Teknologi Organoid Intelligence, Masa Depan Kecerdasan Buatan Yang Gunakan Otak Manusia

Teknologi Organoid Intelligence, Masa Depan Kecerdasan Buatan Yang Gunakan Otak Manusia

Sudah bukan rahasia lagi bahwa kecerdasan buatan memiliki potensi menjanjikan. Ke depannya, banyak pakar teknologi yang beranggapan bahwa artificial intelligence akan membuat kehidupan manusia semakin mudah.

Sejalan dengan itu, penelitian teknologi kecerdasan buatan pun terus berkembang. Bahkan, kini ada varian kecerdasan baru yang dikembangkan. Teknologi tersebut dinamai organoid intelligence.

Organoid intelligence disebut sebagai pengembangan artificial intelligence yang lebih lanjut. Lantas, apa yang dimaksud organoid intelligence atau OI?

Pengertian organoid intelligence

Pengertian organoid intelligence
Sumber foto: Eurekalert

Saat ini, peneliti mulai mengembangkan organoid intelligence (OI) untuk menciptakan kekuatan biokomputer dengan sel otak manusia. Ilmuwan dari berbagai bidang bekerja bersama untuk membuat teknologi ini. Salah satu penelitian mengenai OI dilakukan oleh Johns Hopkins Univeristy yang dirilis melalui Frontiers pada 28 Februari 2023.

Riset yang melibatkan setidaknya 21 peneliti itu sudah dirujuk sebanyak 8 kali per April 2023. Secara umum, penelitian ini menggaris bawahi jika biokomputer atau biological computing bisa saja lebih efisien dan lebih cepat dibanding komputer berbasis chip Silicon Valey atau AI. Ditambah lagi, OI diklaim menggunakan lebih sedikit energi dalam pengoperasiannya.

Saat ini, Lena Smirnova dan peneliti lainnya sedang berfokus pada aktivasi model biokomputasi baru melalui pelatihan stimulus respon dan antarmuka organoid. Teknologi ini dibayangkan mampu menghubungkan OI dengan sensor dunia nyata dan perangkat khusus didukung dengan gudang data dan pembelajaran mesin.

Organoid intelligence adalah lanjutan dari AI

Organoid intelligence adalah lanjutan dari AI
Sumber foto: CNN

Meski berasal dari sumber yang sama, AI dan organoid intelligence memiliki perbedaan. Jika AI berfokus pada kecedasan buatan berbasis sistem artifisial yang bisa diatur dalam konteks ilmiah, maka OI disebut-sebut melampaui kemampuan itu.

Teknologi komputer yang satu ini dibuat dengan basis sel otak manusia. Karena itu, hasil dari biokomputer OI diharapkan lebih sempurna dari kecerdasan buatan bebasis artifisial seperti AI. Apalagi, mengingat organoid intelligence membutuhkan energi yang lebih sedikit.

Pengembangan OI sebetulnya ikut andil dari kecanggihan AI. Bisa dibilang, kemajuan AI juga akan sangat berpengaruh pada kecanggihan komputer biologis ini. OI perlu model, algoritma, dan teknologi mutakhir untuk pada akhirnya mampu menyimpan data dalam jumlah besar.

Mengingat banyaknya riset yang harus dilakukan dan data yang harus dikumpulkan, peneliti juga tak mau terburu-buru membuat konsep komputer ini menjadi nyata. Selain kebutuhan akan data, diperlukan pengamatan khusus dan mendalam sehingga teknologi berbasis biokomputer tidak merusak ranah etis dan moral yang terkait dengan kehidupan manusia.

Diharapkan dapat membantu manusia memahami dirinya sendiri

Penelitian organoid intelligence juga digarap demi meningkatkan pemahaman manusia tentang perkembangan otaknya sendiri, misalnya dalam hal ingatan. Peneliti dari Johns Hops Univeristy bahkan mengklaim organoid intelligence memiliki potensi untuk membantu menemukan pengobatan untuk gangguan saraf seperti demensia.

Sederhananya, organoid intelligence tidak dikembangkan semata-mata untuk melampaui kecanggihan teknologi biasa. Terobosan baru ini juga diharapkan dapat berkontribusi bagi dunia kesehatan modern.

Kapasitas otak manusia belum seluruhnya tereksplorasi

Kapasitas otak manusia belum seluruhnya tereksplorasi
Sumber foto: CNN

Kemampuan otak manusia sekaligus teknologi artificial intelligence belum sepenuhnya tereksplorasi. Karenanya, para peneliti saat ini sedang mencari cara bagaimana mengoptimalkan dua aspek tersebut untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Profesor Thomas Hartung dari Johns Hopkins Univerity merupakan salah satunya. Profesor Hartung menuturkan, kapasitas informasi pada otak manusia adalah 2.500 TB kapasitas informasi.

Teknologi yang canggih seperti ini tentu membuat orang penasaran akan rupanya. Dilansir dari Eurekalert, Profesor Thomas Hartung menyebut jika OI dikembangkan dalam bentuk perangkat antarmuka otak komputer yang dibuat seperti penutup atau cangkang yang fleksibel.

“Ini adalah cangkang fleksibel yang tertutup rapat dengan elektroda kecil yang dapat mengambil sinyal dari organoid, dan mengirimkan sinyal ke organoid tersebut,” kata Hartung.

Saat ini, teknologi OI sudah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dalam pengujian. Namun, perjalanan teknologi organoid intelligence masih sangat panjang.

Mengapa organoid intelligence memiliki potensi?

Mengapa organoid intelligence memiliki potensi?
Sumber foto: Frontiers

Profesor Hartung melanjutkan, teknologi organoid intelligence yang mengandalkan sel-sel otak ini nantinya bakal bisa menciptakan sebuah komputer efisien dapat memproses atau bekerja dengan cara berpikir seperti manusia. Nama lainnya adalah biokomputer.

Menurut Profesor Hartung, komputer modern sebenarnya masih bisa menghitung banyak kalkulasi dan memproses angka lebih banyak dari manusia. Namun, komputer saat ini tidak memiliki kemampuan otak manusia seperti kemampuan deduksi, kemampuan berpikir secara logika (logical thinking) hingga secara naluri (intuitive thinking).

Apalagi, tidak bisa dipungkiri jika komputer masa kini juga boros energi. Hal ini berbeda dengan biokomputer yang nantinya diharapkan dapat memproses sesuatu secara alami dan lebih efisien.

“Kemampuan komputer belum bisa melampaui kemampuan otak. Bahkan Frontier, komputer super terbaru di Kentucky, AS yang memiliki ukuran sekitar 6.800 kaki persegi (sekitar 631 meter persegi), baru saja mencapai kemampuan otak manusia dalam Juni 2022 lalu, namun dengan pemakaian daya yang sangat banyak,” jelas Hartung.

Karena lebih efisien dan kemampuan komputasinya melebihi komputer saat ini, teknologi OI berpotensi bisa menggantikan teknologi artificial intelligence. Apalagi, teknologi AI dikenal memakan banyak sumber daya seperti perangkat keras, energi, dan biaya untuk dapat beroperasi dengan optimal.

Pengembangan organoid intelligence butuh waktu lama

Hartung menjelaskan, pengembangan teknologi OI ini sebenarnya bisa memakan waktu bertahun-tahun hingga bisa dipakai dan diaplikasikan dalam berbagai perangkat sederhana. Namun, jika para ilmuwan bisa memproduksi atau memperbanyak sel otak dengan cepat dan melatih organ otak tersebut dengan AI, maka OI diprediksi bakal bisa menciptakan sebuah biokomputer dengan kemampuan pemrosesan mumpuni.

“Akan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk membuat sebuah biokomputer yang memiliki kemampuan seperti komputer modern. Namun, jika riset dan pengembangan OI ini terus digodok dan mendapat perhatian, maka pengembangan OI mungkin akan lebih cepat,” pungkas Hartung.

Di sisi lain, teknologi pintar seperti AI atau OI tidak muncul tanpa resiko. Kecanggihan teknologi yang saat ini di luar nalar manusia bisa saja dipakai untuk kepentingan yang buruk dan melanggar norma atau etika kehidupan.

Supaya hal itu tak terjadi, para peneliti OI dari Universitas John Hopkins turut menggandeng beberapa peneliti lainnya. Terutama mereka yang ahli di bidang AI Ethics dan sejenisnya.


Itulah pembahasan mengenai organoid intelligence. Tertarik dengan berita teknologi seperti ini? Masih banyak berita perkembangan teknologi, augmented reality, virtual reality, artificial intelligence dan metaverse di blog metaNesia!

metaNesia juga menawarkan layanan metaverse untuk pemilik bisnis yang ingin mengembangkan usahanya ke dunia digital. Cek selengkapnya di metaNesia bisnis!

Bagikan ini: