Semua yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Rendering 3D

Semua yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Rendering 3D

Aktivitas belanja online sudah lumrah di era sekarang ini, menggantikan toko fisik. Dengan begitu, visualisasi produk yang dijual secara online berkualitas tinggi menjadi semakin penting. Mulai dari kendaraan, furnitur, hingga perhiasan, bisnis mengejar visualisasi produk mereka yang sangat mirip dengan aslinya, sehingga meningkatkan permintaan akan layanan rendering 3D modeling. Tujuannya adalah untuk menampilkan produk mereka di web atau aplikasi seluler dan membuatnya sedekat mungkin dengan kehidupan nyata.

Meskipun istilah ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, rendering 3D adalah elemen yang mendasar dalam menciptakan gambar-gambar realistis, efek visual, dan animasi yang kita nikmati dalam film, permainan video, desain produk, dan banyak lagi. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu rendering 3D, jenis sistem rendering yang berbeda, teknik rendering, contoh hasil penggunaan rendering, dan pentingnya dalam berbagai industri kreatif.

Apa itu rendering 3D?

Rendering 3D
Fotorealistic rendering 3D (Dimartino)

Rendering 3D adalah proses transformasi model tiga dimensi (3D) menjadi gambar atau animasi dua dimensi (2D) yang tampak seolah-olah mereka adalah objek nyata. Rendering dianggap sebagai tahap akhir dari proses pemodelan 3D . Terkadang setelah rendering, ada kebutuhan untuk menambahkan efek visual atau meningkatkan kualitas gambar, dan ini dilakukan pada pascaproduksi. Namun dalam kebanyakan kasus, rendering menyelesaikan proses pembuatan visualisasi 3D suatu produk, karakter game, atau apa pun.

Rendering 3D berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan dunia digital dengan mata manusia. Ini adalah alat yang memungkinkan para desainer, animator, arsitek, dan pembuat film untuk menghadirkan ide-ide mereka dalam bentuk yang dapat dipahami oleh audiens. Dengan kemampuan rendering 3D, kita dapat membuat gambar yang mendekati realitas dan menciptakan pengalaman visual yang luar biasa.

Rendering memerlukan perangkat lunak khusus untuk mengubah model geometris menjadi gambar fotorealistik yang siap digunakan. Perangkat lunak pemodelan 3D, seperti 3dsMax, Cinema4D, dan Maya, menggunakan perhitungan matematis dalam proses otomatis untuk merender gambar. Persyaratan kualitas dan kompleksitas model 3D yang mendasari proses rendering menentukan berapa lama waktu yang diperlukan untuk memproses penghitungan dan menghasilkan gambar siap pakai. Rendering dapat memakan waktu mulai dari satu detik hingga beberapa hari.

Ada lebih dari 500 program yang tersedia untuk rendering 3D. Pilihan perangkat lunak bergantung pada jenis item yang dimodelkan. Misalnya, Blender paling cocok untuk iklan, film fitur animasi, serial TV, video game, efek visual, arsitektur dan seni.

Sejarah rendering 3D

Sejarah rendering 3D
Perkembangan visualisasi 3D (Lumen and Forge)

Rendering 3D memiliki perjalanan yang menarik dan penuh inovasi. Dimulai pada tahun 1950-an dengan pengembangan komputer grafis pertama yang mampu menghasilkan grafik 2D. Dunia komputer grafis kemudian menyaksikan perkembangan awal grafik 3D pada tahun 1960-an, memungkinkan pengguna untuk melihat objek dalam tiga dimensi. Pada tahun 1970-an, lahir algoritma Z-buffer yang menjadi fondasi penting dalam rendering 3D.

Pada dekade berikutnya, perkembangan grafik berwarna dan penggunaan perangkat lunak seperti RenderMan muncul dalam industri ini. Namun, penanda paling penting muncul pada tahun 1990-an, ketika film seperti “Toy Story” memperkenalkan dunia pada era CGI yang mengubah wajah dunia hiburan. Pada era 2000-an, rendering 3D real-time muncuk ke permainan video dan meningkatkan kualitas efek visual dalam film.

Pada tahun 2010-an, Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) memainkan peran penting dalam membawa render 3D ke tingkat imersi yang lebih tinggi. Seiring masuknya tahun 2020-an, peran kecerdasan buatan (AI) semakin mendalam dalam proses rendering, mendukung percepatan dan peningkatan kualitas dalam penciptaan gambar dan animasi yang mendekati realitas.

Jenis rendering 3D

Jenis-jenis rendering 3D
Real-time rendering (Unity)

Ada beberapa jenis sistem rendering dalam 3D, masing-masing dengan kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Berikut adalah beberapa jenis sistem rendering.

Rendering real-time

Pikirkan kembali tentang video game yang terakhir kamu mainkan dengan karakter 3D. Saat sedang bermain dan berinteraksi dengan layar, karakter tersebut tampak bergerak dan melompat-lompat di sekitar layar seolah-olah mereka adalah orang sungguhan. Mereka bereaksi begitu cepat terhadap hal-hal yang kamu minta agar dilakukan oleh karakter game, seperti berjalan-jalan atau melompat-lompat, sehingga animasinya tampak seperti terjadi secara real-time. Render real-time dihasilkan melalui proses tiga bagian, tahap aplikasi, tahap geometri, dan tahap rasterisasi.

Ini adalah bagian-bagian proses yang harus dilalui komputer untuk menampilkan objek 3D yang telah dibuat. Hasilnya menakjubkan, dan beberapa agensi arsitektur paling modern sudah mulai menggunakannya untuk menunjukkan kepada klien mereka contoh bangunan mereka menggunakan rendering real-time.

Pra-rendering offline

Beberapa jenis rendering terlalu lambat untuk dilakukan secara real-time. Render ini tidak interaktif namun seringkali terlihat jauh lebih baik daripada render real-time karena dapat menangani geometri yang jauh lebih kompleks. Jenis ini bisa memakan waktu berjam-jam per frame untuk dirender, namun hasilnya jauh lebih spektakuler dalam hal tampilan.

Teknik rendering

Teknik ray traced, rasterization, path traced
Setiap teknik rendering memiliki hasil yang berbeda (Nvidia Blog)

Seperti yang telah disebutkan di atas, proses rendering membutuhkan banyak perhitungan. Perhitungan ini diperlukan untuk memperhitungkan bagaimana cahaya berinteraksi dengan model fisik. Render berbasis objek fisik digunakan ketika gambar fotorealistik model 3D diperlukan, misalnya untuk karakter dalam sebuah animasi. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk merender model berbasis fisik. Di bawah ini adalah penjelasannya:

  • Rendering ray tracing: Ray tracing adalah metode rendering yang canggih yang berusaha menciptakan gambar yang sangat realistis. Ini melibatkan perhitungan cahaya yang sangat kompleks dengan mengikuti lintasan setiap sinar cahaya saat mereka berinteraksi dengan objek di dalam lingkungan 3D. Ray tracing menghasilkan bayangan yang realistis, reflektif, dan efek pencahayaan yang baik, tetapi memerlukan sumber daya komputasi yang besar.
  • Rendering rasterization: Rasterization adalah metode rendering yang lebih umum digunakan dalam permainan video dan grafis komputer. Ini melibatkan pemetaan objek 3D ke layar 2D dengan menggambar pixel untuk membentuk gambar. Meskipun lebih cepat daripada ray tracing, rasterization mungkin kurang realistis dalam beberapa aspek.
  • Radiosity: Radiosity menciptakan gambar 3D dengan melihat pantulan cahaya secara mendetail dan menjadikannya fokus utama rendering 3D. Ini khususnya berguna pada objek yang secara alami banyak memantulkan cahaya.

Render offline biasanya menggunakan kombinasi beberapa teknik rendering berbeda untuk menghasilkan gambar dengan kualitas terbaik. Software intuitif dapat membantu menggabungkan teknik rendering ini untuk menghasilkan render 3D yang benar-benar indah.

Contoh penerapan rendering 3D

Konten augmented reality
Konten 3D augmented reality (Artslab)

Kita telah membicarakan tentang definisi hingga jenis dari rendering 3D, namun menarik juga untuk melihat cara penerapannya. Rendering 3D yang dapat digunakan dengan berbagai cara, misalnya untuk industri medis atau konstruksi, rendering 3D juga dapat memberikan pengalaman yang sangat berbeda kepada pengguna akhir. Berikut ini beberapa di antaranya:

Augmented reality dan tampilan 360

Rendering pada augmented reality membuat pengalaman menjadi lebih nyata. Augmented reality dan tampilan 360 memungkinkan pengguna melihat atau mengalami suatu produk. Dengan konten yang sangat mirip dengan aslinya, dapat memberikan pengalaman yang mendalam. Aplikasi AR seperti permainan “Pokémon GO” adalah contoh dari penggunaan teknologi ini.

Animasi

Render dapat dibuat menjadi klip animasi kecil, seperti bergerak di dalam rumah, memutar produk agar dapat dilihat dari semua sudut, atau mendemonstrasikan penggunaan teknologi baru yang potensial. Sebagai contoh dalam produksi film, rendering 3D digunakan untuk menciptakan efek khusus yang spektakuler, karakter fantastis, dan latar belakang yang tampak nyata. Film seperti “Avatar” mengandalkan rendering 3D untuk menciptakan dunia fiksi yang mendalam dan karakter alien yang realistis.

Desain konsep

Render 3D juga dapat membantu memecahkan masalah pada suatu produk jauh sebelum masuk ke tahap produksi. Lebih baik mengetahui melalui render 3D bahwa suatu produk mungkin sulit untuk digunakan, atau tampilannya tidak semenarik yang dibayangkan. Dengan ribuan atau bahkan jutaan produk yang dipertaruhkan setiap kali bisnis memproduksi suatu produk secara massal, meluangkan waktu untuk melihat produk melalui rendering 3D sebelum membuatnya dapat menyelamatkan dari kerugian pada tahap produksi.

Itulah kegunaan utama render 3D. Hampir setiap industri memiliki cara untuk menggunakan layanan ini untuk membantu mereka sukses dan unggul dalam persaingan.


Itulah informasi seputar rendering 3D yang sangat berguna dalam mengembangkan konten untuk augmented reality dan virtual reality. Kunjungi blog MetaNesia untuk mengetahui informasi lain seputar blockchain, AR, VR, dan teknologi imersif metaverse lainnya.

Tertarik untuk menggunakan layanan virtual reality dan augmented reality? Segera hubungi customer service kami melalui WhatsApp untuk bertanya dan berkonsultasi secara gratis. Rasakan juga pengalaman dunia virtual yang menakjubkan dengan bergabung bersama MetaNesia.

Bagikan ini: