Ketahui Visualisasi Jejak Karbon dengan VR, Hasil Kerja Sama PlayStation dengan UN Environment Programme (UNEP)

Ketahui Visualisasi Jejak Karbon dengan VR, Hasil Kerja Sama PlayStation dengan UN Environment Programme (UNEP)

Perubahan iklim merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis iklim atau climate change yang dapat merusak bumi dan mengubah keseluruhan ekosistem makhluk hidup di dunia. Meski demikian, masih banyak bisnis dan juga pribadi yang masih acuh terhadap isu climate change dan tidak memperhatikan lingkungan sekitar untuk kelangsungan bumi.

Salah satu aspek yang mempengaruhi perkembangan climate change merupakan jejak karbon (carbon footprint). Tidak hanya perusahaan besar, individu pribadi pun ternyata juga menyumbang jejak karbon yang berpengaruh ke krisis iklim, loh.

Untuk menghadapi hal tersebut, UN Environment Programme yang merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di bagian Program Tata Lingkungan baru saja melakukan kerja sama untuk menghadirkan visualisasi jejak karbon menggunakan VR.

Simak pembahasan lengkapnya di bawah ini!

aktivitas manusia akibatkan climate change
UN report renews calls for deep emissions cuts to avert catastrophic events (Nick Humphries / MEED)

Apa itu jejak karbon? | Visualisasi jejak karbon dengan VR

Setiap orang yang hidup di bumi pasti akan menghasilkan jejak karbon, namun jumlah yang dihasilkan tentunya berbeda-beda. Carbon footprint sendiri merupakan jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dalam periode waktu tertentu.

Dalam jangka waktu lama, jejak karbon yang dihasilkan manusia bisa berpengaruh buruk terhadap lingkungan seperti kekeringan, berkurangnya sumber air bersih hingga kehadiran cuaca ekstrim dan bencana alam.

Berikut beberapa aktivitas manusia yang bisa menghasilkan jejak karbon:

Penggunaan kendaraan dengan bahan bakar fosil

Hampir seluruh kendaraan yang ada menggunakan bahan bakar untuk bisa berjalan. Meski demikian, kini muncul kendaraan berbahan dasar listrik yang dibuat untuk menjaga lingkungan lebih baik.

Namun, mayoritas kendaraan masih menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin untuk bisa digunakan. Hal ini tentunya berkontribusi untuk menghasilkan lebih banyak gas emisi (CO2).

Terutama saat kendaraan berada di tengah kemacetan, mesin akan menjadi panas dan melepas gas emisi ke udara. Semakin banyak kendaraan berbahan bakar fossil yang ada di jalanan, maka semakin banyak juga emisi yang akan dilepas ke udara.

Penggunaan energi listrik dan air

Untuk menggunakan berbagai perangkat dan elektronik sehari-hari seperti ponsel, komputer, kulkas, TV dan juga AC, dibutuhkan listrik yang berfungsi sebagai energi atau bahan baku dari elektronik tersebut. Sayangnya, penggunaan listrik ini justru meningkatkan peredaran gas emisi di udara.

Hal ini dikarenakan sumber energi listrik masih berasal dari pembakaran bahan bakar fosil pada pembangkit listrik. Oleh sebab itu, pemerintah sering mempromosikan penghematan penggunaan listrik yang berpengaruh pada lingkungan.

Konsumsi makanan

Makanan yang dikonsumsi manusia sehari-hari ternyata juga dapat menghasilkan gas emisi, loh. Namun, gas emisi yang dimaksud berasal dari transportasi yang digunakan untuk membawa makanan dari satu tempat ke tempat lain.

Mulai dari ekstraksi bahan baku, proses produksi, distribusi hingga barang sampai ke konsumen dapat meninggalkan jejak karbon. Terlebih jika makanan harus didatangkan dari luar negeri. Jejak karbon yang dimiliki akan bertambah karena proses distribusi yang juga lebih panjang.

langkah pencegahan jejak karbon
Top ten tips for reducing your carbon footprint attracts international attention (Diana Ivanova, Clare Downing and Aimee Eeles / Centre for Research into Energy Demand Solutions)

Visualisasi jejak karbon dengan teknologi terbaru VR

Direktur Divisi Ekonomi UNEP Ligia Noronha, mengatakan bahwa lebih dari 2,6 miliar orang di dunia pernah dan aktif bermain game dalam aktivitas sehari-hari. Hal tersebut tentunya membuat industri gaming sebagai salah satu industri terbesar di dunia yang bisa meraih berbagai golongan umur, terutama mereka yang berada di bawah umur 30 tahun.

Martin Nebellong selaku lead illustrator dari kolaborasi UNEP dan Sony PlayStation menganggap bahwa VR merupakan media storytelling yang tepat untuk bisa menjelaskan keadaan climate change yang semakin parah. VR dianggap bisa menggambarkan tampilan bencana yang buruk dan tetap terasa riil.

Biasanya, dibutuhkan perangkat headset tambahan untuk memungkinkan pengguna bisa mengakses teknologi VR. Namun, UNEP bekerja sama dengan YouTube untuk memungkinkan pengalaman ini dirasakan hanya dari perangkat sehari-hari seperti laptop, PC dan juga smartphone.

Pengalaman video tersebut juga dibagikan melalui Earth’s School, sebuah kolaborasi UNEP dengan TED-ed untuk murid maupun pengajar yang tersebar di seluruh dunia.

Virtual reality dan penggunaannya | Visualisasi jejak karbon dengan VR

Teknologi VR sendiri sudah mulai terkenal sejak awal 2000-an dan mulai ramai dikomersialisasi pada sekitar 2010-an. Sebagai salah satu inovasi imersif yang hadir dalam kehidupan sehari-hari, pemilihan teknologi ini tentunya bukan tanpa alasan.

Taukah kamu kalau sebenarnya jejak karbon yang dimiliki setiap orang sangatlah besar, akumulasinya sekitar 6-30 ton dalam seumur hidup. VR kemudian muncul sebagai media yang bisa menampilkan besarnya carbon footprint yang dimiliki setiap orang agar masyarakat sadar akan kemasifannya.

Kehadiran spatial audio dan juga dunia virtual baru dapat mengambil perhatian pengguna secara keseluruhan, tanpa terganggu dengan suara maupun keributan di tempat umum. Dengan menggabungkan tampilan 3 dimensi imersif dan spatial audio, pengguna dapat benar-benar terasa masuk ke dunia virtual yang penuh dengan jejak karbon.

Storytelling juga menjadi salah satu aspek penting dalam menghadirkan tampilan climate change yang perlahan merusak bumi. Para illustrator yang bekerja dalam projek ini sebisa mungkin menghadirkan pembawaan cerita yang menyentuh empati dan juga menyadarkan pengguna terkait buruknya hasil dan peredaran jejak karbon yang berada di dunia.

Upaya UN Environment Programme mengurangi jejak karbon manusia

Untuk memberikan visualisasi carbon footprint yang lebih jelas bagi masyarakat, UNEP bekerja sama dengan Sony PlayStation untuk hadirkan platform virtual reality bernama “Dream”. Menggunakan teknologi immersive virtual reality, platform ini akan memberikan gambaran lebih jelas dengan efek grafis 3 dimensi serta suara ambisonik yang memiliki efek spatial audio 360 derajat.

Platform Dream kemudian akan menampilkan carbon footprint setinggi 18 meter yang muncul dengan warna oranye yang menemani manusia dalam melakukan aktiivtas sehari-hari, hingga malam saat jejak karbon akan menaikkan ketinggian air laut.

UNEP berharap dengan adanya visualisasi climate change yang lebih riil terkait jejak karbon, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan mulai mengurangi kebiasaan yang bisa merusak bumi. Dengan begitu, kenaikan suhu global warming juga dapat berada di maksimal 1,5 derajat Celcius setiap tahunnya.


Berikut pembahasan lengkap terkait upaya pencegahan dan visualisasi jejak karbon dengan VR. Kalau kamu suka membaca berita teknologi menarik seperti satu ini? Yuk, baca selengkapnya di blog MetaNesia.

MetaNesia merupakan perusahaan virtual reality, augmented reality serta platform metaverse pertama di Indonesia. Berada di bawah naungan Telkom Indonesia, MetaNesia telah melayani berbagai klien global maupun lokal untuk memenuhi berbagai variasi kebutuhan bisnis dengan teknologi imersif. Tertarik untuk eskalasi bisnis dengan teknologi terbaru dari MetaNesia? Hubungi tim admin kami untuk dapatkan konsultasi gratis secara langsung!

Mau coba rasakan pengalaman terbaru masuk ke dalam dunia imersif metaverse? Unduh aplikasi MetaNesia dan mainkan di perangkat sekarang juga!

Bagikan ini: