Teknologi VR Mengurangi Kecemasan Pasien Saat Operasi

Teknologi VR Mengurangi Kecemasan Pasien Saat Operasi

Implementasi teknologi VR mengurangi kecemasan
Teknologi VR mengurangi kecemasan pasien (James H Clarkson / Researchgate)

Pasien rumah sakit, sering kali mengalami masalah kecemasan saat akan menjalani tindakan medis. Meski anestesi dapat mengatasi masalah tersebut, namun baru-baru ini teknologi VR sudah mulai diadopsi sebagai cara yang dianggap lebih aman. Penerapan teknologi VR selama tindakan medis berlangsung, mampu membantu pasien dalam menghadapi kecemasannya selama tindakan medis dilakukan.

Potensi virtual reality (VR) dalam dunia kedokteran

Selain bermanfaat dalam mengendalikan tingkat kecemasan pasien, perkembangan teknologi virtual reality saat ini sudah banyak diimplementasikan dalam dunia kedokteran dan medis. Berbagai variasi implementasi virtual reality dalam kedokteran yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut.

Pendidikan kedokteran & pelatihan medis

Dalam pendidikan kedokteran, penerapan virtual reality memberikan tingkat pemahaman yang lebih tinggi dan terperinci. Ini akan sangat membantu peserta didik untuk memahami praktik-praktik kedokteran melalui simulasi yang diskenariokan sesuai kebutuhan kasus. Peserta akan merasakan pengalaman imersif dalam ruang virtual yang menyerupai kondisi aslinya.

Pelatihan melalui simulasi VR, memungkinkan peserta didik untuk menghadapi kasus seperti dalam kondisi sebenarnya. Praktik pelatihan ini akan diikuti dengan umpan balik dan tanya jawab, untuk memungkinkan mereka belajar dari setiap kesalahan secara langsung.

Prosedur tindakan medis

Penerapan virtual reality dalam kedokteran
Penerapan virtual reality dalam kedokteran (Twinreality / Twinreality)

VR dapat digunakan untuk membantu profesional medis memvisualisasikan bagian dalam tubuh manusia, untuk mengungkap area yang sulit untuk diakses. Grafik komputer memungkinkan untuk membuat ulang bagian tubuh mana pun dengan sangat detail, seperti aslinya. Selain itu, simulasi VR dapat menggunakan skenario yang disesuaikan, sehingga akan sangat mirip dengan situasi yang akan dihadapi tenaga medis.

Virtual reality berguna dalam merencanakan operasi kompleks sebelumnya, misalnya seperti prosedur bedah saraf untuk membantu tim bedah menjalani seluruh operasi dan melatih strategi yang direncanakan.

Terapi fisik dan rehabilitasi

Selama terapi fisik seperti pasien stroke misalnya, memungkinkan mempersingkat waktu pemulihan dengan memudahkan pasien untuk melakukan latihan. VR mampu mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakit, memberikan realitas alternatif yang mudah diserap, serta memotivasi dan mendorong mereka untuk menyelesaikan aktivitas.

Virtual reality pada tindakan medis juga dapat berguna dalam membantu pemulihan dari kecanduan zat, dengan menggunakan teknik paparan secara bertahap. Dengan dibarengi pelatihan tentang cara menanggapi dorongan kecanduan, pasien akan masuk ke dalam simulasi situasi untuk berlatih melawan pemicu umum sebelum terpapar zat tersebut.

Pasien kesehatan mental dengan fobia, juga dapat memanfaatkan VR untuk membantu penyembuhannya. Pasien akan masuk ke dalam situasi yang dapat diciptakan kembali, untuk membantu menghadapi fobia sedikit demi sedikit. Metode ini juga dapat bermanfaat bagi penderita gangguan stres pasca trauma.

Manajemen nyeri pada pasien

Saat ini, obat anastesi atau penenang masih tetap menjadi hal yang umum digunakan, terutama dalam persiapan anestesi untuk operasi. VR akan berguna dalam pekerjaan menghilangkan rasa nyeri atau rehabilitasi pasien dengan rasa nyeri yang parah. VR secara efektif mengalihkan perhatian, sehingga akan mengurangi rasa sakit dan kecemasan pasien, terutama ketika penggunaan anestesi.

Anxiety dalam dunia kedokteran

Implementasi teknologi VR meminimalisir kecemasan saat operasi
Implementasi teknologi VR dalam proses operasi (Frontiers / Frontiersin)

Dalam dunia medis, rasa cemas atau anxietyadalah hal yang normal dirasakan ketika seseorang menghadapi situasi atau informasi yang menimbulkan rasa takut atau khawatir. Setiap orang dapat merasa cemas ketika menghadapi atau berada dalam situasi yang mengancam atau menakutkan.

Jika rasa cemas tidak ditangani segera, konsentrasi pasien akan terganggu. Sehingga kesulitan dalam memahami kejadian selama perawatan dan prosedur tindakan medis berlangsung. Hal ini disebabkan karena tingkat kecemasan seseorang tergantung pada kesiapan setiap pasien, dalam menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan.

Anxiety merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif dan dipengaruhi alam bawah sadar serta tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Anxiety menggambarkan keadaan khawatir dalam bentuk rasa gelisah, takut, atau stress yang biasanya disertai berbagai keluhan dan gangguan fisik. Pada tingkat yang parah, anxiety dapat mempengaruhi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan.

Teknologi VR meminimalisir kecemasan pasien selama menjalani tindakan medis

Teknologi virtual reality membantu menanggulangi kecemasan pasien
VR membantu mengurangi kecemasan pasien (Hunter Hoffman / Polygon)

Teknologi virtual reality (VR) adalah sebuah teknologi yang mampu memberikan sebuah simulasi atau pengalaman tiga dimensi (3D) pada pengguna yang dihasilkan oleh sistem komputer. Dengan menggunakan perangkat virtual reality, penggunanya dapat dengan mudah untuk merasakan pengalaman di dalam bentuk virtual layaknya dunia nyata.

Dalam penelitian yang sukses di salah satu rumah sakit di Bavaria, dokter telah menguji bagaimana virtual reality dapat membantu meminimalisir kecemasan pasien. Para Dokter dalam penelitian tersebut menemukan bahwa pasien yang cemas atau takut, menjadi lebih tenang ketika menggunakan virtual reality selama operasi berlangsung.

Dengan teknologi VR, pasien memungkinkan untuk berpindah di antara ruang virtual yang berbeda saat sedang dioperasikan. Pasien di Fichtelgebirge, rumah sakit di Bavaria, memiliki pilihan untuk menonton film, konser, atau sekedar mendengarkan musik.

Metode penenangan pasien ini, sebenarnya pertama kali diuji cobakan dalam penelitian di University of Colorado. Para peneliti menemukan, bahwa pasien yang menggunakan virtual reality untuk mengalihkan perhatian selama operasi, memerlukan obat bius yang lebih sedikit.

Virtual reality (VR) hadir mengurangi risiko obat penenang

Pada proses operasi, pasien akan menerima bius untuk mematikan saraf di sekitar area dimana tindakan medis akan dilakukan. Selain itu, obat anastesi kadang-kadang digunakan untuk membuat pasien mengantuk agar mengurangi tingkat kecemasan dalam kondisi genting.

Namun demikian, obat anastesi memiliki efek samping, terutama untuk orang lanjut usia atau orang yang memiliki kondisi lemah. Mereka dapat memperlambat pernapasan, menurunkan suhu tubuh dan menurunkan tekanan darah.

Kesalahan dosis dalam penggunaan obat anastesi, dapat berakibat fatal karena akan memicu menghentikan napas. Karena alasan inilah para peneliti dan dokter menguji metode penenangan pasien dengan virtual reality. Dengan metode ini, artinya pasien tidak perlu menerima lebih banyak resiko atas penggunaan obat anastesi.


Itulah pembahasan mengenai penerapan teknologi virtual reality untuk meminimalisir kecemasan pasien saat operasi. Melalui metode ini, diharapkan dapat membantu pasien maupun tenaga kedokteran dalam melakukan tindakan medis. Kunjungi blog MetaNesia untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai perkembangan teknologi dunia virtual.

MetaNesia merupakan platform metaverse yang menciptakan interaksi virtual di mana pengguna dapat berinteraksi layaknya dunia nyata. Apabila anda tertarik untuk membuat virtual office, menjual produk digital atau bekerja sama dengan MetaNesia, anda dapat menghubungi Customer Service kami melalui WhatsApp untuk berkonsultasi secara gratis.

Ayo bergabung dengan mengunduh aplikasi MetaNesia dan rasakan pengalaman yang belum pernah anda coba sebelumnya!

Bagikan ini: