota kuno dari 10 dinasti di Tiongkok, hingga sejarah keseluruhan dataran Tiongkok, melalui metaverse.

Bahasan tersebut dimulai dari pengenalan budaya masa lalu Museum Dinasti Tang di pidato bertajuk “Awakening Cultural Heritage” yang disampaikan Song Shijie. Sebagai museum berskala nasional, Museum Dinasti Tang memiliki koleksi keramik, perunggu, batu giok, dan banyak koleksi langka lainnya yang menjadi representasi sejarah perdagangan wilayah Timur-Barat dan penyebaran budaya selama Dinasti Tang.

Namun, tidak semua orang bisa menyaksikan langsung pidato Song. Karena keterbatasan dari segi daya tampung museum dan lokasi museum itu sendiri, hanya pengunjung offline terpilih yang bisa menyaksikan pidato Song beserta wisata budaya virtual ini.

Menurut Song, konsep baru seperti “Culture Metaverse” tidak dapat dipisahkan dari dukungan kuat platform video. Dengan mesin metaverse milik ZTE dan mitra ekosfernya, perusahaan teknologi yang berpusat di Shenzen ini dengan cepat membangun ruang interaktif virtual 3D online.

Mesin ZTE memungkinkan pengalaman yang berbeda untuk kembali ke masa lalu dengan metaverse

Mesin ZTE memungkinkan pengalaman yang berbeda dalam melihat sejarah
Sumber foto: Indo Telko

ZTE, yang juga menciptakan mesin metaverse mereka sendiri, mengatakan bahwa mesin tersebut bisa menggerakkan budaya peninggalan ke Museum Dinasti Tang. Yang artinya, menghilangkan batasan geografi dan objek fisik, serta benar-benar mewujudkan mimpi besar “mengunjungi museum secara offline dan melihat dunia online”.

Mesin ini pun memiliki fitur yang canggih. Sebut saja model digital presisi ultra-tinggi membuat kita dapat melihat tampilan peninggalan budaya dan sejarah secara online degan sudut pandang penuh 360°.

Pada saat yang sama, teknologi interaksi suara 3D membantu mencapai interaksi yang imersif antara tokoh-tokoh peninggalan budaya dan Museum Dinasti Tang di ruang virtual komunikasi interaktif. Platform ini mendukung akses pan-terminal dan pengguna dapat mengakses metaverse dengan menggunakan set-top box 8K, headset VR, ponsel pintar, iPad, dan terminal “meta” lainnya.

Berkat teknologi dan perangkat yang ada, pengguna dapat mewujudkan pengalaman interaktif yang kuat dengan latensi rendah. Ditambah dengan pengalaman audio dan video imersif sekaligus mengurangi biaya mengakseskarya seni di metaverse.

Perlunya infrastuktur digital untuk metaverse yang canggih

Perlunya infrastuktur digital untuk metaverse yang canggih
Sumber foto: ZTE

Selama diskusi panel tentang metaverse, Tu Jiashun selaku juru bicara ZTE menyoroti bahwa metaverse mirip dengan industri film, TV, dan video game di masa lalu. Kemiripannya ada pada kemampuan menawarkan titik masuk yang mudah bagi orang biasa ke dunia virtual dengan imajinasi tak terbatas.

Saat dunia digital bergerak maju, metaverse pasti akan menjadi komponen integral dari masyarakat digital kita di masa depan. Namun, tantangan utama metaverse saat ini adalah mencapai pengalaman pengguna yang sepenuhnya imersif dan membuat konten digital 3D dengan tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Salah satu faktor signifikan yang berkontribusi terhadap tantangan tersebut adalah kurangnya dukungan infrastruktur digital yang cukup kuat di dunia nyata. Hal ini harus secepatnya dicapai agar teknologi metaverse semakin maju dan bisa diakses secara luas.

Mengapa mengembangkan metaverse?

Mengapa mengembangkan metaverse?
Sumber foto: pikisuperstar on Freepik

Mewujudkan pengalaman imersif sehingga penggunanya bisa merasakan dunia layaknya video game di dunia nyata masih menjadi perhatian pemain di industri teknologi saat ini. Itulah juga yang menjadi alasan terus dikembangkannya perangkat realitas virtual, yang salah satu kegunaannya untuk membuat pengalaman pengguna saat bermain video game terasa nyata.

Apalagi, teknologi metaverse makin meroket setelah hadirnya pandemi. Di mana lingkup interaksi sosial makin terbatas, sehingga interaksi seperti bekerja hingga bermain game pun urung dilakukan di luar rumah.

Metaverse pun lebih dari sekedar hiburan. Saat ini teknologi yang juga dikenal dengan nama metamesta itu juga berkontribusi pada sektor bisnis. Beberapa perusahaan besar sudah mulai menggunakan metamesta, VR dan AR pada kegiatan produksinya, terutama mereka yang berkecimpung di sektor industri.

Adanya metaverse seperti membuka harapan baru bagi interaksi antar manusia di masa depan. Bukan hanya menawarkan pengalaman berbeda, tetapi juga rasa aman bagi penggunanya karena teknologi ini bisa dirasakan di mana saja. Komponen pentingnya adalah perangkat yang tepat dan koneksi internet yang stabil.

Namun, seperti yang diungkapkan ZTE, belum ada infrastruktur digital mumpuni yang mampu mewujudkan teknologi metaverse yang lebih canggih. Terlebih lagi, metaverse pun belum dapat diakses oleh semua kalangan akibat biaya yang cukup tinggi, terutama perangkatnya yang mematok harga selangit.

Teknologi apa yang dibutuhkan metaverse di masa depan?

Teknologi apa yang dibutuhkan metaverse di masa depan?
Sumber foto: CX Today

Pada World Congress (MWC) 2023, ZTE mengungkapkan ada faktor-faktor teknis yang harus dipenuhi untuk kemajuan metaverse yang lebih canggih. Faktor-faktor tersebut terkait dengan infrastruktur digital.

Latensi ultra-rendah, jaringan bandwidth ultra-tinggi sangat penting untuk memungkinkan orang mengakses metaverse kapan saja dan di mana saja. Selain itu, teknologi cloud dengan kemampuan rendering VR canggih dapat menghasilkan konten digital VR yang sangat realistis.

Ditambah lagi, The Internet of Things (IoT) yang ada di mana-mana dapat memungkinkan pembuatan kembaran digital dunia fisik secara real-time. Untuk sepenuhnya menyadari potensi metaverse, generasi baru dari infrastruktur digital sangat dibutuhkan.

Dengan munculnya metaverse di berbagai bidang, ZTE, menurut Vice President Song Shijie, akan terus berinovasi di bidang metaverse. ZTE akan terus bekerja sama dengan mitra di seluruh industri untuk menghadirkan pengalaman baru yang paling mutakhir dan realistis bagi pengguna. Tentu saja, mengembangkan dan mendukung ruang pasar meta-semesta yang luas, dan memungkinkan kisah pengalaman metaverse terjadi di seluruh sudut dunia.


Itulah berita mengenai kemungkinan kembali ke masa lalu dengan metaverse Tertarik dengan berita teknologi seperti ini? Masih banyak berita perkembangan teknologi, augmented reality, virtual reality, artificial intelligence dan metaverse di blog metaNesia!

metaNesia juga menawarkan layanan metaverse untuk pemilik bisnis yang ingin mengembangkan usahanya ke dunia digital. Cek selengkapnya di metaNesia bisnis!

Bagikan ini: