Peran AI dalam Eksplorasi Mars: Membuka Misteri Planet Merah

Peran AI dalam Eksplorasi Mars: Membuka Misteri Planet Merah

Mars, planet yang paling mirip dengan Bumi dalam tata surya kita, telah lama menjadi target eksplorasi manusia, dan upaya untuk memahami planet merah semakin mendalam. Salah satu faktor kunci yang telah memungkinkan kemajuan besar dalam eksplorasi Mars adalah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Artikel ini akan membahas peran AI dalam eksplorasi Mars, simak penjelasannya!

Penjelajahan Planet Mars

planet mars
Planet Mars (Rawpixel)

Saat ini, kecerdasan buatan digunakan untuk berbagai hal dan juga dapat digunakan untuk mencari tanda-tanda kehidupan di luar bumi. Mars, planet yang dingin, kering, dan berdebu dengan atmosfer tipis, adalah planet keempat dari Matahari.

Planet ini bersifat dinamis dan memiliki musim, lapisan es di kutub, ngarai, serta gunung berapi yang sudah punah, bukti bahwa planet ini dulunya jauh lebih aktif. Mars adalah salah satu planet yang paling banyak dijelajahi di tata surya. Planet Mars menjadi satu-satunya planet di mana NASA telah menirim penjelajah untuk mempelajari medan yang aneh.

Tampaknya AI dapat meningkatkan peluang kita untuk menemukan kehidupan di Mars. Dalam penelitian dipimpin oleh tim SETI Institute NASA Astrobiology Institute (NAI), machine learning dapat digunakan untuk mendeteksi potensi kehidupan di Mars.

Salar de Pajonales adalah tempat bertemunya Gurun Atacama dan Altiplano. Tempat ini dikenal tidak ramah terhadap kehidupan, tapi bukan berarti tidak bisa dihuni.

Oleh karena itu, para ilmuwan memilih tempat ini sebagai padanan yang baik untuk permukaan Mars. Para ilmuwan memetakan distribusi kehidupan di daerah yang jarang penduduknya itu dengan menggunakan kombinasi foto-foto, sampel, dan rekaman pesawat tak berawak.

Tujuannya adalah untuk melatih komputer agar dapat mengidentifikasi wilayah yang memiliki kemungkinan terbaik untuk mendukung kehidupan. Contohnya adalah kelompok kecil fitur geologi tertentu atau sumber air yang terbatas, dan untuk dapat mengekstrapolasi informasi tersebut ke tempat lain. Secara teoritis, setelah AI dapat mendeteksi kehidupan di Salar de Pajonales, dengan pola tersebut AI dapat mengidentifikasi medan apa pun dengan potensi terbesar bagi kehidupan.

Pencarian Kehidupan

peran ai dalam eksplorasi mars
Manned Mission to Mars (artist’s concept) (Picryl)

Kecerdasan buatan telah dimanfaatkan untuk mencari petunjuk kehidupan masa lalu dan kini. Sekarang, para ilmuwan dapat segera menambahkan sensor ke kendaraan penjelajah Mars untuk membantu melacak jejak kehidupan.

Penelitian terbaru di Proceedings of the National Academy of Sciences, menjelaskan upaya untuk mengidentifikasi asal usul biologis atau non-biologis suatu sampel dengan akurasi 90%. Penelitian ini menggunakan teknik machine learning baru yang melibatkan penerapan algoritma untuk memecahkan masalah.

“Metode ini berpotensi untuk merevolusi pencarian kehidupan di luar Bumi, dapat memperdalam pemahaman kita tentang asal-usul kehidupan di Bumi.” Ujar salah satu peneliti, Dr. Robert Hazen dari Carnegie Institution for Science.

Hal ini memungkinkan untuk mencari bukti kehidupan sebelum sampel dikembalikan ke Bumi dengan menggunakan sensor cerdas di pesawat robotik penjelajah. Bahkan mungkin akan segera digunakan sebagai komponen instrumentasi kendaraan penjelajah Mars milik NASA.

Saat ini, sampel sedang dikumpulkan di lokasi oleh robot penjelajah Perseverance. Hazen mengatakan, “Ada kemungkinan kita sudah memiliki data untuk menentukan apakah ada molekul di Mars yang berasal dari biosfer organik.” Meskipun ia mengakui bahwa diperlukan upaya untuk mengadaptasi pendekatan tersebut agar sesuai dengan pedoman NASA.

Penggunaan AI di Masa Depan

bagaimana peran ai dalam eksplorasi mars?
Mars Science Laboratory Curiosity rover cropped (Picryl)

Di masa depan, sistem AI dapat disematkan sensor yang lebih cerdas pada robot penjelajah, termasuk penjelajah di bulan dan Mars. Juga di dalam pesawat ruang angkasa yang mengitari dunia-dunia yang berpotensi untuk dihuni seperti Enceladus dan Europa.

“Kami mulai dengan gagasan bahwa kimia kehidupan berbeda secara fundamental dari dunia benda mati. Ada ‘aturan kimia kehidupan’ yang memengaruhi keragaman dan distribusi biomolekul.” Ujar Robert Hazen, peneliti di Carnegie Institution for Science di Washington, D.C.,.

Pendekatan baru ini didasarkan pada gagasan bahwa biomolekul (seperti asam amino) menyimpan pengetahuan tentang proses kimiawi yang menciptakannya. Yang membuatnya berbeda secara fundamental dari molekul abiotik dalam hal bagaimana mereka terbentuk dan beroperasi. Studi terbaru menunjukkan bahwa hal ini juga mungkin berlaku untuk kehidupan di luar bumi.

Di dunia mana pun, kehidupan dapat menciptakan dan menggunakan sejumlah kecil zat dalam konsentrasi yang lebih tinggi untuk melakukan aktivitas. Hal ini akan membedakannya dari sistem abiotik, dan AI dapat mendeteksi dan mengukur perubahan ini, menurut pernyataan para peneliti.

Pelatihan Machine Learning

deep space
Opening Deep Space Evolution (Flickr)

Pertama, para ilmuwan menggunakan 134 sampel untuk melatih sistem machine learning, yang terdiri dari 59 sampel biotik dan 75 sampel abiotik. Data tersebut kemudian dibagi secara acak menjadi satu set pelatihan dan pengujian untuk memvalidasi metode tersebut.

Teknik AI secara efektif mendeteksi sampel biotik dari kehidupan purba yang diawetkan dalam fragmen fosil tertentu. Benda tersebut terbuat dari bahan seperti batu bara, minyak, dan ambar, serta cangkang, gigi, tulang, beras, dan rambut manusia.

Program ini juga mengenali bahan abiotik seperti zat-zat yang diproduksi di laboratorium seperti asam amino dan meteorit yang kaya akan karbon. Batuan 3,5 miliar tahun di Pilbara, Australia, yang diyakini mengandung fosil tertua di dunia, sudah dapat dipelajari dengan menggunakan teknik AI baru. Ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1993, bebatuan ini diyakini sebagai sisa fosil kuman yang terkait dengan cyanobacteria, makhluk hidup paling awal di Bumi yang menciptakan oksigen.

Jika dikonfirmasi, kehadiran bakteri di awal sejarah Bumi berarti planet ini ramah terhadap kehidupan yang berkembang jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Namun, kesimpulan tersebut masih menjadi perdebatan karena penelitian telah sering mencatat bahwa bukti-bukti tersebut mungkin merupakan hasil dari proses geologi murni yang tidak terkait dengan kehidupan purba. Mungkin solusinya terletak pada AI.


Itu dia pemaparan mengenai peran AI dalam eksplorasi mars. Kunjungi blog MetaNesia untuk informasi lainnya!

MetaNesia adalah platform dunia metaverse yang menciptakan interaksi virtual di mana pengguna dapat berinteraksi, berkolaborasi, dan berkreasi dengan lingkungan digital yang mendukung. Apabila kamu tertarik untuk menjual produk digital atau menjalin kerja sama dengan MetaNesia, kamu dapat bergabung dengan menghubungi Customer Service kami melalui WhatsApp untuk bertanya. Kamu juga dapat berkonsultasi dengan pihak MetaNesia secara gratis.

Kamu juga bisa merasakan pengalaman di dunia virtual dengan mengunduh aplikasi MetaNesia melalui website kami. Ayo rasakan pengalaman yang belum pernah kamu coba sebelumnya melalui MetaNesia!

Bagikan ini: