Industri 4.0: Penggunaan Teknologi Pada Industri Aluminium

Industri 4.0: Penggunaan Teknologi Pada Industri Aluminium

Digitalisasi dan otomatisasi bukanlah hal baru bagi sektor industri. Penggunaan dua teknologi ini dimulai dengan adopsi dan proliferasi komputer digital serta pencatatan digital di tahun 70-an dan menjadi lazim di akhir 1990-an dan 2000-an.

Hal ini menyebabkan komputerisasi semua proses dan implementasi aktivitas digital di berbagai organisasi dan industri, yang kemudian dikenal dengan revolusi industri ketiga. Kini dunia sedang bergerak menuju Industri 4.0 atau revolusi industri keempat.

Istilah “industri 4.0” atau “revolusi industri keempat” diciptakan untuk menggambarkan peningkatan digitalisasi di lingkungan industri. Industri 4.0 mencakup sistem dan teknologi saat ini untuk otomasi, kecerdasan buatan, dan pertukaran data.

Istilah ini secara longgar mengacu pada konsep pabrik di mana mesin ditambah dengan konektivitas nirkabel, sensor, dan kecerdasan buatan dan terhubung ke sistem yang mampu mengambil keputusan sendiri dan beroperasi dengan cerdas. Kombinasi sistem digital dan otomasi, Internet of Things (IoT) dan data secara real time membuat pabrik pintar bukan lagi sekedar mimpi.

Mengapa material aluminium dianggap penting?

penggunaan teknologi pada industri aluminium
person holding tool during daytime (Christopher Burns/unsplash)

Menurut laporan dari IEA, aluminium merupakan masukan penting bagi sejumlah teknologi penting untuk transisi energi dan sumber CO2 yang signifikan. Aluminium bertanggung jawab atas sekitar 3% dari 9,4Gt emisi CO2 industri langsung dunia pada tahun 2021.

Dalam beberapa tahun terakhir, rata-rata intensitas emisi produksi aluminium hanya melihat sedikit penurunan. Namun, dalam Skenario Net Zero Emissions by 2050 emisi tersebut turun sekitar 3% per tahun hingga 2030.

Sektor aluminium perlu mengembangkan dan menggunakan teknologi baru guna mengurangi emisi dari produksi primer dan daur ulang. Di sisi lain, industri dan pelanggannya perlu meningkatkan pengumpulan, pemilahan, dan daur ulang barang bekas.

Aluminium juga memiliki turunan produk lainnya. Aluminium alloy yang menjadi turunan lainnya dari produk aluminum. Produk ini disebut punya potensi pasar yang tinggi, mengingat aluminium alloy adalah produk yang tinggal dilebur untuk dijadikan material lainnya.

Mengapa perlu revolusi industri 4.0 untuk aluminium

Mengapa perlu revolusi industri 4.0 untuk aluminium
shallow focus photography of vehicle wheel (Vlad Grebenyev/unsplash)

Industri logam, termasuk industri aluminium, adalah indikator fundamental bagi pertumbuhan/penurunan untuk negara manapun. Jadi, sektor logam yang ketinggalan jaman tidak dapat memberikan dukungan yang cukup untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Faktor distruptif dalam industri aluminium mengharuskan perusahaan untuk berubah dan melakukan perbaikan agar dapat memenuhi perubahan norma sosial ekonomi. Kemajuan teknologi digital yang ada sekarang mendobrak model bisnis tradisional, sekaligus mendefinisikan kembali bagaimana bisnis dijalankan agar bisa bersaing dan bertahan di masa depan.

Saat ini, produsen aluminium global menghadapi tantangan dari ekonomi yang fluktuatif, masalah lingkungan, dan peraturan keselamatan dan karbon yang lebih ketat. Industri aluminium dan asahan aluminium pun menghadapi kritik karena sifatnya yang membutuhkan banyak energi.

Meskipun faktor eksternalnya tidak dapat dikendalikan oleh industri itu sendiri, kunci untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas smelter terletak pada penggunaan data dan informasi yang tersedia di dalam smelter secara cerdas.

Hal ini dapat meningkatkan kualitas dan kepuasan pelanggan sambil menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap faktor eksternal. Dengan memperkenalkan teknologi digital dan elemen Industri 4.0 lainnya di pabrik, produsen dapat mencatat lonjakan produktivitas yang signifikan sambil menawarkan kontrol yang lebih baik atas proses produksi dan jangkauan pelanggan.

Hal ini sekaligus akan memberikan keamanan dan kelestarian lingkungan yang lebih baik. Memanfaatkan teknologi digital dan teknologi terkaitnya adalah satu-satunya cara bagi produsen untuk tetap kompetitif di dunia manufaktur digital di masa depan.

Kemenperin mendorong pengembangan industri aluminium terintegrasi

Kemenperin mendorong pengembangan industri aluminium terintegrasi
photo of red car on road during daytime (Photo Boards/unsplash)

Dilansir dari laman resmi Kemenperin, konsumsi aluminium dalam negeri berupa aluminium ingot primer, aluminium ingot sekunder, aluminium ekstrusi, sheet dan foil, telah dipenuhi sebanyak 670 ribu ton pada tahun 2011. Konsumsi tersebut berasal dari produksi dalam negeri sebesar 287 ribu ton dan sisanya dari impor sebesar 383 ribu ton.

Industri aluminium adalah industri logam dasar terpenting selain industri tembaga serta besi dan baja yang dibutuhkan pada infrastruktur dan pendukung sektor industri lainnya. Kapasitas terpasang industri aluminium nasional pada tahun 2011 adalah sebesar 684 ribu ton pertahun, di mana 250 ribu ton merupakan hasil dari PT Inalum dan sisanya diproduksi oleh beberapa industri aluminium lainnya.

Menperin mengatakan pengambilalihan saham PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan berdampak positif bagi kepentingan nasional. Hal ini dikarenakan PT. Inalum merupakan satu-satunya perusahaan peleburan aluminium di Asia Tenggara yang memiliki fasilitas lengkap. Keadaan industri aluminium saat ini sendiri memiliki prospek yang baik dan memiliki profitabilitas yang cukup tinggi.

Menurut Menperin, jika dilihat dari aspek teknis, finansial, dan hukum, pengelolaan PT. Inalum dalam kondisi baik. “Berdasarkan kajian aspek teknis, seluruh aset PT. Inalum yang terdiri dari PLTA, PPA, dan fasilitas penunjang lainnya dalam kondisi baik. Dari aspek finansial, kondisi keuangan PT Inalum saat ini relatif baik dinilai dari sisi profitabilitas, likuiditas, dan struktur permodalannya.

Saat ini kapasitas produksi PT. Inalum sebesar 250.000 ton aluminium ingot per tahun, dengan pemasaran 60% diekspor ke Jepang dan 40% dipasarkan ke dalam negeri. Jumlah karyawan PT. Inalum sekitar 2.000 orang. Kemenperin sedang mengupayakan tambahan investasi untuk PT. Inalum dengan memodifikasi teknologi agar dapat mencapai kapasitas maksimum 320 ribu ton. Bahkan, kapasitas bisa ditingkatkan sampai 455 ribu ton dengan menambah pot line baru.

PT Inalum dan Emirates Global Aluminium (EGA) sendiri juga telah bekerja sama dalam peningkatan potensi menggunakan pengetahuan teknologi EGA dari peleburan aluminium yang ada di Kuala Tanjung. Perjanjian ini ditandatangani pada 2020.

Penggunaan teknologi pada industri aluminium | Bahasan mengenai alumina

penggunaan teknologi pada industri aluminium
white metal board (Ricardo Gomez Angel/unsplash)

Pembahasan mengenai peleburan aluminium juga pernah dibahas pada Kuliah Tamu Prodi Teknik Kimia ITB. Kuliah ini diawali dengan penjelasan singkat mengenai industri peleburan aluminium khususnya di Indonesia.

“Pada umumnya peleburan aluminium menggunakan Proses Hall Heroult yang memanfaatkan proses elektrolisis. Alumina akan dielektrolisis dalam larutan elektrolit (kriolit) pada suhu sekitar 970 C,” jelas Reza Hendriansyah, alumni Magister Teknik Kimia ITB angkatan 2015.

Salah satu pembahasannya adalah berbagai fasilitas untuk peleburan dan pengolahan aluminium yang ada di PT INALUM. Pertama, ada Carbon Plant (Pabrik Karbon) yang berfungsi untuk memproduksi blok anoda. Carbon Plant pada terdiri dari Green Plant berkapasitas produksi hingga 185000 ton GB per tahun, Baking Plant berkapasitas produksi hingga 192000 ton BB per tahun, dan Rodding Plant berkapasitas memproduksi hingga 157750 anode assembly per tahun.

Penggunaan alumunium formwork punya peluang di pasar konstruksi nasional | Penggunaan teknologi pada industri aluminium

Penggunaan alumunium formwork punya peluang di pasar konstruksi nasional
a close up of a tire on a car (Julian Hochgesang/unsplash)

Direktur Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi, Yaya Supriyatna, penggunaan formwork kayu di Indonesia masih dominan. Hal ini berdampak permintaan terhadap kayu dari hutan Indonesia juga masih tinggi. Inovasi teknologi di bidang konstruksi diperlukan tidak hanya bertujuan konstruksi yang lebih cepat dan berkualitas namun juga ramah lingkungan.

“Ada beberapa alternatif dengan menggunakan material baja, namun penggunaannya masih terbatas karena memiliki berat jenis yang tinggi sehingga menimbulkan masalah kesulitan pelaksanaan dalam aplikasinya. Perekayasaan formwork system dengan menggunakan aluminum merupakan inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk percepatan pembangunan di Indonesia dengan berbagai keunggulannya”, kata Yaya Supriyatna dilansir dari laman Kemetrian PUPR.


Itulah pembahasan mengenai penggunaan teknologi pada industri aluminium. Ingin mencoba menerapkan teknologi terkini untuk bisnis? Hubungi MetaNesia dan dapatkan konsultasi gratis dengan tim kami.

MetaNesia merupakan platform metaverse pertama di Indonesia yang juga merupakan bagian dari Telkom Indonesia. Anda juga bisa merasakan keseruan masuk ke dalam dunia virtual dengan mengunduh aplikasi MetaNesia. Yuk unduh hari ini, jangan sampai ketinggalan keseruannya!

Bagikan ini: