VR untuk HR: Melihat Bagaimana Virtual Reality Dapat Membantu Proses Rekrutmen

VR untuk HR: Melihat Bagaimana Virtual Reality Dapat Membantu Proses Rekrutmen

Virtual reality dapat meningkatkan berbagai proses dalam rekrutmen, onboarding, dan pelatihan karyawan. VR juga telah menjadi salah satu teknologi yang kini mulai diadaptasi. Dorongan untuk menggunakan VR dalam HR juga melibatkan teknologi lain yang lebih baru, augmented reality (AR). Keduanya sering saling melengkapi meskipun memiliki perbedaan.

VR memberikan pengalaman 3D menggunakan kacamata atau headset khusus, sementara AR menghamparkan data dan grafik 3D ke tampilan dunia nyata alih-alih menggantinya. Keduanya adalah penggerak teknologi di balik metaverse, lingkungan digital imersif dan interaktif kyang mendukung bidang-bidang seperti game, hiburan, e-commerce, dan pendidikan.

Bagaimana penggunaan Virtual Reality (VR) untuk HR

Virtual reality untuk rekrutmen
Virtual reality membantu menyatukan tim yang terpisah (Flickr)

Pelatihan berbasis komputer sudah ada sejak tahun 90-an. VR menghadirkan rasa dan pengalaman yang lebih dalam yang dapat meningkatkan pelatihan dan keterlibatan karyawan. Hal yang berbeda dari AR/VR adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara dinamis di mana kerja sama dapat diterapkan.

Virtual reality menyediakan cara untuk mengekspos orang ke situasi yang mungkin akan calon karyawan temui ketika bekerja. VR membantu calon karyawan melakukannya dengan cara yang aman dan terkendali dengan menghadirkan pembelajaran berupa situasi yang mirip dengan aslinya.

Manfaat utama dari pelatihan VR adalah, peserta tenggelam dalam pengalaman dan tidak mendapat gangguan. VR juga berguna untuk pelatihan berisiko tinggi di mana keselamatan atau masalah lain membuat realisme yang diperlukan untuk pembelajaran yang efektif menjadi terlalu sulit atau mahal untuk dibuat.

Berikut adalah enam lingkup penerapan VR dalam proses rekrutmen.

1. Menarik minat pencari kerja

Dalam beberapa hal, VR hanyalah evolusi dari video yang dirancang untuk membangun buzz dengan menggunakan teknologi terbaru. General Mills mendemonstrasikan pengalaman video 3D pada tahun 2015 yang membantu menarik perhatian di bursa kerja yang ramai. Tantangan terbesar saat itu adalah pembuatan konten. Video tersebut membutuhkan rig khusus yang dibangun dari beberapa kamera GoPro.

Sekarang menjadi lebih praktis dan lebih murah untuk membuat pengalaman serupa menggunakan peralatan siap pakai dan alat pengembangan konten 3D khusus. Misalnya, pada 2017, Toyota mulai bekerja sama dengan InstaVR untuk membuat tur kantor yang menggunakan peralatan VR yang lebih modern. InstaVR mengembangkan alat untuk merekam, mengedit, dan menganalisis pengalaman 3D.

VR memang belum diadopsi secara luas untuk proses perekrutan tetapi akan segera hadir. Seorang HR dapat mempresentasikan perusahaannya dengan cara yang jauh lebih baik melalui AR dan VR daripada melalui video YouTube tradisional.

2. Menyeleksi kandidat

VR dapat mempermudah pemeriksaan kandidat potensial dengan mensimulasikan dan menguji keterampilan yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan. Mengubah simulasi tempat kerja menjadi pengalaman VR dapat membantu perekrutan dalam jumlah besar.

Mungkin perlu beberapa tahun sebelum jenis simulasi ini cukup baik untuk digunakan dalam pengujian kandidat. Simulasi VR dapat membantu tim HR dalam mengidentifikasi kandidat dengan talenta yang tepat daripada mereka yang mungkin memiliki kredensial yang tepat tetapi tidak memiliki keterampilan yang diperlukan.

3. Onboarding

Dipercaya secara luas bahwa pengalaman onboarding yang lebih baik dapat menghasilkan karyawan yang lebih bahagia dan lebih efisien. VR untuk meeting, pelatihan, dan ruang kerja virtual menawarkan cara yang fantastis untuk merekrut karyawan baru.

Ini sangat penting di tengah isolasi sosial yang disebabkan oleh pandemi dan bekerja dari rumah. Pandemi mengganggu aspek sosial dari proses onboarding, seperti berhubungan dengan orang dan membangun tim.

VR menawarkan sesuatu yang tidak bisa kita dapatkan dari panggilan video 2D: kehadiran dan perasaan terhubung dengan orang lain. Teknologi ini memungkinkan orang untuk bersama-sama meskipun mereka mungkin terpisah jarak yang jauh.

Manfaat yang tak ternilai karena dengan cepat memungkinkan karyawan baru untuk membangun kepercayaan dan mengembangkan hubungan profesional dengan kolega mereka. VR juga dapat membantu karyawan mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk memulai pekerjaan baru dengan lebih cepat.

4. Gamifikasi proses perekrutan

Gamifikasi proses rekrutmen adalah tren yang sedang berkembang. Daripada menggunakan proses lama yang sama dengan mengirimkan resume seseorang atau menghadiri panggilan telepon sebagai proses pertama penilaian, kandidat diberikan permainan dan teka-teki interaktif untuk mengisi lamaran mereka dan menjalani serangkaian tes perilaku dan psikologis serta kepribadian.

Selain meningkatkan efisiensi seluruh proses, ini menambah kesenangan pada pengalaman perekrutan yang membosankan bagi perekrut dan kandidat.

5. Pengembangan dan pembelajaran karir

VR dan AR juga menunjukkan potensi kuat untuk pelatihan teknis. Mereka sudah banyak digunakan dalam pekerjaan berisiko tinggi di mana kesalahan bisa berbahaya, seperti industri penerbangan, pertahanan, minyak dan gas, dan operasi bedah pada kesehatan.

Industri seperti manufaktur, kedirgantaraan, dan kesehatan berada di depan kurva dalam menggunakan VR dan AR untuk mengembangkan keterampilan teknis. Misalnya, perusahaan industri menggunakan VR dan AR untuk mempelajari cara kerja seuatu sistem, meningkatkan efisiensi tenaga kerja, meningkatkan kualitas dan hasil, serta mengurangi pemborosan yang disebabkan oleh kesalahan manusia.

6. Tempat kerja masa depan

VR dan AR dapat membantu mempertahankan rasa kebersamaan saat tim berhenti bekerja secara fisik di kantor. Semua aplikasi konferensi video utama mulai mendukung ruang bersama untuk kantor virtual.

Banyak perusahaan akan terus memiliki tenaga kerja yang tersebar secara geografis. Teknologi virtual reality dan augmented reality dapat dimanfaatkan untuk memberikan rasa kebersamaan saat karyawan bekerja sendirian di rumah.

Kelemahan dan tantangan virtual reality untuk human resources

 Virtual reality untuk rekrutmen
Sebagai teknologi baru, masih banyak penyelarasan yang harus dilakukan (Flickr)

Perusahaan perlu mengatasi beberapa tantangan dalam menuju adopsi VR secara luas. Pertama, industri VR masih memilah-milah ergonomi penggunaan headset VR dalam jangka panjang.

Sementara pekerja yang lebih muda mungkin bersenang-senang menghabiskan waktu berjam-jam di lingkungan virtual, orang yang lebih tua mungkin mengalami kesulitan, pusing, dan masalah lain yang menghalangi penggunaan dalam waktu lama.

Selanjutnya, lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk meningkatkan pengembangan dan manajemen konten untuk memberikan pengalaman yang lebih imersif. Sebagian besar pekerjaan saat ini berfokus pada membangun pengalaman seperti game 3D. Pelatihan soft skill juga membutuhkan simulasi perilaku manusia dan mengukur kemajuan dengan cara yang berarti.

Dalam jangka panjang, virtual reality memiliki potensi besar untuk meningkatkan pelatihan. Kebutuhan hanya akan meningkat seiring dengan percepatan perubahan teknologi, sosial dan bisnis. Pelatihan menggunakan VR adalah salah satu kemajuan teknologi yang dapat dimulai oleh perusahaan.


Kunjungi metaNesia untuk selalu mendapatkan informasi terbaru seputar metamesta dan teknologi imersif lainnya.

Bagikan ini: