Revolusi Teknologi Blockchain Laos Untuk Transformasi Digital

Revolusi Teknologi Blockchain Laos Untuk Transformasi Digital

Revolusi Teknologi Blockchain Laos Untuk Transformasi Digital
Nasdaq advertisement (Pascal Bernardon/unsplash)

Pada tanggal 26 Mei 2023, pemerintah Laos dilaporkan menjadi tuan rumah Konferensi Menteri perdana tentang Transformasi Digital Blockchain 4.0 di ibu kota negara Laos, Vientiane (Ministerial Conference on Blockchain 4.0 Digital Transformation). Konferensi yang dipimpin oleh Perdana Menteri Laos, Sonexay Siphandone ini dihadiri oleh para ahli blockchain dan berbagai pemimpin dari departemen ekonomi utama di negara tersebut.

Menurut sebuah laporan dari perusahaan perangkat lunak asal Singapura MetaBank, fokus utama pertemuan tersebut berkisar pada percepatan transformasi digital Laos. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital dan perkembangan teknologi tersebut.

Khususnya, pertemuan ini memperkenalkan konsep teknologi blockchain 4.0. Konsep teknologi blockchain ini menekankan pentingnya kolaborasi terbuka dan memposisikan Laos sebagai katalisator, sekaligus penerima manfaat lanskap internet dan digital global yang sedang berkembang.

MetaBank adalah organisasi yang menjadi mitra Kementerian Teknologi Laos. Kedua organisasi tersebut berencana untuk membuat pusat penelitian dan pengembangan blockchain untuk mendukung inisiatif Laos Blockchain 4.0.

Tujuan ekonomi digital Laos | Revolusi teknologi blockchain Laos

Tujuan ekonomi digital Laos
three gold coins with a picture of a man on one of them (Shubham Dhage/unsplash)

Konferensi tersebut dilaporkan menguraikan beberapa tujuan untuk pengembangan transaksi ekonomi digital Laos. Termasuk di dalamnya penggunaan teknologi digital untuk menghasilkan transaksi seperti pendapatan fiskal baru.

Selain itu, tujuan yang berkaitan dengan industri ekonomi juga menjadi perhatian. Seperti meningkatkan cadangan devisa, mengekang inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pada akhirnya, perkembangan teknologi blockchain yang canggih itu harus dapat meningkatkan standar hidup dan meningkatkan daya saing internasional dalam jangka pendek.

Selain itu, acara tersebut juga berperan sebagai platform untuk mengusulkan pembentukan Komite Transformasi Teknologi Blockchain (Blockchain Technology Transformation Committee). Komite ini yang nantinya bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan hukum dan penyusunan undang-undang yang berkaitan dengan ekonomi digital.

Dilansir dari Electronic Payments International, MetaBank dan Laos berencana untuk mendirikan pusat penelitian dan pengembangan teknologi blockchain dan mengembangkan bakat di industri teknologi.

Menurut pendiri dan ketua MetaBank, Frank Sui, teknologi blockchain dapat membantu negara-negara berkembang “menyalip di tikungan”. MetaBank mengatakan misinya adalah untuk melayani sebagai mitra solusi terkemuka negara berkembang yang menggunakan teknologi blockchain.

MetaBank juga memiliki tujuan untuk mempercepat transformasi negara berkembang menuju peradaban digital, yang diharapkan akan meningkatkan PDB dan standar hidup.

Gerakan yang berfokus pada ekonomi dan bisnis ini diperlukan untuk membangun peradaban digital. Peradaban digital sendiri didasarkan pada tiga pilar utama, yaitu infrastruktur keuangan digital, platform tokenisasi aset digital, dan masyarakat digital.

Tekankan pentingnya teknologi blockchain untuk berbagai industri | Revolusi teknologi blockchain Laos

Tekankan pentingnya teknologi blockchain untuk berbagai industri
a computer generated image of a cube surrounded by smaller cubes (Shubham Dhage/unsplash)

Selama konferensi berlangsung, Siphandone dilaporkan menekankan pentingnya mengintegrasikan teknologi blockchain ke dalam berbagai proses pemerintahan. Pemerintah harus dapat memanfaatkan jaringan blockchain secara ekstensif untuk manajemen administrasi dan layanan publik. Dia menyatakan bahwa merangkul teknologi blockchain sangat penting untuk mencapai ‘rencana lima tahun’ kesembilan Laos untuk pembangunan nasional, ekonomi dan sosial.

Terletak di Asia Tenggara, Laos baru-baru ini mengambil langkah signifikan untuk menggabungkan blockchain dan teknologi digital. Pada bulan Februari, perusahaan perangkat lunak keuangan asal Jepang Soramitsu menandatangani nota kesepahaman dengan bank sentral Laos untuk meluncurkan proyek proof-of-concept untuk mata uang digital bank sentral.

Di bawah proyek ini, mata uang digital yang disebut DLak akan ditukar dengan bank komersial untuk mata uang fiat. Mata uang digital ini dapat dan digunakan untuk transaksi bisnis secara real time dengan penjual yang berpartisipasi menggunakan kode dan aplikasi QR.

Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi keterlambatan dalam transaksi digital di Laos. Sebelumnya, transaksi binis yang bersifat digital mengalami keterlambatan dan bisa memakan waktu hingga satu bulan untuk diselesaikan.

Kerja sama dengan bank asal Jepang

Sektor ekonomi dan bisnis menjadi perhatian semua kepala pemerintahan. Tak terkecuali Laos yang ingin memajukan transaksi bisnis di negaranya.

Laos memang menaruh perhatian pada industri kripto dan juga mata uang digital, seperti Bitcoin. Bahkan, mereka meluncurkan Bitcoin-nya sendiri bernama DLak dengan perusahaan perangkat lunak asal Jepang, Soramitsu.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, transaksi bisnis melalui platform digital ini diberi nama proyek proof-of-concept. Pada proyek proof-of concept, pengguna tidak diharuskan memiliki rekening bank untuk melakukan transaksi bisnis dengan DLak.

Inklusi keuangan untuk orang-orang yang tidak memiliki rekening bank adalah salah satu tujuan yang ditargetkan dari proyek tersebut. Menurut Nikkei Asia, sekitar 70% penduduk Laos tidak memiliki rekening bank. Mempermudah pengiriman uang dari luar negeri juga menjadi tujuan DLak

Proyek DLak dimodelkan pada sistem Bakong Kamboja yang diluncurkan bekerja sama dengan Soramitsu pada tahun 2020. Sistem tersebut tidak dijelaskan sebagai CBDC. Sistem Bakong mengumpulkan 200.000 pengguna dalam beberapa bulan, kemudian memulai eksperimen dengan transaksi lintas batas pada tahun 2021.

Sistem Bakong yang menjadi blueprint

Di tengah perlombaan global menuju mata uang digital bank sentral, Kamboja secara resmi meluncurkan platform berbasis blockchain untuk transaksi uang digital yang disebut Bakong. Bakong diluncurkan pada tahun 2020 lalu.

Bakong berhasil menarik perhatian raksasa keuangan Kamboja PRASAC pada Oktober 2019. Pada Januari 2020, bank sentral Kamboja memperkirakan peluncuran platform tersebut dan juga mengungkapkan sistem tersebut sebagai perusahaan sirkuit tertutup.

Central Bank Digital Currency (CDBC) adalah uang digital yang diterbitkan dan peredarannya dikontrol oleh bank sentral, dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah untuk menggantikan uang kartal. CBDC adalah cara untuk memajukan kecanggihan sistem pembayaran, serta memastikan keamanan ekonomi melalui mata uang lokal yang tidak bergantung pada negara lain. Adanya CDBC diharapkan membuat transaksi bisnis semakin mudah.

Menurut Nikkei Asia, Bakong dan DLak akan membantu menjaga stabilitas mata uang negara masing-masing saat berdagang dengan Tiongkok yang telah memperkenalkan yuan digital. Soramitsu menyatakan juga sedang melakukan penelitian CBDC di Fiji, Vietnam dan Filipina.


Itulah berita mengenai revolusi teknologi blockchain di Laos. Ingin mencoba transformasi digital menggunakan virtual reality, augmented reality atau metaverse untuk bisnis? Hubungi MetaNesia dan dapatkan konsultasi gratis dengan tim kami.

MetaNesia merupakan platform metaverse pertama di Indonesia yang juga merupakan bagian dari Telkom Indonesia. Anda juga bisa merasakan keseruan masuk ke dalam dunia virtual dengan mengunduh aplikasi MetaNesia. Yuk unduh hari ini, jangan sampai ketinggalan keseruannya!

Bagikan ini: