Teknologi Agribisnis Indonesia, Apa Saja Macamnya?

Teknologi Agribisnis Indonesia, Apa Saja Macamnya?

Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi membawa banyak perubahan di kehidupan. Mulai dari sektor sosial hingga yang lebih teknis di sektor industri, semuanya terpengaruh oleh teknologi.

Demikian halnya dengan teknologi pertanian. Bidang pertanian pun ikut menikmati hasil dari kemajuan teknologi. Lantas, apa saja kemajuan teknologi agribisnis yang sudah ada di Indonesia?

Kementan dorong pemanfaatan industri 4.0 dan pengembangan teknologi agribisnis di Indonesia

Teknologi Agribisnis Indonesia, Apa Saja Macamnya?
Sumber foto: Kominfo Jatim

Kemudahan yang didapat dengan memanfaatkan teknologi memang bukan rahasia lagi. Karenanya, Kementerian Pertanian Indonesia pun mendukung teknologi pertanian untuk industri 4.0.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Pertanian, “Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri yang ke-empat atau disebut juga Industri 4.0, ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet. Sektor pertanian juga perlu beradaptasi untuk menjawab tantangan ke depan,” kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam sambutannya di Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BB Mektan), Serpong pada Jumat (28/09).

“Ke depan[nya], [peng]olahan lahan, tanam, panen hingga pengolahan [hasil tani] dilakukan menggunakan remote control dari rumah,” lanjutnya.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa teknologi yang digunakan untuk membantu para petani pada saatnya tanam dan panen padi. Mari simak penjelasannya yuk!

Teknologi agribisnis yang sudah diterapkan di Indonesia

Transplanter

Alat Penanaman Padi Transplanter
Sumber foto: Kompas

Teknologi pertanian transplanter direkomendasikan oleh Litbang (penelitian dan pengembangan) Kementerian Pertanian untuk memberikan jarak pas antar padi yang akan ditanam. Konsep teknologi pertanian ini menganut sistem jajar legowo dari Jawa Timur dalam proses penanaman padi.

Transplater dipercaya bisa meningkatkan produktivitas petani dan produksi padi hingga 30%. Jarak yang tepat antar padi lebih memudahkan petani dalam hal perawatan pangan.

Harga satu unit mesin transplanter memang cukup mahal, yakni sekitar Rp 75 juta. Tapi tak perlu khawatir, karena pemerintah lewat Litbang pertanian akan memberikan bantuan mesin ini kepada para petani.

Mesin ini tidak akan tenggelam di lumpur sawah karena sudah dilengkapi dengan pengapung saat digunakan untuk menanam padi. Ditambah lagi, transplanter dirancang dengan berat seringan mungkin agar tidak menyulitkan petani. 

Indo Combine Harvester

Indo Combine Harvester
Sumber foto: Tribun

Satu lagi alat yang diciptakan untuk memudahkan pekerjaan petani: Indo Combine Harvester. Dengan adanya teknologi pertanian yang satu ini, petani kan belumakan dimudahkan dalam urusan panen padi. Mulai dari pemotongan, pengangkutan, perontokan, pembersihan, sortasi, hingga pengantongan.

Berkat alat ini pula, para petani bisa bekerja dengan lebih efisien karena tidak lagi membutuhkan banyak orang untuk saat melakukan panen padi. Pengoperasian satu mesin ini hanya butuh tiga orang saja, dengan kapasitas kerja empat sampai enam jam per hektar.

Indo Combine Transplanter bekerja lebih baik lagi jika digunakan di lahan tani yang basah. Mesin ini memiliki gaya tekan ke permukaan tanah 0.13kg/cm2, yang dapat memperkecil kemungkinan bagi mesin untuk terperosok dalam tanah. Hebatnya lagi, teknologi pertanian ini mampu menghasilkan gabah dengan tingkat kebersihan 99.5%.

Mesin pemilah bibit unggul

Mesin pemilah bibit unggul
Sumber foto: Color Sorter Machine

Jika pada proses pertanian tradisional para petani sering kesulitan menentukan bibit mana yang akan menghasilkan tumbuhan terbaik, kini kekhawatiran itu bisa diatasi dengan teknologi pertanian mumpuni, yaitu mesin pemilah bibit unggul.

Teknologi ini pun sudah cukup umum digunakan. Penggunaan mesin pemilah bibit unggul ini banyak digunakan oleh perusahaan penyedia bibit.

Misalnya saja pemilihan bibit jagung hibrida. Bibit jagung ini memiliki kualitas yang terbaik, karena tanaman yang akan dihasilkan akan memiliki kualitas tonggol unggul dan biji jagung yang semakin banyak. Dengan adanya mesin pemilah bibit unggul, petani dapat lebih mudah memilah bibit dan berpotensi meraup keuntungan lebih tinggi.

Alat pengering kedelai

Alat pengering kedelai
Sumber foto: Graha Mesin

Teknologi pertanian yang satu ini dibuat untuk membantu petani mencegah penurunan kualitas kedelai akibat proses pengeringan yang terlambat. Dengan alat pengering ini, proses pengeringan kedelai yang biasanya berlangsung selama 8 hari, bisa dipersingkat menjadi 1 hari saja. Selain itu, mesin ini juga akan meningkatkan daya tumbuh benih kedelai hingga 90.3%.

Instalasi pengolah limbah

Instalasi pengolah limbah
Sumber foto: Antara News Jawa Barat

Satu lagi hal yang sering dipusingkan petani saat bercocok tanam: limbah tani. Seringkali, petani tidak mampu mengolah limbah ternak mereka dengan baik. Padahal, limbah ternak ini bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih baik.

Alih-alih mencemari lingkungan, petani bisa memanfaatkan limbah untuk digunakan sebagai pupuk organik. Jika petani tersebut tidak memiliki banyak waktu untuk mengolah sendiri limbah menjadi pupuk, ada instalasi pengolah limbah.

Menggunakan instalasi pengolah limbah, limbah yang awalnya tidak bermanfaat bisa diubah menjadi pupuk organik dan biogas. Hasilnya, tidak ada material yang terbuang sia-sia.


Itulah artikel mengenai industri pertanian 4.0 dan pengembangan teknologi agribisnis yang sudah diterapkan di Indonesia. Tertarik dengan berita teknologi seperti ini? Masih banyak berita perkembangan teknologi, augmented reality, virtual reality, dan metaverse di blog metaNesia!

metaNesia juga menawarkan layanan metaverse untuk pemilik bisnis yang ingin mengembangkan usahanya ke dunia digital. Cek selengkapnya di metaNesia bisnis!

Bagikan ini: