Manfaat Penggunaan VR untuk Simulasi Bencana!

Manfaat Penggunaan VR untuk Simulasi Bencana!

VR untuk Simulasi Bencana
Simulasi keadaan darurat dalam virtual reality (UploadVR)

Penggunaan teknologi virtual reality dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat sudah cukup umum dijumpai. Perkembangan teknologi virtual reality juga tidak terbatas pada dunia hiburan saja namun mampu membantu masyarakat dalam bidang yang lebih esensial.

Kemampuan virtual reality dalam mensimulasikan kejadian di dunia nyata secara realistik kemudian dimanfaatkan juga untuk melakukan pelatihan VR dalam mitigasi bencana alam. VR terbukti mampu menyediakan program pelatihan virtual khususnya dalam mitigasi bencana alam.

Lebih lanjut, pelatihan virtual reality untuk simulasi bencana alam ini sangat bermanfaat khususnya untuk para anggota yang bertugas dalam keadaan darurat. Dengan pelatihan simulasi bencana alam ini, tentu dapat membantu mereka dalam merespon kejadian darurat secara lebih efektif. Sehingga, hal ini berpotensi dapat menyelamatkan banyak nyawa manusia.

Penasaran mengenai penggunaan virtual reality untuk simulasi bencana alam? Yuk, simak artikel ini sampai habis!

Pelatihan Virtual Reality untuk Mitigasi Bencana Alam secara Efektif!

VR untuk Simulasi Bencana
Pelatihan virtual untuk mitigasi bencana (ABC6)

Kejadian bencana alam yang terjadi di lingkungan masyarakat tentu terjadi secara sangat cepat dan seringkali terjadi secara tidak terduga. Oleh karena itu, disaat genting seperti itu tentu para petugas responden gawat darurat mengambil peran yang sangat penting. Dengan para petugas yang terlatih, tentu dampak dan akibat kejadian tersebut dapat diminimalisir.

Disinilah teknologi Virtual Reality berperan secara krusial dalam menjadi wadah pelatihan yang sifatnya sangat penting. Penerapan latihan simulasi bencana tersebut kemudian dikembangkan oleh para peneliti dari Ohio State University College of Medicine. Mereka membuat program pelatihan bersifat virtual untuk para petugas dalam insiden darurat.

Program latihan virtual reality tersebut mampu menciptakan simulasi dalam berbagai keadaan darurat yang dapat terjadi di lingkungan masyarakat. Seperti salah satu program latihan yang ada yaitu simulasi terjadinya ledakan bom disebuah stasiun kereta bawah tanah. Pengguna latihan ini dapat menyesuaikan berbagai aspek penting sesuai dengan kebutuhan.

Aspek-aspek yang dapat dikustomisasi oleh penggunanya yaitu meliputi jumlah korban, jenis cedera yang dialami korban dan faktor lingkungan lainnya seperti asap hingga kebisingan. Sehingga, program pelatihan ini sangat cocok untuk pelatihan seluruh kalangan petugas tanggap darurat mulai dari pemula hingga petugas ahli yang sudah berpengalaman.

Dapat Mempersiapkan Petugas Tanggap Darurat untuk Menghadapi berbagai Jenis Bencana

Program Pelatihan untuk Mitigasi Bencana
Pelatihan tanggap darurat dengan teknologi VR (PrepareCenter)

Menurut para peneliti yang mengembangkan program latihan berbasis VR ini, fokus utama dari simulasi yang mereka ciptakan yaitu untuk mengajarkan mengenai metode triase SALT. SALT sendiri dimulai dari petugas menyortir menilai korban yang selamat. Setelah penilaian terhadap keadaan selesai dilakukan, petugas kemudian dapat memulai langkah berikutnya.

Langkah kedua dalam metode triase SALT ini yaitu pengambilan keputusan oleh petugas tanggap darurat mengenai tindakan yang dapat diambil untuk menyelamatkan nyawa korban. Tindakan tersebut dapat meliputi treatment dilokasi seperti pertolongan pertama ataupun transportasi korban yang ada di lokasi.

Seperti pelatihan pada umumnya, diakhir program latihan mengenai simulasi bencana ini, para peserta akan mendapatkan feedback berupa nilai keseluruhan performa tiap individu. Tentu hal tersebut bersifat sangat penting agar para peserta dapat mengetahui bidang-bidang apa saja yang perlu mereka perbaiki agar lebih siap dan efektif dalam menolong korban.

Virtual Reality membuat Simulasi Keadaan Darurat menjadi Lebih Aman

Dr. Ashish Panchal, seorang professor bidang pengobatan darurat dari Ohio State College of Medicine mengatakan pelatihan ini sangat bermanfaat untuk petugas tanggap darurat. Menurutnya, pelatihan VR ini dapat melatih para petugas gawat darurat untuk berfungsi secara optimal di lingkungan beresiko tinggi dan penuh dengan tekanan.

Dalam kehidupan nyata, membuat simulasi kejadian serupa dapat dikatakan cukup sulit dan terutama memiliki resiko atau tidak 100% aman untuk para peserta latihan. Sehingga, penggunaan virtual reality sangat membantu pelatihan mitigasi bencana karena dapat memberikan lingkungan pelatihan realistik yang relatif jauh lebih aman.

Berpeluang Menggunakan Augmented Reality dan Mixed Reality di Masa Depan

Simulasi Bencana Alam dengan VR
Program pelatihan mitigasi bencana secara virtual oleh Kepolisian Thailand (Phys)

Saat ini, penggunaan virtual reality dalam progam pelatihan tersebut terbukti mampu membuat simulasi kejadian yang membahayakan secara realistik dan aman. Dengan VR, pelatihan para petugas tanggap darurat untuk mitigasi bencana alam dapat dilakukan tanpa resiko.

Pada masa yang akan datang, tidak menutup kemungkinan bahwa simulasi pelatihan virtual seperti ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi XR lainnya seperti AR atau MR. Penggunaan teknologi tersebut berpotensi mengambil peran penting untuk simulasi virtual serupa di masa depan.

Terbukti, saat ini terdapat berbagai bidang yang termasuk kedalam petugas tanggap darurat yang sudah menggunakan teknologi tersebut untuk melakukan latihannya. Sebagai contohnya yaitu seperti petugas polisi dan para pemadam kebakaran. Sudah banyak dari mereka yang saat ini menggunakan program latihan virtual untuk menghadapi keadaan darurat.

Penggunaan VR untuk Simulasi Bencana di Indonesia

Training Tanggap Bencana
Ilustrasi Training Tanggap Bencana (TTB) oleh Dompet Dhuafa (Dompet Dhuafa)

Pemanfaatan teknologi VR untuk simulasi bencana guna melatih ketanggapan dan mitigasi bencana nyatanya juga sudah diterapkan di Indonesia, lho! Salah satu contohnya dilaksanakan oleh Mitra Pengelola Zakat dan Zona Layanan (MPZ & ZL) Dompet Dhuafa. Pelatihan tersebut digelar sebagai Training Tanggap Bencana atau TTB.

Pelatihan TTB tersebut ditujukan kepada para relawan lembaga-lembaga jaringan Dompet Dhuafa khususnya yang berada di daerah Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Pelatihan TTB sendiri dilakukan hybrid secara luring atau offline dan juga daring atau online. Training tersebut berlangsung selama 6 hari yaitu dari tanggal 13 sampai 18 Desember 2021 lalu.

Salah satu lokasi yang dipilih saat pelaksanaan pelatihan sesi luring yaitu di Camp Hulu Cai Bogor. TTB ini juga didukung langsung oleh Disaster Management Center atau DMC yang menghadirkan simulasi virtual atau Disaster Virtual Reality Simulation. Seluruh peserta luring TTB ini dapat merasakan secara langsung Disaster VR Simulation tersebut.

VR untuk Simulasi Bencana dilakukan guna Mempersiapkan Para Peserta dalam Mitigasi Bencana

Disaster Virtual Reality yang diadakan pada TTB tersebut menurut penyelenggara dilakukan sebagai salah satu media edukasi kebencanaan. Dimana edukasi yang memadukan kecanggihan teknologi VR tersebut juga merupakan upaya untuk mitigasi bencana. Harapannya, para peserta mendapatkan pengalaman nyata dalam mitigasi bencana.

Salah satu peserta TTB dan Disaster VR Simulation mengatakan pelatihan virtual tersebut sangat menarik. Disamping itu, pelatihan tersebut juga sangat informatif dengan berbagai materi kebencanaan yang lengkap yang dapat langsung diterapkan di VR. Peserta tersebut juga menyatakan pelatihan dengan VR ini dapat menjadi alternatif yang sangat baik.

Testimoni dari peserta TTB ini juga memuji bagaimana pelatihan yang ditawarkan bersifat sangat interaktif. Peserta pelatihan diajak untuk melakukan langkah-langkah yang tepat khususnya untuk menolong para korban bencana. Selain sebagai penolong, peserta juga dapat menjadi penyintas untuk mengetahui apa yang harus dilakukan saat terjadinya bencana.

VR untuk Simulasi Bencana dapat Menjadi Media Edukasi yang Terbuka untuk Masyarakat atau Khalayak Umum

Disaster VR Simulation ini dilaksanakan dengan harapan menjadi media edukasi untuk simulasi pelatihan yang terbuka baik untuk para calon relawan maupun masyarakat umum. Dimana, seluruh program latihan dan simulasi didesain agar dapat dirasakan seperti layaknya dunia nyata oleh para peserta meskipun berjalan pada dunia virtual.

Lebih lengkap, peserta tidak hanya dapat merasakan yang terbatas pada indera penglihatan atau pendengaran saja, namun juga dengan indera yang lainnya. Sehingga, dengan demikian peserta akan mendapatkan pengalaman yang sangat realistik sesuai dunia asli. Sebab, seluruh kejadian tersebut disimulasikan persis menyerupai lingkungan nyata.


Tertarik dengan artikel seperti ini? Jangan lupa kunjungi blog metaNesia untuk membaca artikel serupa!

Bagikan ini: