Prospek Investasi di Metaverse: Bagaimana Peluang dan Risikonya?

Prospek Investasi di Metaverse: Bagaimana Peluang dan Risikonya?

Beberapa tahun ke belakang, metaverse adalah teknologi yang memiliki perkembangan cukup pesat. Popularitasnya pun kian naik, terutama setelah salah satu perusahaan teknologi dunia, Facebook, mengubah namanya menjadi Meta.

Metaverse pun merambah ke berbagai sektor. Pelan tapi pasti, baik metaverse ataupun NFT (non-fungible token) menjadi prospek investasi yang dilirik banyak pihak. Namun, bagaimana sebenarnya risiko, peluang dan prospek investasi di metaverse?

Prospek investasi di metaverse: real estat virtual yang banyak peminat

Prospek Investasi di Metaverse
Sumber foto: Variety

Bagi kamu yang rajin mengikuti berita mengenai metaverse, mungkin sudah tidak asing dengan prospek jual beli tanah virtual ini. Dilansir dari CNBC, MetaMetric Solutions, sebuah penyedia informasi mengenai metaverse menyebut penjualan real estat di empat platform metaverse utama mencapai US$ 501 juta pada tahun 2021.

Ditambah lagi, penjualan pada Januari tahun 2022 lalu telah mencapai US$ 85 juta (Rp 1,22 triliun). Dengan laju tersebut penjualan tahun 2022 diproyeksikan bisa mencapai hampir US$ 1 miliar (Rp 14,35 triliun).

Selain itu, terdapat BrandEssence Market Research yang menemukan bahwa pasar real estat metaverse diperkirakan akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (compound annual growth rate/CAGR) sebesar 31% per tahun dari 2022 hingga 2028. Menurut Janine Yorio, CEO Republic Realm, investasi di metaverse merupakan peluang high risk high return.

“Ada risiko besar, tetapi potensi imbalannya besar,” ungkapnya yang juga berprofesi sebagai investor real estate metaverse dan firma penasihat, dilansir CNBC Internasional.

Peluang berisiko tinggi

Prospek Investasi di Metaverse
Sumber foto: NFT Evening

Republic Realm sendiri perlu merogoh kocek untuk membeli tanah di metaverse. Totalnya, mereka mengeluarkan dana US$ 4,3 juta untuk tanah di platform real estat metaverse terbesar, Sandbox.

Pengembangan pulau sebanyak 100 pulau pun dilakukan. Pulau yang dinamai Kepulauan Fantasi itu memiliki vila mereka sendiri dan pasar perahu dan jet ski. 90 pulau berhasil terjual di hari pertama degan nilai masing-masing US$ 15.000.

Bahkan, beberapa pulau sudah terdaftar untuk dijual kembali dengan nilai lebih dari US$ 100.000. Dibalik kesuksesan metaverse dan mata uang kripto, muncul pertanyaan bagaimana cara menetapkan nilai pada aset yang bersifat artifisial dengan masa depan yang belum pasti?

Seperti yang kita tahu, investasi pada mata uang kripto adalah aset dengan sifat high risk high return. Meski penyimpanannya aman berkat teknologi blockchain. Nilai sebuah kripto bisa saja tiba-tiba turun drastis, sebut saja mata uang kripto Terra Luna yang sempat anjlok hingga 98%.

Didominasi pengembang ternama

Popularitas metaverse seimbang dengan platform yang menjual real estat di metaverse. Bahkan, platform ini menjamur dan platform baru bermunculan hampir setiap minggu.

Sejauh ini, penjualan real estat didominasi oleh 4 platform – Sandbox, Decentraland, Cryptovoxels, dan Somnium. Ada total 268.645 bidang di 4 platform tersebut, semuanya dengan ukuran yang berbeda-beda.

Sandbox menjadi pemain yang mendominasi pasar, mengusai 62% dari lahan gabungan di empat platform dan tiga perempat dari semua penjualan lahan pada tahun 2022. Sandbox memiliki 166.464 bidang, masing-masing berukuran 96 meter kali 96 meter. Masing-masing dijual menggunakan Ethereum, mata uang kripto, yang jika dikonversikan bernilai US$14.440 per 1 Ether (Maret 2023).

Kemudian ada pula Decentraland yang memiliki 90.600 bidang berukuran 16 meter kali 16 meter dan dijual dengan dengan kripto Ethereum, pada waktu penjualan, setiap bidang terjual dengan harga US$ 14.440. Decentraland juga aktif dalam melakukan promosi marketing dan blockchain. Baru-baru ini, mereka bekerja sama dengan sosialita dan pebisnis ternama Paris Hilton untuk The Metaverse Festival.

Tak lepas dari kritik

Kesuksesan real estat di metaverse tidak lepas dari kritik para pengamat teknologi. Tidak sedikit yang meragukan keamanan investasi di dunia virtual ini.

Sebagian bahkan mengatakan tanah metaverse hanyalah iterasi terbaru dari skema crypto ponzi, memikat investor tanpa disadari ke dalam proyek yang pada akhirnya mungkin terbukti tidak berharga. Sementara tanah asli di dunia nyata semakin langka. Hal ini membuat nilai kepemilikan tanah asli berbeda dengan tanah yang bisa dibuat dengan mudah dengan kode.

Selain itu, tidak ada batasan berapa jumlah platform metaverse yang dapat diluncurkan. Platform besar pun dapat menciptakan lebih banyak lahan, seperti yang dilakukan Sandbox.

“Penjualan tanah metaverse umumnya merupakan skema piramida dan telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun,” kata Edward Castronova, profesor media di Indiana University. “Metaverse adalah El Dorado untuk startup internet. Mereka mengejarnya ke hutan dan mati.”


Itulah sekilas mengenai peluang dan prospek investasi di metaverse serta resikonya. Masih banyak berita seputar teknologi augmented reality, virtual reality, dan metaverse di blog metaNesia!

metaNesia juga menawarkan layanan metaverse untuk pemilik bisnis yang ingin mengembangkan usahanya ke dunia digital. Cek selengkapnya di metaNesia bisnis!

Bagikan ini: