Kenal Lebih Jauh Metaverse vs Web3, Teknologi Masa Depan

Kenal Lebih Jauh Metaverse vs Web3, Teknologi Masa Depan

metaverse vs web3
3D Illustration of The Network of Ethereum (Shubham Dhage/Unsplash)

Bagimu yang selalu update akan perkembangan teknologi dan internet, mungkin istilah metaverse vs Web3 tidak terasa asing. Dua hal itu menjadi topik pembicaraan hangat baik di platform media sosial seperti Facebook, Youtube, Twitter, dan Instagram.

Bahkan pembahasan mengenai Web3 and the metaverse juga banyak menghiasi hasil mesin pencari. Saat pengguna internet mulai mengenal dan memakai metaverse, diskusi mengenai Web 3.0 pun meningkat.

Keduanya diprediksi memiliki dampak panjang terhadap kemajuan koneksi internet di masa depan. Oleh karena itu, penting mengetahui konsep keduanya. Meski sekilas saling berhubungan, metaverse dan Web 3.0 memiliki pengertian yang berbeda.

Apa pengertian Web3?

Web 3.0, Mimpi Dunia Digital yang Tak Dikuasai Facebook dan Google
Cyberbrain (Pixabay)

Generasi ketiga dari teknologi web, yang sering dikenal sebagai Web 3.0 atau Web3, terdesentralisasi dan dibangun di atas blockchain. Ekosistem kripto dan blockchain sudah memiliki produk yang kompatibel dengan Web3. Sebagai contoh, pengguna dapat menggunakan dompet kripto untuk mengumpulkan barang digital dan melakukan pembayaran peer-to-peer (P2P).

Revolusi Web 3.0 akan menggunakan protokol terdesentralisasi seperti blockchain, teknologi yang digunakan untuk memfasilitasi transaksi cryptocurrency. Kemampuannya mengatasi masalah utama kepemilikan data dan kontrol data diharapkan dapat mengatasi beberapa kemunduran dan kekurangan utama dari era internet saat ini.

Saat ini, sebagian besar populasi dunia sangat bergantung pada layanan internet yang disediakan oleh perusahaan teknologi ternama. Berbeda dengan Google, Apple, dan Amazon, perusahaan-perusahaan ini bebas menentukan layanan apa yang dapat digunakan pengguna mereka dan bisa bertindak sebagai perantara antara pengguna dan keinginannya.

Inilah yang coba diatasi Web3. Web3 beroperasi di jaringan terdesentralisasi dan tidak memerlukan izin.

Karenanya, penyedia internet tidak memiliki kewenangan dalam menggunakan otoritas mereka untuk memaksa pengguna yang menggunakan layanannya. Selain itu, Web 3.0 juga tidak bertindak sebagai perantara pengguna dan keinginan masing-masing pengguna.

Komponen inti Web 3.0

Komponen inti web 3.0
Blockchain (Choong Deng Xiang/Unsplash)

Jaringan blockchain

Teknologi blockchain adalah salah satu fitur penting pada Web3. Desentralisasi, yang menjadi sifat dasar teknologi Web3 dibuat menggunakan teknologi blockchain. Dengan teknologi ini, data akan terdesentralisasi, terbuka, dan bisa didistribusikan.

Jaringan blockchain menyediakan penyimpanan data yang aman dan terdistribusi untuk hal-hal seperti catatan transaksi. Manfaat teknologi blockchain antara lain adalah menghilangkan kebutuhan akan pihak ketiga sekaligus memastikan keakuratan, keamanan penyimpanan data, dan membangun kepercayaan.

Artinya, setiap pengguna memiliki data mereka masing-masing dan bebas untuk menukar/melakukan transfer data tanpa khawatir kehilangan kepemilikan, kehilangan privasi, atau bergantung dengan perantara. Ditambah lagi, teknologi yang bisasa digunakan untuk menyimpan cryptocurrency ini juga membantu pengguna untuk login ke internet tanpa dilacak.

Kemudian, penggunaan teknologi blockchain untuk cryptocurrency di Web3 juga merupakan aspek penting yang diprediksi mengubah potensi internet jadi lebih baik lagi. Setiap pengguna bisa mendapat kompensasi akan kontribusinya dengan cara monetisasi secara online yang dilakukan dengan transparan.

Artificial intelligence

Artificial intelligence
Robot Playing Piano (Possessed Photography/Unsplash)

Berkat kemajuan kecerdasan buatan, prediksi yang berguna sekarang dapat dilakukan. Bahkan tindakan penyelamatan dan pencegahan dapat diambil. Terlepas dari kenyataan bahwa Web 2.0 memiliki elemen artificial intelligence di dalamnya, sebagian besar masih digerakkan oleh manusia, apalagi selama perusahaan teknologi besar mengendalikan sebagian besar lalu lintas internet.

Oleh karena itu, perilaku korup seperti ulasan produk yang bias, peringkat yang dicurangi dari beberapa layanan internet, dan kesalahan manusia (human error) tidak dapat dihindari dan akan terus ada. Meski begitu, masih ada harapan karena pelanggan dapat meninggalkan umpan balik di sebagian besar layanan ulasan internet.

Sebaliknya, sekelompok orang dapat dibayar untuk memberi peringkat buruk dan menulis ulasan negatif tentang aplikasi atau layanan. Salah satu tujuan Web3 adalah mengurangi kecurangan tersebut. Adanya artificial intelligence membantu membedakan aktivitas asli dari manusia dan mana yang merupakan rekayasa, sehingga informasi akurat dapat disampaikan pada pengguna.

Augmented reality (AR) dan virtual reality (VR)

virtual reality
Virtual Reality (GuerillaBuzz/Unsplash)

Di dunia metaverse, pengguna bisa bekerja, bermain, dan melakukan aktivitas hiburan bersama pengguna lainnya. Hal ini bisa dicapai dengan banyak teknologi, tetapi sebagian besar masih memakai virtual reality (VR) dan augmented reality (AR).

Biasanya, perusahaan menggunakan blockchain mereka dan memakai token cryptocurrency dan NFT untuk membeli aset digital, seperti lahan/properti virtual atau avatar. Saat ini, para ahli melihat metaverse, AR dan VR memiliki potensi besar.

Karakteristik Web3

jaringan terdesentralisasi pada metaverse dan web3
Decentralized Network (Oxen)

Web3 memiliki 3 karakteristik khusus. Yang pertama adalah desentralisasi, artinya data Web3 disimpan dalam blockchain. Tidak ada sistem yang memiliki jadi tidak ada satu sistem pun yang memiliki akses ke semuanya.

Kedua adalah tak berizin, artinya internet dapat diakses siapapun tanpa syarat khusus pada Web3. Pengguna tidak perlu memberikan identitas pribadinya untuk mengakses layanna tertentu. Pengguna pun tidak perlu berkompromi masalah privasi.

Ketiga adalah keamanan. Berbeda dari Web2, Web3 lebih aman karena sifatnya yang terdesentralisasi. Akan lebih sulit bagi peretas untuk menargetkan database tertentu.

Kegunaan dari Web 3.0

NTF inscription on cubes against the background of dollars and microcircuits
NFT (Andrey Metelev/Unsplash)

Aplikasi-aplikasi yang bersifat desentralisasi dan beroperasi dalam blockchain juga dapat dikategorikan sebagai Web3, contohnya Ethereum. Aplikasi ini bebas biaya dan informasi pribadi pengguna tidak akan diperjual belikan.

Blockchain dan cryptocurrency sangat mengutamakan desentralisasi. Platform Web 3.0 sendiri dirancang agar penggunanya dapat mengakses data mereka. Hasilnya, masing-masing pengguna bisa memberikan jasa bagi satu sama lain, sekaligus mengontrol penggunaan internet tanpa bergantung dengan perusahaan teknologi besar.

Beberapa contoh dari aplikasi Web 3.0 yakni Bitcoin, mata uang cryptocurrency terbesar dan asisten virtual Siri milik Apple. OpenSea, marketplace NFT berbasis blockchain, juga termasuk ke dalam Web 3.0.

Apa yang dimaksud dengan metaverse?

metaverse avatar collage concept
Metaverse Avatar Collage Concept (Freepik)

Metaverse adalah sebuah jaringan dunia virtual 3D yang berfokus pada hubungan sosial antar manusia. Dalam dan fiksi ilmiah, metaverse sering digambarkan sebagai iterasi hipotetis dari internet sebagai satu dunia virtual universal tunggal.

Metaverse sendiri adalah gabungan dari kata “meta” dan “semesta”. Istilah ini yang pertama kali muncul dalam novel fiksi ilmiah tahun 1992, Snow Crash.

Perkembangan platform dunia virtual, seperti Second Life, menyebabkan metaverse semakin populer di kalangan pengguna internet. Integrasi ruang virtual dan dunia nyata, ditambah ekonomi virtual adalah salah satu pengembangan dalam metaverse.

Untuk memasuki metaverse, kamu memerlukan perangkat khusus. Karena itulah metaverse sering dikaitkan dengan perangkat virtual reality.

Contoh pengaplikasian metaverse

Virtual reality

Dunia virtual reality pertama dari Facebook, yaitu Facebook Horizon, diluncurkan tahun 2021. Mark Zuckerberg juga pada akhirnya mengubah nama Facebook menjadi Meta, untuk menandai perubahan fokus bisnis perusahaan ke metaverse.

Dua tahun sebelumnya di 2017, Microsoft meluncurkan perusahaan virtual reality mereka, AltspaceVR. Ditambah lagi, Microsoft mulai menggunakan meeting VR dan virtual avatar di Microsoft Teams.

Video game

Video game metaverse
Second Life (Christy Karras/The Seattle Times)

Selain itu, metaverse juga mulai digunakan di video game modern. Contohnya Second Life yang menggunakan aspek dari sosial media, di mana pemain bisa menggunakan virtual avatar.

Bukan cuma itu saja, analogi metaverse pun sudah dipakai cukup lama. Misalnya dalam gameplay milik permainan Minecraft.

Teknologi di perangkat keras

Ponsel pintar, pada dasarnya adalah pintu masuk dari dunia metaverse. Apalagi sudah banyak ponsel pintar yang bisa menggunakan teknologi augmented reality.

Selain itu, perkembangan teknologi untuk perangkat mixed reality (MR) dan virtual reality juga terus dilakukan. Saat ini, pengembang sedang mencari cara untuk menciptakan headset virtuality berbobot ringan dengan retina display.

Penelitian perangkat keras untuk teknologi ini juga meliputi pengembangan sensor dan teknologi haptic. Hal ini dimaksudkan untuk memberi pengalaman pengguna yang lebih imersif.

Teknologi di perangkat lunak

Karena standar umum untuk perangkat lunak yang dapat dipakai untuk metaverse belum ditentukan, sebagian besar aplikasi masih memakai teknologi dengan hak milik. Namun, dunia virtual untuk metaverse sendiri sudah mengalami standarisasi pada berbagai proyek.

Perbedaan antara Web 3.0 dan metaverse

Metaverse vs Web3, apa perbedannya?
Metaverse vs Web3 (Freepik)

Perbedaan terbesar dari kedua teknologi ini adalah pengguna internet menggunakan Web3 untuk mengakses metaverse. Jika dianalogikan, sama seperti sebuah mobil yang menggunakan jalan raya.

Web3 menggunakan kepemilikan dan kontrol yang bersifat desentralisasi. Membuat penggunaan internet sepenuhnya berada di tangan pengguna. Di sisi lain, metaverse adalah dunia virtual yang dapat diakses secara bersamaan.

Pada metaverse, pengguna dapat berinteraksi, membangun ekonomi, bahkan mencari hiburan secara real time. Semua dilakukan tanpa memikirkan siapa yang memiliki teknologi apa.

Ditambah lagi, Web3 dibangun berdasarkan cryptocurrency dan teknologi blockchain. Sedangkan metaverse menggunakan augmented reality, virtual reality, dan mata uang digital.

Penggunaan keduanya pun berbeda. Web3 adalah standar bagaimana internet harus dikelola dan digunakan. Metaverse berfokus pada dunia game, media sosial, industri ritel dan pengalaman penggunanya.

Kesamaan Web3 dan metaverse

The Metaverse vs Web3
Digital Working Space (Freepik)

Tidak bisa dipungkiri bahwa Web 3.0 dan metaverse tersambung satu sama lain. Dua-duanya dibangun dengan teknologi terbaru yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Semantic web menjadi teknologi inti dari kedua teknologi ini.

Artificial intelligence pun demikian. Teknologi ini menjadi salah satu teknologi penting dalam pembangunan pengalaman pengguna yang baik bagi Web3 dan metaverse

Dalam pengertian teknologi, banyak kemajuan yang dibuat dengan blockchain menciptakan landasan bersama bagi metaverse maupun Web3. Setiap konsep blockchain baru dinilai sebagai modul potensial untuk mengintegrasikan mesin Web3 yang akan menggerakkan layanan metaverse.

Metaverse di Indonesia

Metaverse di Indonesia
MetaNesia

Tak mau kalah dengan perkembangan teknologi di luar negeri, saat ini Indonesia pun sudah memiliki platform metaverse-nya sendiri. Platform ini diusung oleh perusahaan teknologi terkemuka Indonesia, Telkom.

Platform metaverse asal Indonesia ini dinamai metaNesia dan kini sudah dapat diunduh melalui perangkat desktop ataupun ponsel pintar. Aplikasi metaNesia kompatibel dengan sistem operasi Windows dan MacOS, serta iOS dan Android.

Selain dunia virtual metaverse, metaNesia juga memberikan layanan bagi pemilik bisnis yang ingin mendigitalisasi binisnya. Layanan tersebut dibagi menjadi 3 tipe yang berbeda.

Layanan metaNesia untuk bisnis

Layanan metaNesia untuk bisnis
Dunia Metaverse MetaNesia (MetaNesia)

Layanan metaNesia bisnis yang pertama adalah metaNesia stage. metaNesia stage merupakan venue di metaNesia yang dapat digunakan untuk mengadakan acara secara virtual, di mana para penggunanya dapat saling berinteraksi.

Kemudian, ada metaNesia mall, pengguna bisa mendapatkan pengalaman baru dalam berbelanja produk fisik maupun digital dalam dunia virtual. Kamu dapat menemukan informasi produk yang ingin dibeli atau melakukan simulasi.

Di dalam mall juga terdapat metaNesia showroom yang berfungsi layaknya showroom mobil di dunia nyata. Terakhir adalah metaNesia arcarde, di mana kamu bisa bermain bersama teman dan mengumpulkan loyalty point.


Itulah pembahasan mengenai metaverse dan Web 3.0. Masih banyak artikel seputar teknologi menarik lainnya yang bisa kamu akses di blog MetaNesia seperti augmented reality, virtual reality, dan metaverse.

MetaNesia adalah dunia metaverse yang menciptakan interaksi virtual di mana pengguna dapat berinteraksi, berkolaborasi, dan berkreasi dengan lingkungan digital yang mendukung. Apabila kamu tertarik untuk menjual produk digital atau menjalin kerja sama dengan MetaNesia, kamu dapat bergabung dengan menghubungi Customer Service kami melalui WhatsApp untuk bertanya dan berkonsultasi dengan pihak MetaNesia secara gratis.

Kamu juga bisa merasakan pengalaman di dunia virtual dengan mengunduh aplikasi MetaNesia melalui website kami. Ayo rasakan pengalaman yang belum pernah kamu coba sebelumnya melalui MetaNesia!

Bagikan ini: