Bagaimana Virtual Reality Bisa Membantu Astronot Menjalankan Misi

Bagaimana Virtual Reality Bisa Membantu Astronot Menjalankan Misi

virtual reality untuk astronot
Astronot Megan McArthur mengenakan headset VR untuk percobaan Pilote (Flickr/NASA Johnson)

Dengan pandemi menjadi endemi, misi astronot menuju keluar angkasa akan diaktifkan kembali. Lembaga antariksa seperti National Aeronautics and Space Administration (NASA) milik Amerika Serikat akan fokus untuk membangun misi jangka panjang pertama di luar angkasa. NASA berencana untuk membuat misi perjalanan ke planet Mars.

Perjalanan ke planet Mars menempuh jarak sekitar 140 juta mil dan memakan waktu sekitar tiga tahun. Karena jarak ini, astronot juga akan menghadapi penundaan komunikasi selama 20 menit dari Bumi ke Mars. Astronot akan membutuhkan pelatihan dan simulasi tambahan untuk menangani efek dari isolasi dan tidak bisa bertemu dengan orang terdekat.

Renee Abbott, seorang mahasiswa doktoral di  Departemen Teknik Dirgantara  di Texas A&M University bekerja sama dengan asisten profesor, Ana Diaz Artiles untuk mencari solusi permasalahan tersebut.

Renee mengatakan misi jangka panjang ke luar angkasa membuat astronot tidak akan bisa berkomunikasi secara real time seperti di bumi. Hal ini membuat NASA melakukan riset pelatihan dan simulasi untuk membantu menjaga kesehatan, perilaku, dan kinerja para astronot. 

Penggunaan multisensori virtual reality untuk astronot

VR Nasa
Prototipe headset VR milik NASA (Wikimedia Commons)

Dalam mengatasi masalah ini, Renee dan Diaz akan menggunakan virtual reality (VR). Mereka sedang mempelajari efek menambahkan berbagai aroma ke dalam teknologi VR.

“Selama misi penerbangan jangka panjang di luar angkasa, para astronot akan mengalami penurunan sensorik yang signifikan. Hal ini berisiko untuk misi dan juga kesehatan astronot, mulai dari stres karena isolasi hingga penurunan kesehatan fisik dan mental, ”kata Diaz.

Mereka sedang berusaha menciptakan pengalaman pelatihan dan simulasi multisensori menggunakan teknologi virtual reality untuk astronot.

Saat kita mencium aroma seperti wangi dan bau, informasi dari aroma tersebut disalurkan dari indra penciuman ke sistem limbik. Sistem limbik merupakan bagian dari otak yang berhubungan dengan proses emosi dan ingatan. Inilah mengapa bau seperti parfum bisa membangkitkan emosi tertentu dan ingatan terhadap pemakainya.

Dengan penelitian mereka, astronot tidak hanya mendengar suara dan melihat lingkungan virtual tetapi juga bisa mencium bau seperti rumput basah dalam simulasi virtual. hal tersebut bisa dilakukan menggunakan hitbox, semacam kotak tak terlihat di lingkungan VR yang aktif mengeluarkan aroma saat avatar bersentuhan dengannya.

Renee berharap teknologi VR bisa membantu menenangkan astronot saat sedang menjalankan misi penerbangan luar angkasa jangka panjang. Mereka tengah mencoba untuk membuat simulasi paling realistis dengan alam nyata yang dilakukan dengan menambah rangsangan penciuman.

Saat melakukan studi mereka, Abbott dan Diaz mengukur tingkat kecemasan astronot sebelum dan sesudah mengalami peristiwa yang memicu stres. Hasilnya menunjukkan bahwa menambahkan rangsangan penciuman tidak hanya menurunkan tingkat kecemasan pengguna, tetapi juga mengurangi tingkat stres dan kecemasan mereka dari awal.

Hasil penelitian

pelatihan dan simulasi vr
Simulasi VR untuk astronot (Flickr/NASA Johnson)

“Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan teknologi VR multisensor bisa membantu kesehatan mental,” ujar Renee. “Kami juga mencoba menambahkan rangsangan sensorik lainnya, seperti suhu”. Renee mengatakan ia juga akan menggunakan teknologi ini untuk membuat simulasi perawatan virtual di misi penerbangan luar angkasa.

Simulasi perawatan virtual dapat digunakan untuk melengkapi kebutuhan sosial astronot dengan membantu mereka merasa lebih terhubung dengan rumah. Renee mengatakan keluarga dapat mengirimkan rekaman pesan dan bunga virtual disertai dengan aroma lavender dan mawar yang bisa dicium oleh astronot.

Ingin merasakan menjadi astronot?

stasiun luar angkasa
International Space Station (Flickr/NASA Johnson)

Di atas kita banyak membahas tentang pemanfaatan teknologi VR untuk astronot dalam misi penerbangan luar angkasa. Menjadi seorang astronot memanglah sulit, kamu harus menghadapi berbagai seleksi, tes, dan pelatihan.

Setelah melewati tahapan tersebut pun, kamu belum tentu bisa pergi ke luar angkasa. Banyak astronot NASA yang gagal pergi ke angkasa karena misinya dibatalkan. Biasanya NASA membatalkan misi karena alasan keselamatan dan kendala pada cuaca atau kendaraan.

Ingin mencoba merasakan menjadi astronot? Jangan khawatir, kamu dapat tetap merasakan pengalaman menjadi astronot tanpa harus melewati berbagai pelatihan. Kamu bisa mencoba pengalaman VR luar angkasa “The Infinite”.

The Infinite adalah pengalaman virtual reality masif yang dapat memberikan pengalaman ekspedisi ruang angkasa dengan penuh detail. Dengan menggunakan headset VR, kamu dapat menjelajahi replika International Space Station atau ISS seukuran aslinya. Pengalaman ini meliputi lebih dari 200 jam rekaman VR di ISS selama hampir tiga tahun. Menarik bukan?


Kita bisa menyimpulkan bahwa teknologi VR memiliki banyak manfaat bagi lembaga antariksa seperti NASA dan para astronot. Dari simulasi lingkungan virtual dengan rangsangan bau hingga pengalaman virtual di ISS, banyak hal yang VR bisa lakukan untuk mereka.

Tertarik dengan perkembangan teknologi VR? Baca berita terbarunya di blog metaNesia!

Bagikan ini: