Virtual Reality dan Industri Ekoturisme Bisa Jadi Kunci Lestarikan Lingkungan

Virtual Reality dan Industri Ekoturisme Bisa Jadi Kunci Lestarikan Lingkungan

Di tengah dunia di mana akses fisik ke situs warisan bawah air terbatas karena kekhawatiran lingkungan dan tantangan logistik, realitas virtual muncul sebagai solusi yang kuat untuk menjembatani kesenjangan antara masyarakat dan eco-tourism.

Dengan memindahkan pengguna ke dalam rekonstruksi digital dari situs arkeologi yang tenggelam dan lanskap bawah air, realitas virtual dapat membantu sektor pariwisata sekaligus melestarikan situs-situs ini tanpa menyebabkan kerusakan apa pun.

Pendekatan inovatif ini tidak hanya meningkatkan kesadaran publik tentang warisan bawah air, tetapi juga menanamkan rasa dan tanggung jawab terhadap pelestariannya.

Destinasi wisata bawah laut di Italia | Virtual reality dan industri ekoturisme

Virtual Reality dan Industri Ekoturisme Bisa Jadi Kunci Lestarikan Lingkungan
group of people near beach (Johnny Chau/unsplash)

Kepulauan Tremiti di Laut Adriatik Italia setiap tahunnya menjadi tuan rumah bagi sekitar 100.000 pengunjung. Namun, banyak di antara mereka yang tidak menyadari keberadaan beberapa atraksi paling istimewa di kepulauan ini: situs arkeologi yang tenggelam di dasar air jernih dan mengelilingi pulau-pulau tersebut. Dalam usaha yang diketuai oleh Fabio Bruno dari Universitas Calabria, sebuah tim peneliti menjalankan misi berharga untuk mengungkap harta karun tersembunyi tersebut.

“Tidak semua orang bisa mengakses warisan budaya bawah laut karena untuk melihatnya perlu menyelam,” jelas Fabio Bruno. “Untuk membuat warisan besar ini diketahui masyarakat umum, sangat penting untuk menggunakan teknologi multimedia yang memungkinkan pengunjung menjelajahi situs dan memahami maknanya.”

Proyek CREAMARE menjalankan misinya di salah satu kapal karam paling signifikan di Italia. Dalam tim ini terdapat para arkeolog dari Pengawasan Nasional Warisan Budaya Bawah Air serta spesialis teknologi komputer dari Universitas Calabria. Mereka memiliki tekad bulat untuk menghidupkan wisata situs-situs arkeologi bawah air kami melalui model tiga dimensi yang sangat rinci, agar dapat diakses oleh semua kalangan.

Digitalisasi objek wisata

Digitalisasi objek wisata
people standing and lying on beach during daytime (Niklas Ohlrogge/unsplash)

Eksplorasi bawah laut yang dilakukan oleh tim ini salah satunya adalah perjalanan menggali puing-puing ‘Lombardo’, sebuah kapal uap abad ke-19 yang memainkan peran krusial dalam pergerakan Risorgimento yang dipimpin oleh figur legendaris, Giuseppe Garibaldi. Kapal yang pernah menjadi tiang penopang dalam sejarah Risorgimento tersebut akhirnya tenggelam dan terlupakan selama lebih dari 160 tahun.

Namun, baru pada awal tahun 2000-an, para arkeolog Italia berhasil menemukan warisan bersejarah yang hilang ini. Tim yang terlibat dalam proyek ini telah berhasil menciptakan representasi digital menyeluruh dari lokasi tersebut.

“Melalui proses digitalisasi dan pembuatan model tiga dimensi dari reruntuhan kapal ini, kami dapat membuka kesempatan bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan menyelam atau berada di dalam air untuk merasakan pengalaman penyelaman virtual yang hampir seakan mereka benar-benar ada di dalam air,” ungkap Salvatore Medaglia, seorang arkeolog yang berkecimpung di bawah naungan Pengawasan Nasional Warisan Budaya Bawah Air.

Para peneliti telah mengaplikasikan metode fotogrametri dalam usaha mereka. Tim ini mengambil sejumlah gambar dengan menggunakan kamera yang dimasukkan ke dalam wadah bawah air. Kumpulan foto ini menjadi dasar yang memungkinkan terbentuknya model tiga dimensi yang sangat mendetail dan bisa memberikan pengalaman yang imersif.

Mengajak generasi muda untuk lestarikan objek wisata | Virtual reality dan industri ekoturisme

Industri pariwisata atau tourism tidak bisa bertahan lama tanpa bantuan generasi muda untuk melestarikannya. Oleh karena itu, promosi tour travel dan tourism serta edukasi pelestariannya harus dilakukan. Warisan pariwisata juga luas, namun perjalanannya terkendala sarana dan prasarana.

Tourism Eropa merupakan salah satunya. Para peneliti percaya, adanya teknologi dapat menghidupkan perjalanan wisata yang sebelumnya tidak dapat diakses ini.

Para peneliti yakin jika perangkat realitas virtual akan segera menjadi lebih umum di kalangan masyarakat. Teknologi ini dapat membantu membangun hubungan yang lebih kuat antara masyarakat dan pariwisata warisan bawah laut.

“Tujuan kami adalah memungkinkan pengembangan aplikasi multimedia yang memungkinkan masyarakat umum untuk belajar tentang warisan budaya bawah air dan untuk lebih memahami tantangan lingkungan yang mempengaruhi laut kita,” kata Fabio Bruno.

Pameran karya seni dibantu oleh teknologi

Museum pun semakin banyak menggunakan teknologi baru untuk meningkatkan pameran mereka. Di Taranto, sebuah kota pesisir di Italia Selatan, Euronews mengunjungi Pengawas Nasional Warisan Budaya Bawah Air (National Superintendency for Underwater Cultural Heritage) yang dipimpin oleh arkeolog terkemuka Barbara Davidde.

Koleksi baru tembikar Korintus berasal dari abad ke-7 Sebelum Masehi ditemukan sedalam 780 meter di Laut Adriatik selama pembangunan pipa gas. Artefak yang tak ternilai ini dilindungi di balik kaca pelindung, namun layar interaktif besar di dekatnya memungkinkan pengunjung untuk memeriksa model fotogrametri terperinci dari setiap sudut.

“Pengunjung dapat memperbesar objek dalam bentuk 3D untuk melihat secara detail teknik eksekusi dan organisme biologis yang mendiami artefak tersebut selama berada di dasar laut,” ungkap Barbara Davidde.

Tak hanya itu, dalam pameran ini ada kegiatan yang disebut sebagai ‘permainan serius’. Kegiatan ini merupakan simulasi penggalian arkeologi dalam lingkup realitas virtual.

“Ketika Anda memiliki pengalaman praktis dalam eksplorasi bawah air, bahkan secara virtual, Anda mendapatkan lebih banyak kesenangan dari kunjungan Anda, dan Anda lebih mengingat apa yang Anda lihat dan apa yang Anda pelajari,” tambah Barabara.

Virtual tourism bisa membuat wisata lebih menarik

Virtual tourism bisa membuat wisata lebih menarik
people walking on corridor looking at painting (Amy-Leigh Barnard/unsplash)

Pengalaman mendalam seperti ini bahkan dapat membantu mempromosikan tourism yang lebih ramah lingkungan. Di Malta, seperti banyak wilayah pesisir lainnya, wisatawan berbondong-bondong mengunjungi hotel-hotel bertingkat tinggi, kapal pesiar, atau kehidupan malam perkotaan. Mereka sering kali melewatkan keajaiban keindahan alam yang belum tersentuh.

Padahal, banyak monumen bersejarah, seperti kuil megalitik Ħaġar Qim yang berusia 5000 tahun. Bagi CORALLO, proyek Eropa yang dipelopori oleh Duta Besar Kelautan Malta, ini adalah sebuah peluang.

Robot android, headset realitas virtual, dan alat interaktif lainnya ditempatkan secara strategis di pusat pengunjung untuk memicu minat wisatawan terhadap keanekaragaman hayati laut dan perjalanan turisme (tourism journey) setempat.

Proyek ini bekerja sama dengan kelompok lokal yang mengatur kegiatan laut ramah lingkungan di situs alam yang dilindungi, mencari cara terbaik untuk menghubungkan mereka dengan wisatawan. ‘Get Out and Kayak’ adalah salah satu mitra proyek mereka. Eco-tourism membuka perspektif unik yang tidak dapat diakses oleh orang lain.


Itulah manfaat dari teknologi virtual reality dan industri ekoturisme untuk kelestarian lingkungan. Ingin mencoba virtual reality untuk bisnis? Hubungi MetaNesia dan dapatkan konsultasi gratis dengan tim kami.

MetaNesia merupakan platform metaverse pertama di Indonesia yang juga merupakan bagian dari Telkom Indonesia. Anda juga bisa merasakan keseruan masuk ke dalam dunia virtual dengan mengunduh aplikasi MetaNesia. Yuk unduh hari ini, jangan sampai ketinggalan keseruannya!

Bagikan ini: