Perkembangan Fitur Sidik Jari, Teknologi Dengan Sejarah Panjang

Perkembangan Fitur Sidik Jari, Teknologi Dengan Sejarah Panjang

Kita semua pasti sudah tidak asing dengan teknologi fingerprint atau sidik jari. Pasalnya, sensor sidik jari sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Mulai dari hal yang sederhana, seperti pada mesin absensi di kantor, sampai melakukan transaksi digital via smartphone.

Tahukah kamu, meski terlihat sederhana dalam pengembangannya, teknologi fingerprint memiliki sejarah yang cukup panjang? Sejarah awal mulanya dimulai jauh sejak abad ke-14. Seperti apa cerita perkembangan fitur sidik jari di dunia?

Apa itu teknologi fingerprint?

perkembangan fitur sidik jari
Sumber foto: Lukenn Sabellano – Unsplash

Kebanyakan dari kita pasti sudah tidak asing dengan sensor sidik jari. Teknologi ini sudah banyak digunakan di kehidupan sehari-hari. Contohnya saja, bagi orang kantoran, sensor sidik jari dipakai untuk melakukan absensi karyawan.

Selain itu, penggunaan identifikasi biometrik sidik jari juga digunakan pada smartphone masa kini. Umumnya untuk membuka kunci pada smartphone. Namun, tidak jarang teknologi pemindaian sidik jari digunakan untuk aplikasi yang memerlukan keamanan ekstra, seperti aplikasi perbankan.

Meski begitu, ada sistem lainnya untuk mencegah kecurangan keamanan pada smartphone, seperti penggunaan pin atau pola rahasia. Tetap saja, penggunaan verifikasi biometrik sidik jari dianggap paling efisien untuk saat ini.

Sejarah panjang penggunaan sidik jari untuk keamanan

Sejarah panjang penggunaan sidik jari untuk keamanan
Sumber foto: android central

Ternyata, perkembangan teknologi fingerprint memiliki sejarah panjang. Bahkan, metode verifikasi menggunakan pola sidik jari ini sudah ada sejak abad ke-18. Meski belum memakan teknologi pemindaian elektronik seperti yang ada sekarang ini, penggunaan cap sidik jari untuk validasi materai dan arsip penting sudah ada sejak zaman dahulu di Tiongkok.

Persia juga menggunakan metode yang sama setelah menyadari bahwa pola sidik jari setiap orang berbeda. Di zaman modern, temuan pola berbeda pada struktur sidik jari seseorang ditemukan oleh Profesor asal Italia, Marcello Malphigi. Temuan ini kemudian dinamai Malphigi layer.

Di tahun 1856, seorang bangsawan Inggris yang sedang berkunjung ke India menemukan ide untuk menggunakan sidik jari untuk mengidentifikasi seseorang. Hal ini dipicu kejadian di mana seseorang meniru tanda tangan miliknya. Lebih dari dua dekade kemudian, tepatnya di tahun 1880, Gilbert Thompson mulai menggunakan verifikasi sidik jari pada US Geological Survey.

Penggunaan sidik jari secara umum mulai populer pada akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1892 oleh Sir Francis Galton. Dia menulis studi rinci tentang sidik jari dan mempresentasikan sistem klasifikasi baru menggunakan sidik jari pada dua tangan manusia. Karakteristik yang digunakan Galton untuk mengidentifikasi setiap individu masih digunakan hingga sekarang.

Adanya verifikasi sidik jari mengubah pola pemecahan kasus

Adanya verifikasi sidik jari mengubah pola pemecahan kasus
Sumber foto: hessam nabavi – Unsplash

Di tahun 1892, terdapat kasus yang akhirnya bisa dipecahkan dengan penggunaan validasi sidik jari. Kasus pembunuhan itu terpecahkan karena ditemukannya sidik jari pelaku di pintu kamar korban.

Di tahun 1901, diterbitkan Henry Classification System di Britania Raya. Henry Classification System adalah sebuah panduan untuk mengidentifikasi pelaku kriminal. Sistem ini pun masih dipakai hingga sekarang.

Tahun 1969, sistem verifikasi sidik jari mulai dilakukan oleh Federal Bureau of Investigation atau FBI. Pada tahun itu, FBI mulai mendorong pengembangan sistem untuk mengotomatisasi proses identifikasi sidik jari.

FBI membuat perjanjian dengan Institut Nasional Standar dan Teknologi atau NIST untuk mempelajari proses otomatisasi verfifikasi sidik jari. Termasuk sistem yang dapat melakukan pemindaian sidik jari dan pencocokan identitas. Teknologi dan perkembangan fitur sidik jari di dunia kemudian mulai digunakan secara luas pada berbagai industri.

Tipe teknologi fingerprint

Tipe teknologi fingerprint
Sumber foto: fone arena

Meski sering dianggap sederhana, ada tipe-tipe sensor sidik jari yang digunakan saat ini cukup beragam. Hal ini karena setiap industri memerlukan tipe sensor sidik jari yang berbeda. Secara umum, ada 3 macam teknologi fingerprint yang dipakai sekarang ini.

Optical fingerprint scanner

Optical fingerprint scanner ini merupakan teknologi awal yang digunakan untuk membaca sidik jari. Sesuai dengan namanya, teknologi ini menggunakan gambar atau image dari sidik jari yang diambil kemudian mengolahnya menggunakan algoritma khusus.

Algoritma ini digunakan untuk menganalisa bagian-bagian unik dari sidik jari, seperti kerutan di ujung jari atau tanda khusus yang lain. Sensor ini juga menganalisa bagian yang gelap dan terang dari gambar sidik jari.

Cara kerjanya mirip dengan mesin absensi kantoran yang menggunakan sidik jari. Saat kamu meletakkan jari di permukaan sensor, akan ada cahaya yang membaca bagian mana yang gelap dan terang. Setelah itu data akan disimpan di memori.

Teknologi ini umum digunakan pada smartphone. Pada layar berjenis OLED, sensor jenis ini biasanya diletakkan di bagian layar karena OLED mampu menentukan bagian piksel layar sebelah mana yang menyala. Berbeda dengan layar smartphone IPS yang seluruhnya menyala dan bisa mengganggu proses pemindaian.

Teknologi fingerprint ini juga umum dijumpai di alat absensi kantor. Karenanya, optical fingerprint sensor mudah dijumpai dengan harga yang beragam. Saat ini, banyak variasi alat absensi yang bisa ditemukan di marketplace lokal. Harga alat absensi pun beragam, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Namun, sensor tipe ini memiliki kelemahan karena hanya mampu mengambil gambar 2D dan tidak bisa menentukan lekukan sidik jari. Akibatnya, sensor ini mudah ditipu dengan menggunakan gambar sidik jari palsu.

Capacitive fingerprint scanner

Teknologi ini biasa digunakan di bagian belakang dan bagian depan smartphone. Sensor kapasitif menggunakan susunan kapasitor kecil di sensornya untuk mengambil data sidik jari. Sensor ini bekerja berdasarkan perubahan muatan energi listrik yang dapat disimpan oleh sensor akibat perubahan jarak lempeng, perubahan luas penampang dan perubahan volume dielektrikum sensor kapasitif tersebut.

Konsep kapasitor yang digunakan dalam sensor kapasitif adalah proses menyimpan dan melepas energi listrik dalam bentuk muatan-muatan listrik pada kapasitor. Energi listrik dipengaruhi oleh luas permukaan, jarak dan bahan dielektrikum.

Setelah detil sidik jari disimpan, data digital dari sidik jari ini akan dianalisa untuk mencari pola yang unik yang akan disimpan dan akan dipanggil kembali saat dibutuhkan. Sensor kapasitif ini tidak bisa ditipu dengan foto. Hanya saja, bila jari yang digunakan dalam keadaaan basah, sensor akan kesulitan mendeteksi arus yang dibutuhkan.

3D ultrasonic fingerprint scanner

Teknologi terkini adalah 3D ultrasonik scanner. Disebut 3D karena pencitraan yang dihasilkan seperti halnya tampilan 3 dimensi. Bahkan ‘in-screen fingerprint reader’ yang digunakan ultrasonik scanner ini merupakan tren baru dalam desain ponsel karena tidak mengambil ruang di bodi dan sesuai konsep layar dan bezel yang minim.

Teknologi fingerprint 3D yang dikembangkan oleh Qualcomm ini menggunakan gelombang suara untuk membaca sidik jari. Dengan pemindai yang dibenamkan ke dalam (salah satu dari beberapa lapisan) layar ponsel, jari tetap menyentuh permukaan layar dan bukan pemindai.

Kulit akan mengirim sinyal listrik yang lantas mengaktifkan mesin pemindai. Kemudian sensor mengirim gelombang suara ke kulit, membaca dengan detil permukaan kulit (termasuk lekukan dan belokan sidik jari) dan menyimpan informasi tersebut ke prosesor.

Tidak hanya itu, gelombang suara (sound waves) yang dikirimkan tersebut juga mampu mendeteksi aliran darah. Pemindai ini akan menolak memindai jari yang terluka atau jari yang tidak memiliki aliran darah. Qualcomm bahkan mengklaim ultrasonic fingerprint sensor bisa membaca permukaan jari hingga kedalaman 4mm.


Itulah artikel mengenai teknologi fingerprint dan perkembangan fitur sidik jari di dunia. Tertarik dengan berita teknologi seperti ini? Masih banyak berita perkembangan teknologi, augmented reality, virtual reality, artificial intelligence dan metaverse di blog metaNesia!

metaNesia juga menawarkan layanan metaverse untuk pemilik bisnis yang ingin mengembangkan usahanya ke dunia digital. Cek selengkapnya di metaNesia bisnis!

Bagikan ini: