Bagaimana Virtual Reality Membawa Perubahan untuk Bidang Geologi

Bagaimana Virtual Reality Membawa Perubahan untuk Bidang Geologi

Virtual Reality untuk Geologi
Peneliti menggunakan headset virtual reality (PxHere)

Virtual reality (VR) biasanya banyak digunakan untuk membantu pelatihan karyawan ataupun bermain game. Tapi tahukah kamu? Ternyata VR juga bisa digunakan dalam bidang geologi. Penerapan virtual reality untuk geologi pun tergolong unik dan berbeda dari pemanfaatannya di sektor lain.

Seorang ahli geologi dari University of Washington baru saja menyelesaikan kunjungan secara virtual ke antiklin Whaleback di Pennsylvania. Antiklin tersebut merupakan tempat penambangan batu bara selama beberapa dekade terakhir. Menariknya, kunjungan dari ahli geologi tersebut telah menemukan lipatan berusia 300 juta tahun di batuan paling dasar. 

Pada awal pandemi Covid-19, para peneliti tersebut menggunakan alat berbasis web untuk melakukan kunjungan virtual. Baru-baru ini mereka meluncurkan proyek yang memungkinkan orang memakai headset VR untuk menjelajahi situs geologis secara mendetail dan dari berbagai perspektif.

Perangkat tersebut diharapkan bisa membuat para pelajar dan peneliti yang tertarik dengan bidang geologi dapat melakukan kunjungan virtual ke suatu situs dan mengintegrasikannya dengan kunjungan tatap muka. Proyek ini diberi nama “Virtual Field Geology“.

Proyek ini memiliki banyak tujuan seperti membuat kunjungan situs geologi dapat diakses oleh lebih banyak orang dan mendokumentasikan situs lapangan geologis yang berisiko erosi. Selain itu, proyek ini memungkinkan kolaborator ilmiah seperti peneliti mengunjungi situs lapangan secara virtual dan menjelajahinya bersama.

Meskipun di sebagian besar negara sekarang orang sudah dapat bepergian bebas setelah Covid, para ilmuwan percaya pengalaman virtual dapat menjadi bagian dari new normal untuk penelitian dan pendidikan geologi.

Virtual reality untuk geologi bisa meningkatkan akses

Geologi
Tangkapan VR untuk geologi dengan kamera 360 (Flickr/Kaleomokuokanalu Chock)

Virtual reality untuk geologi dapat meningkatkan akses dan informasi ke lapangan sehingga peneliti mengetahui apa yang harus diantisipasi. Kepala peneliti Virtual Field Geology, Juliet Crider mengatakan VR bisa membantu pelajar dan peneliti mengantisipasi risiko kunjungan tatap muka dan orang dapat fokus pada tujuan pembelajaran.

Pengalaman virtual reality memungkinkan orang mengunjungi situs lapangan dan menggunakan alat geologi untuk mengukur sudut pada lapisan batuan atau orientasi retakan yang menjelaskan sejarah bentang alam. Selain meningkatkan aksesibilitas, VR juga memungkinkan semua pelajar dan peneliti meninjau keadaan dan informasi situs sebelum mencapai lokasi.

“Yang unik dari pengalaman ini adalah sifatnya yang terbuka memungkinkan instruktur menyesuaikan pelajaran dan tujuannya,” kata Crider. “Peneliti bisa memutuskan apa yang akan diukur, dan lokasi mengukur”.

Perbedaan dengan pengalaman virtual berbasis web

Dalam pengalaman virtual berbasis web, keyboard digunakan untuk pengguna berjalan melintasi lanskap. Pengguna dapat mencoba berbagai alat untuk mengukur jarak dan sudut. Memilih tiga titik akan membuat bidang virtual dan menampilkan orientasinya. Informasi dan data dapat diunduh ke Google spreadsheet atau langsung ke perangkat lunak geologi populer.

Praktis dan efisien

Geologi
Situs geologi virtual (Pixabay/iZer0)

Pengalaman virtual juga memberi ilmuwan kepraktisan dan efisiensi untuk langsung berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Mereka dapat memperbesar dan memperkecil tampilan untuk menjelajahi situs pada skala yang berbeda.

“Salah satu keuntungan keren dari software ini adalah kamu bisa terbang. Terdapat ikon jetpack kecil yang membuat kamu melayang di udara dan tiba-tiba perspektif kita berubah. Fitur ini bisa membuat kunjungan perjalanan virtual dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain, ”kata Max Needle, penulis utama studi yang menyajikan teknik baru tersebut.

VR juga menyediakan akses ke situs yang memiliki akses terbatas atau berisiko, misalnya whaleback anticline. Antiklin tersebut memiliki banyak geometri batuan melengkung yang terlihat pada ketinggian 30 kaki, di mana sangat sulit untuk berjalan tanpa risiko kematian.

“Sebagai asisten pengajar, saya telah melihat peneliti menghadapi tantangan seperti lokasi lapangan tertentu hanya bisa diakses dengan peralatan pendakian khusus” kata Needle. Max Needle merasa banyak orang bisa memperoleh manfaat dari alat ini.


Tertarik dengan informasi teknologi imersif lainnya? Kunjungi blog metaNesia untuk mendapatkan berita terbaru!

Bagikan ini: